Affair | 1

Affair

 

Sebuah sedan hitam mewah melaju dengan mulus di jalan bebas hambatan di kota Seoul. Pengemudinya adalah seorang pria berumur kurang lebih dua puluh lima tahunan. Dia memakai pakaian resmi dengan kemeja putih, dasi berwarna gelap dan juga jas hitam ketat yang membalut tubuh atletisnya dengan sempurna. Di tangan kirinya melingkar elegan jam tangan mewah desain Marc Ecko’s The King seharga 363 dollar US. Sementara di sebelahnya, tepat di samping kursi pengemudi, duduk seorang remaja kira-kira berumur tujuh belasan. Remaja berumur tanggung itu memakai seragamnya dengan asal-asalan, namun entah kenapa style seperti itu justru membuat pesonanya keluar dengan maksimal. Seragamnya berwarna hitam dengan pinggiran abu-abu dan di sebelah kirinya terdapat gambar singa lambang sekolahnya. Dibawah singa itu, tertulis dengan benang emas ‘Hanlim Art High School’. Sementara itu, di dada kanannya, ia pasang name tag –juga terbuat dari warna emas, bertuliskan Jongup, Moon. Dia masih memasang earphone di kedua telinganya, lebih memilih mendengarkan lagu hip-hop yang mendentum-dentum dari earphonenya daripada membuka pembicaraan dengan satu-satunya orang di sebelahnya yang sedang menyetir yang diketahui bernama Bang Yongguk.

 

“Bagaimana perasaanmu? Ini hari pertamamu di tingkat 1,” pria bernama Bang Yongguk itu berusaha membuka pembicaraan. Sementara yang di ajak bicara seperti acuh tak acuh. Ia seperti menghiraukan orang di sebelahnya itu.

 

“Hey, kakakmu sedang bicara padamu,” Bang Yongguk kembali berbicara setelah melihat reaksi acuh adiknya. Ia mengarahkan setirnya ke kanan.

 

Moon Jongup, hanya dapat mendengus kesal. Ia berharap jika perjalanan membosankan ini akan segera berakhir. Semua ini gara gara Abeoji yang terus memaksanya untuk berangkat sekolah bersama kakaknya yang kaku dan membosankan itu, “Jangan sok ramah. Ini bukan yang pertama, kau tahu? Aku sudah semester dua.”

 

“Baiklah, terserah. Tapi aku hanya ingin hari pertama ini kau bersikap baik. Berperilakulah seperti anak baik dan jangan ulangi ulahmu tahun lalu.”

 

Jongup hanya tertawa dalam hati. Ia masih mengingat bagaimana kacaunya situasi penerimaan murid baru sekitar enam bulan lalu. Semua kacau, anak-anak baru berpesta tiba-tiba di lapangan, dengan Jongup –tentu saja, yang menjadi ketua keonaran itu. Ditambah wajah merah Bang Yongguk membubarkan kerumunan membuatnya bertambah puas.

 

Mobil berbelok dan berhenti tepat di area parkir sekolah. Lalu tak berapa lama, satpam sekolah pun memasang dua buah cone berwarna oranye yang di sambungkan dengan seutas tali dan ia menaruh satu tanda besar bertuliskan ‘Head Master’.

 

Yongguk dan Jongup pun keluar dari mobil. Sang satpam langsung memberi hormat pada Yongguk. Jongup hanya mendengus, segala sesuatu yang menyangkut Bang Yongguk, juga bagaimana orang begitu menghormati kakaknya yang sebenarnya adalah kakak tiri, hanya membuatnya kesal saja. Jadi ia memutuskan untuk langsung pergi dan mengacuhkan teriakan Yongguk yang menyuruhnya untuk kembali.

 

Jongup langsung menuju kelas. Kelas di hari pertama yang sangat ia tunggu-tunggu. Ia benar-benar mengantisipasinya. Ia melongokkan sedikit kepalanya, baru ada temannya bernama Choi Junhong dan beberapa orang murid perempuan yang langsung berteriak ketika melihat Jongup datang. Beberapa dari mereka bahkan memfoto dirinya. Jongup sudah terbiasa dengan perlakukan seperti itu. Dia memang terkenal di sekolahnya. Selain karena dia adalah anak kandung dari pemilik sekolah ini, bakat menarinya ternyata mampu membuatnya memiliki banyak fans.

 

Ia segera menaruh tas nya di meja sebelah Junhong. Mereka memang bersahabat sejak kecil. Keduanya tidak terpisahkan. Bahkan setiap kali ada perlombaan hip-hop dance keduanya selalu berpartisipasi di dalamnya. Mereka mengobrol sebentar sembari menunggu bel tanda masuk. Ketika bel itu terdengar dan seluruh murid masuk ke kelasnya, Jongup tahu apa yang harus ia lakukan.

 

Ia hanya duduk diam. ‘Jadilah anak manis’, ujarnya dalam hati.

 

Tak berapa lama kemudian, seorang pria masuk ke kelas. Pria itu memegang beberapa helai kertas di tangannya. Sementara tangan yang lainnya memegang kopi panas yang masih mengepul. Wajah tampan pria itu ditunjang dengan fashionnya yang elegan namun tetap simpel. Pagi ini ia mengajar dengan memadupadankan tampilan muda dan elegan. Kaos putih loose yang simple dengan blazer dari Harlem Co. Assymetral serta ikat pinggang berwarna cokelat klasik membuktikan bahwa konsep ‘beauty is about simplicity’ adalah benar adanya.

 

Pria muda itu tersenyum lebar pada murid-muridnya. Matanya menyapu seluruh kelas dan berhenti di satu titik dimana murid bernama Moon Jongup duduk di bangku paling depan dan tersenyum-senyum genit padanya. Pria itu langsung mengerutkan alisnya, memasang ekspresi galak ‘Kau akan mati jika terus seperti itu’. Namun itu sama sekali tidak memberi efek jera pada Jongup. Jongup malah semakin niat mengerjainya dengan membentuk kedua tangannya menjadi gambar hati.

 

Dia mendengus, tidak ingin mempedulikan Jongup dan segera memulai kelasnya.

 

“Pagi semua. Kalian sudah tahu namaku, kan? Aku adalah guru music tradisional kalian, Kim Himchan. Kalian boleh memanggilku Himchan hyung atau oppa –percayalah aku masih muda, dan hanya ada satu peraturan di kelasku… kalian masih ingat?”

 

Seluruh murid yang berjumlah dua puluhan langsung berteriak kegirangan menjawab pertanyaan guru muda tadi, namun Jongup lah yang paling bersemangat, “TIDAK ADA PERATURAAAN!”

 

“Yup benar sekali. Yang kalian butuhkan hanyalah kebebasan mengekspresikan diri kalian dan menyalurkannya lewat alat music tradisional di pojok itu,” Himchan menunjuk sepasang alat musk pukul yang terletak di pojok kelas.

 

Jongup bergumam, “Janggu.”

 

Kelas berlangsung sangat menyenangkan. Walaupun sang guru terlihat begitu santai dan muda, namun murid-murid menaruh hormat yang tinggi padanya. Terbukti, walaupun ini adalah kelas tanpa peraturan satu-satunya di Hanlim High, namun seluruh murid nampak mendengarkan dengan serius penjelasan dan instruksi dari Himchan. Akhirnya seluruh murid mendapatkan Janggu mereka dan Himchan menyuruh murid-muridnya berlatih tempo dasar.

 

Junhong terlihat sangat serius dengan Janggu dan stik nya, Jongup mengacungkan tangan.

 

“Ya?” Himchan mendekati Jongup.

 

Jongup tersenyum licik, “Songsaengnim~ Aku masih bingung dengan tempo dasarnya,” ia beralasan.

 

“Jangan buat alasan, kau sudah belajar Janggu selama enam bulan.” Himchan menjawab dengan pelan sembari merengut kesal dengan kelakukan jahil Jongup.

 

Dengan sigap Jongup menarik lengan blazer Himchan, kemudian berbisik, “Hyuung, ajari aku~~”

 

“Tidak.”

 

“Aku akan membelikanmu Ice Americano jika kau mengajariku~”

 

“Jawabanku tetap sama. Tidak.”

 

“Hyung~ Aku akan menangis sekarang juga.”

 

Himchan tertawa melihat tingkah kekanakan Jongup, “Silahkan saja. Jika kau tidak mau reputasimu sebagai anak terkeren di sekolah ini hancur gara-gara merengek padaku.”

 

Skak mat. Mungkin Jongup tidak seharusnya mengganggu Himchan. Himchan memang selalu memenangkan debat diantara mereka berdua, tapi itu bukan berarti Jongup selalu berada di pihak yang kalah. Baiklah, mungkin kali ini Jongup mengalah saja. Mengalah demi pacarnya.

 

 

~~~~~~~~~~~ continued ~~~~~~~~~~~

 

 

Akhirnya, setelah perdebatan panjang, dan kontroversi hati yang bergolak (oke ini emang agak lebay) fanfic ini publish juga.

Ane juga ingin mengucapkan makasih buat brokenshoes yang sudah berhasil memaksa ane buat ngepublish fanfic ini.

Well, untuk para readers... Mohon bantuannya >/\<

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
readme2010 #1
Chapter 7: Lanjutkaaaaan
Waijyn_Jung #2
Chapter 7: Hiks aku udah baca dari part 1 - 7, dan aku terhuraaa(?) banget :'(
next yah :'D
drew_alana
#3
Chapter 6: Jongup tuh 'sesuatu' banget! Cute kalo lagi genit begitu! Suka dech! Cepetan di update yach, next story nya!
KJNYeol
#4
Chapter 7: Akhirnya appa san anak berbaik semula..
BearLin
#5
Chapter 6: kasihan Jongup T_T mudah2an dg bantuan dokter Yoo hubungan appa dan anak ini baik kembali
Yongguk juga ayo bantu mendekatkan mereka berdua ^^
ckhybm
#6
Chapter 5: ih apa banget bapaknya nggak mau dengerin -_- emangnya nanti di luar sekolah, mereka nggak bisa ketemu? :/ aku jadi punya firasat buruk/? hahaha

kritik dan saran? hm sejauh ini aku blm ada. Cuma rasanya aneh aja, udah keseringan baca english dan skrg baca bahasa lagi, hahaha. Tapi secara keseluruhan sih udah bagus :)
KJNYeol
#7
Chapter 5: Jahat bangat appanya!!!
yah!! Jonup kata benaran malah gak percaya!!
ckhybm
#8
Chapter 4: aahh jongup melas banget sih :'''(

suka banget part jogup abis mandi yang mereka pelukan, terus sesekali himchan ngelus rambut himchan :""D sweetnya kebangetan <3333
ayo lanjut kaaaakkk <3:*
ckhybm
#9
Chapter 3: uhuk. yongguk bantuin jongup damai sama bapaknya dooong e_e
ckhybm
#10
Chapter 2: WHYY WHYYY UHUK kasian mereka ;;;; ayi bikin hubungan mereka ketauan kak. Biar seruuu wahahaha