..IMPOSSIBLE2..

..IMPOSSIBLE ( Desisting to Expect Your Love )..

Maaf klo banyak typo yang berserakan dimana-mana yah

Happy reading ^^

 

----------------------------------------------------------------------

 

* at Taecyeon dan Minjun’s home

 

“ Kau sudah pulang. Bagaimana Wooyoung, Taec? Apakah dia baik? “ Minjun menyambut kepulangan sang suami dengan kadar penasaran tingkat dewa.

 

Sudah lebih dari seminggu ini, Minjun begitu disibukkan dengan persiapan peluncuran rancangan busana terbarunya. Sampai-sampai dia tidak pernah sempat menghubungi Wooyoung karena sudah terlalu kelelahan jika sampai di rumah.

 

“ Baik. “ jawab Taecyeon singkat seraya melepas jaket tebal yang membalut tubuhnya.

“ Kau yakin dia baik? “ Minjun mempertegas keraguannya pada jawaban Taecyeon dengan menyertakan raut wajah paling curiganya.

“ Hm… B-baik. Wooyoung benar-banar baik. “ meski Taecyeon terkesan ingin menyakinkan Minjun, tapi ucapannya yang tergagap dan matanya yang tidak berani bertemu dengan mata Minjun, jelas membuat Minjun semakin tidak percaya pada suaminya tersebut.

“ Ok. Besok kebetulan aku punya waktu luang setelah makan siang. Sepertinya akan lebih baik jika aku menemui Wooyoung langsung untuk memastikan kalau memang dia baik-baik saja. “ Minjun berkata santai sambil melenggang menuju tempat gantungan jaket, untuk menggantung jaket milik suaminya yang sudah dipeluknya sejak tadi. “ Oh ya satu lagi, Taec. Ku akan habis jika besok ternyata keadaan Wooyoung tidak sebaik yang kau ucapkan. “ lanjut Minjun melemparkan senyumnya yang paling manis pada Taecyeon sebelum menghilang di balik pintu kamarnya.

 

Mendengar ucapan terakhir sang huswife, sontak Taecyeon langsung berlari menyusul Minjun di kamarnya.

 

“ Pelipis Wooyoung kanan Wooyoung diperban dan sudut bibirnya memar dan robek. Dia beralasan padaku terpeleset saat membantu Junho mengepel tangga rumahnya. Tapi jelas itu bukan luka karena jatuh. Hanya saja baik Nichkhun maupun Wooyoung tidak membahas soal itu. Jadi aku tidak tau apa penyebab pasti luka-luka di wajah Wooyoung. “

 

Meski badan Taecyeon dua kali lipat dari milik Minjun, tapi Taecyeon sangat takut jika Minjun marah. Minjun begitu lembut, tapi dia tidak pernah main-main dengan ucapannya. Khususnya jika dia sudah marah.

Sebenarnya bukan takut akan kalah beradu fisik dengan Minjun. Karena jelas dilihat dari sudut manapun, Taecyeon lah yang akan menang jika dia serius. Tapi Taecyeon takut kehilangan Minjun. Sangat takut Minjun akan pergi meninggalkannya. Taecyeon terlalu mencintai huswife nya tersebut. Minjun sosok huswife yang begitu ideal bagi Taecyeon. Selain sabar, Minjun juga sangat perhatian dan pengertian pada Taecyeon. Hanya memang emosi Minjun sangat labil. Akan sangat sulit meredam Minjun jika amarahnya sudah meledak.

 

“ Wooyoung memintaku agar tidak memberitaumu, honey. Dia takut konsentrasimu akan terganggu jika tau kondisinya. Dia tidak ingin merepotkanmu dan membuat kau terbebani. “ ujar Taecyeon seraya berjalan mendekati Minjun yang tengah duduk di pinggiran tempat tidurnya dengan sangat berhati-hati karena jelas mood Minjun sekarang sedang kurang baik.

“ Bocah itu… “ gumam Minjun pada dirinya sendiri. “ Aku yakin sahabtmu itu mentalnya terganggu. Bagaimana dia bisa setega itu pada orang sebaik Wooyoung? Aku benar-benar tidak habis pikir. “ sahabat yang dimaksud sudah jelas adalah Nichkhun.

“ Aku tidak tau, honey. Tapi… aku yakin Nichkhun punya alasan melakukan ini semua pada Wooyoung. “

“ Iya… Alasannya adalah dia gila. Sakit jiwa, Taec.. “ nada suara Minjun sudah sedikit meninggi. Cukup sebagai peringatan agar Taecyeon tidak melanjutkan pembelaannya pada Nichkhun.

“ Aku bukan ingin membelanya. Tapi seperti yang aku bilang sebelumnya. Nichkhun itu sebenarnya mencintai Wooyoung. Tapi entah di belum sadar atau pura-pura tidak sadar. Aku tidak tau. “

“ Mencintai? Mana ada orang yang menyiksa orng yang dicintainya, Taec? “ Minjun memandang suaminya dengan mata yang terbelalak kaget karena ucapan Taecyeon.

“ Oleh sebab itu aku bilang Nichkhun punya alasan terselubung di balik sikapnya kepada Wooyoung. Beberapa waktu yang lalu, saat aku mengunjung mereka, tanpa sengaja dan sepengetahuan Nichkhun, aku memperhatikan tatapan Nichkhun saat tengah mengamati Wooyoung yang sedang memasak makan malam untuk kami. Kau tau, tatapan itu begitu dalam dan penuh arti. Sangat berbeda dengan tatapan Nichkhun pada Wooyoung saat ada aku ataupun orang lain di sekitar mereka. Oleh karena itu, sejak saat itu aku terus diam-siam memperhatikan tingkah dan gerak-gerik Nichkhun dan benar saja, aku sampai pada kesimpulan bahwa sesungguhnya diam-diam Nichkhun juga jatuh cinta pada Wooyoung. Hanya saja karena sebuah sebab, Nichkhun tidak mau dan tidak bisa menunjukkan perasaan itu pada Wooyoung. “ ujar Taecyeon panjang lebar pada Minjun.

 

Minjun hanya terdiam mendengar ucapan Taecyeon. Meski matanya tengah memandang Taecyeon, tapi jelas pikiran Nichkhun tengah melayang entah kemana.

 

“ Aku juga pernah memergoki Nichkhun berdiri mematung di samping sosok Wooyoung yang tengah tertidur pulas di sofa ruang tengah, ketika tengah malam. Saat itu aku mengendap-endap ingin buang air kecil. Sudah jadi ritualku, aku akan mengecek apakah Wooyoung tidur dengan baik atau tidak sebelum aku menuju ke kamar kecil. Yah, honey, kau tau kan bagaimana Wooyoung. Jika sudah sangat kelelahan, dia akan tidur begitu saja tanpa memakai selimutnya. Padahal keadaan di sofa ruang tengah rumah Nichkhun selalu sangat dingin dan berangin di malam hari. Hal yang sama aku lakukan saat itu. Tapi alangkah terkejutnya aku saat ada sesosok bayangan tengah berdiri di depan sofa tempat Wooyoung tertidur. Kondisi ruangan yang saat itu hanya remang-remang, membuat mata mengantukku tidak bisa dengan jelas melihat sosok siapa itu. Aku sempat takut kalau orang itu adalah pencuri yang berniat menyakiti Wooyoung, karena setauku, Nichkhun sedang terlelap di dalam kamarnya. Maklumlah karna setengah mengantuk aku tidak begitu peduli apakah Nichkhun ada atau tidak di kamar saat aku keluar tadi. Tapi saat kutajamkan penglihatanku lagi, ternyata sosok tersebut adalah Nichkhun. Aku mengenalinya karena celana panjang berwarna merah dan kaos putih tanpa lengan yang dikenakan sosok itu, sama dengan atribut yang dikenakan oleh Nichkhun. Karena penasaran dengan apa yang akan dilakukan Nichkhun, maka aku sengaja diam di tempat untuk mengawasinya. Mengingat Nichkhun begitu kejam pada Wooyoung, sempat terbersit di otakku bahwa jangan-jangan Nichkhun berniat membunuh Wooyoung saat Wooyoung tengah tidur. Tapi lagi-lagi aku dikejutkan oleh kejadian yang sangat diluar dugaanku. Bukannya membekap mulut Wooyoung atau mencekiknya, Nichkhun malah sesenggukan seperti orang yang tengah menangis. Bahunya berguncang dan beberapa kali sempat terdengar isakan tertahan yang berasal darinya. Aku pun mendengar Nichkhun membisikkan permintaan maaf pada Wooyoung di sela-sela isak tangisnya. Dan sebelum akirnya dia meninggalkan sosok Wooyoung yang masih pulas tertidur tersebut, Nichkhun membungkuk untuk membelai rambut Wooyoung dan mengecup keningnya. “ sejenak Taecyeon menghentikan story tellingnya dan mengamati wajah Minjun yang tengah memperhatikan dirinya dengan serius. “ Nichkhun juga sempat beberapa kali terpancing amarahnya saat aku berkata akan mengambil Wooyoung dan menjadikannya huswife keduaku, segera setelah Nichkhun mencerikan Wooyoung. “ lanjutnya lagi.

“ Jadi maksudmu, Nichkhun terpaksa menyakiti Wooyoung. Bukan karena Nichkhun memang tidak bisa menerima kehadiran Wooyoung? “ tanya Minjun meragukan sendiri pertanyaan yang dilontarkannya

“ Mungkin. Aku sendiri tidak tau. Nichkhun berubah sangat tertutup padaku sekarang. Tapi aku sangat berharap jika dugaanku itu benar. Paling tidak, cepat atau lamabt, akan ada kemungkinan mereka berdua bisa bahagia Cukup sudah penderitaan yang mereka alami belakangan ini. “

 

 

------------------------------------------------------------------------

 

* at Nichkhun’s home

 

“ Apa ini, hyung? “ tanya Wooyoung kebingungan saat tiba-tiba Nichkhun datang padanya sambil menyodorkan sebuah botol kaca kecil berwarna cokelat.

“ Salep untuk memarmu. “ jawab Nichkhun singkat seraya beranjak pergi setelah Wooyoung menerima botol salep pemberiannya.

 

Ekspresi bingung di wajah wooyoung sirna seketika dan berganti dengan senyum berbinar.

 

“ Hyung… “ panggil Wooyoung menghentikan langkah Nichkhun.

“…. “ Nichkhun tidak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya berbalik menatap Wooyoung yang tengah memandangnya sambil tersenyum ceria.

“ Terima kasih banyak. “

“…. “ Lagi-lagi sunyi. Nichkhun kembali melenggang meninggalkan Wooyoung yang tengah berkutat dengan tumpukkan pakaian di meja setrikanya.

“ Aku akan berusaha lebih keras lagi, hyung. Aku pasti bisa membuatmu mencintaiku. “ gumam wooyoung pada botol salep yang berada di genggaman tangan kananny sambil tersenyum bodoh.

 

--------------------------------------------------------------------

 

Ini sudah jam 2 dini hari dan Nichkhun masih juga terjaga. Dia duduk di atas tempat tidurnya sambil menyandarkan punggungnya pada headboard springbed nya. Matanya menerawang ke sebuah titik di tembok kamar yang berada tepat di seberangnya.

Berkali-kali Nichkhun juga menghela nafas panjang sebelum kemudian membenamkanwajahnya ke gumpalan bantal yang dipeluknya dengan erat.

 

“ Kenapa aku ini? “ gumamnya masih dengan wajah terbenam di gumpalan bantalnya.

 

Setelah beberapa kali menggumam pada dirinya sendiri, tiba-tiba dengan tergesa Nichkhun bangun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar menuju ke ruang tengah yang sudah setengah gelap. Tidak bisa dibilang gelap gulita karena memang ada lampu ber-watt sangat kecil yang menerangi ruang tengah rumah Nichkhun tersebut.

Nichkhun berhenti tepat di samping sofa tempat sesosok manusia tidur dengan lelapnya. Yah… Wooyoung.  Sejak awal mereka menikah, Wooyoung dan Nichkhun memang tidak pernah tidur bersama. Mereka hanya tidur bersama jika ada orang tua mereka yang berkunjung, itupun mereka tetap tidak tidur di satu ranjang. Wooyoung biasanya tidur di atas kasur lipat yang sehari-hari dijadikan sebagai sofa oleh Nichkhun, sementara Nichkhun tidur nyenyak di atas tempat tidur.

Kamar tidur di rumah Nichkhun memang hanya satu. Itulh sebabnya kenapa Wooyoung selalu tidur di sofa ruang tengah. Meski seperti taecyeon bilang desain rumah Nichkhun membawa pengarh besar pada suhu dan udara di ruang tengah rumahnya. Jika ruangan yang lain hangat, entah bagaimana, ruangan itu masih tetap saja dingin dan berangin. Tidak jarang Wooyoung harus jatuh sakit karena demam dan masuk angin.

 

“ Woo… “ panggil Nichkhun lirih dan sangat berhati-hati. Sebenarnya Nichkhun tidak pernah ingin benar-benar memanggil Wooyoung. In hanya formalitas untuk mengecek apakah huswife-nya ini sudah benar-benar tertidur atau belum.

Ketika tidak ada jawaban dan setelah beberapa kali melambaikan tangan d depan mata Wooyoung yang terpejam, dan masih juga tanpa respon, akhirnya Nichkhun sampai pada kesimpulan kalau Wooyoung sudah benar-benar terhanyut di dalam alam mimpinya.

Hal yang kemudian dilakukan nichkhun adalah berlutut untuk membelai rambut Wooyoung dan ibu jarinya sempat menyentuh halus perban berwarna putih yang menempel di pelipis mata sebelah kanannya. Tangannya juga membelai pipi chubby Wooyoung sebelum akhirnya mendarat sangat pelan di sudut bibirnya yang memar dan robek

Tanpa di sadari air mata Nichkhun menetes jatuh menghantam permukaan lantai. Ingatannya mengajak Nichkhun kembali ke saat awal luka tersebut dibuat.

 

* flashback

 

 “ Sudah berapa kali aku bilang? Jangan pernah kau berani muncul di kantor. Apa belum pua kau membuat ibuku meninggal karena ulahmu yang selalu menempel padanya dan mengtakan pada semua orang tentang hubungan kita? Apa kau juga mau melakukan hal yang sama padaku? Kau mau membuatku mati perlahan karena tekanan batin? “ Nichkhun terus berteriak sambil menunjuk-nunjuk Wooyoung yang sudah terkapar di lantai setelah menerima sebuah bogem mentah dari Nichkhun.

 

Pukulan telak yang penuh amarah itu berhasil membuat sudut bibir tipis Wooyoung mengalirkan darah dalam jumlah yang tidak sedikit. Luka robek yang menganga, membuat Wooyoung meringis perih di sela-sela tangisannya.

Tidak pernah sedikitpun terpikir oleh Wooyoung kalau niat baiknya datang ke kantor Nickhun untuk mengantar document penting yang akan dipakai Nichkhun saat rapat tadi siang, akan berujung seperti ini.

 

“ Maaf, hyung. Aku pikir document itu sangat penting bagimu. Kau mengerjakannya sampai tidak tidur semalaman. Jadi aku… “ belum selesai Wooyoung bicara, Nichkhun sudah dengan cekatan mencengkram kerah kemeja yang Wooyoung pakai dan menarik Wooyoung untuk bangkit berdiri sebelum akhirnya kembali mendorong Wooyoung keras-keras ke arah tempat tidur.

Namun nasib Wooyoung yang naas, tidak mengijinkannya mendarat di tempat yang empuk. Kakinya yang tersandung kaki nichkhun membuatnya mendarat lagi di lantai dengan kepala membentur meja kecil yang terletak tepat di samping ranjang terlebih dahulu.

Wooyoung terduduk lemah tanpa daya. Pandangan matanya seketika menghitam setelah benturan keras menghantam pelipis matanya. Hanya rasa sakit dan pusing yang luar biasalah yang bisa dirasakannya.

Sementara di sisi lain, Nichkhun yang melihat kejadian tersebut hanya bia berdiri mematung dengan mulut menganga melihat bercak-bercak darah mulai jatuh satu per satu memerahkan lantai keramik berwarna putih di kamarnya.

Nichkhun terlihat begitu syok. Sampai-sampai dirinya tidak sanggup bergerak atau berkata apapun melihat wooyoung yang bangkit perlahan dari duduknya dengan terhuyung-huyung sambil berusaha menghentikn darah yang bercucuran dengan telapak tangannya.

 

“ Maaf, hyung. Aku akan membersihkan lantai kamarmu nanti. Maaf aku membuatnya kotor. “ ucap Wooyoung tanpa menunggu respon dari nichkhun, sambil berjalan meninggalkan kamar nichkhun.

 

Sepeninggal Wooyoung, Nichkhun masih membatu di tempatnya semula. Menatap lurus ke arah bercak darah di atas lantai dekat tempat tidurnya. Rasa sesal dan bersalah menggerogoti hati dan pikirn Nichkhun. Meski sering menyakiti Wooyoung secara mental dan fisik, tapi baru kali ini Wooyoung sampai terluka seperti itu. Biasanya luka yang dihadirkan hanya sebatas luka memar. Ini diluar senarionya. Meski sangat ingin mengejar Wooyoung dan membantunya mengobati luka yang disebabkan olehnya, Nichkhun memilih bergeming. Tetap terpaku di tempatnya berdiri sejak tadi sambil menangis dalam diam.

 

*end of flashback

 

“ Maaf, Woo. Maaf aku telah melakukan ini semua padamu. Tapi percayalah, Woo. Ini yang terbaik untukmu. Kau tidak seharusnya bersamaku. Kau pantas dan bisa mendapatkan yang lebih baik dariku. Kau terlalu baik untuk orang seperti aku. Jadi aku mohon. Menyerahlah. Berhentilah mencintaiku. Jangan membuat kita berdua terluka lebih dalam lagi… “ isakan tangisnya telah membuat Nichkhun tidak bisa melanjutkan lagi ucapannya.

 

Nichkhun selalu seperti ini. Menangis dalam diam saat Wooyoung tertidur dengan lelapnya. Mungkin Nichkhun memang pengecut karena hanya berani menunjukkan perasaannya pada Wooyoung saat Wooyoung tertidur. Tapi jika Wooyoung terbangun, Nichkhun akn berubah menjadi monster untuk menutupi semua perasaannya pada Wooyoung. Meski di satu sisi Nichkhun sejujurnya sangat mencintai Wooyoung, di sisi lain Nichkhun juga sangat ingin mendorong Wooyoung pergi dari kehidupannya. Nichkhun tidak ingin Wooyoung tau kalau dia juga punya perasaan yang sama pada Wooyoung. Nichkhun tidak ingin Wooyoung berharap banyak padanya.

 

---------------------------------------------------------------------------

 

* at Junho and Chansung’s Home

 

“ Baby, kenapa kau mengijinkan Wooyoung pulang? Bagaimana kondisinya? Apa sudah benar-benar baik? “ tanya Chansung pada Junho setelah mendapati Wooyoung sudah tidak ada di rumahnya.

“ Dia memaksa ingin puang, Chan. Dia bilang kasihan Nichkhun kalau dia pergi lama-lama. “ jawab Junho lesu sambil membantu Chansung membawakan jaket dan tas kerjanya.

 

Hwang Chansung yang sekarang adalah suami Junho, bekerja sebagai seorang dokter spesialis kandungan di St. Mary Seoul International Hospital. Karena tugasnya itulah, Chansung sering mendadak meninggalkan Junho jika ada pasiennya yang akan melahirkan. Seperti tadi pagi Chansung harus segera meninggalkan Junho dan Wooyoung karena harus bergegas menuju ke rumah sakit. Seorang pasiennya yang dijadwalkan melahirkan sekitar 3minggu lagi, mengalami pendarahan karena jatuh di kamar mandi. Dokter yang jaga saat itu, mengatakan kondisi bayi sangat lemah. Saat diperiksa, detak jantung bayi kadang tidak terdeteksi, sehingga mau tidak mau operasi caesar harus segera dilakukan untuk menyelamatkan nyawa keduanya. Baik sang ibu, maupun sang bayi. Itulah sebabnya, Chansung tidak tau kalau Wooyoung ternyata sudah bepamitan pulang kepada Junho. Padahal sepengetahuan Chansung, Wooyoung masih harus beristirahat paling tidak selama 3hari dulu.

Kehilangan banyak darah dan tekanan mental yang dialami Wooyoung, bisa berdampak besar di kemudian hari jika Wooyoung terus memaksakan tubuhnya untuk melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukannya.

 

“ Baby, aku semakin tidak tega melihat kondisi Wooyoung dari hari kehari. Semenjak menikah dengan Nichkhun, Wooyoung bukan lagi Wooyoung yang dulu aku kenal. Wooyoung kehilangan benar-benar kehilangan keceriaannya. Meskipun dia masih pribadi yang menyenangkan dan suka bercanda, tapi tawanya benar-benar tidak setulus dulu. Apalagi kondisi tubuhnya yang makin hari makn terlihat lemah dan kurus. Kau yakin tidak ingin melaporkan semua ini kepada kedua orang tuamu? “ Chansung menarik Junho ke dalam dekapannya.

 

Setelah hari panjang yag begitu melelahkan, mendekap Junho bisa menjadi obat pemulih bagi Chansung. Aroma harum yang menenangkan jiwa dari parfum yang sudah menjadi jati diri Junho, memberi rasa nyaman dan tenang luar biasa bagi Chansung.

 

“ Wooyoung melarangku. Melarangmu juga kan? Ayah dan ibu pasti sudah sangat stress dengan pekerjaan mereka di sana. Membangun kembali perusahaan Horvejkul yang sudah 80% tumbang bukanlah hal yang mudah. Lagipula, sebenarnya aku juga sudah beberapa kali memberi tau ibu soal kondisi Wooyoung. Bahkan seperti yang kita tau, dulu ibu juga sempat melihat sendiri bercak memar di beberapa bagian tubuh Wooyoung, tapi saat itu Wooyoung berkelit bahwa lebam-lebam di tubuhnya itu di dapatnya karena kelelahan. Wooyoung malah mengatakan pada ibu bahwa 30% orang di dunia, mengalami memar di tubuhnya karena kelelahan dan meminta ibu tidak usah khawatir karena Wooyoung bukanlah orang yang suka berkelahi, sehingga tidak mungkin memarnya di dapat karena sebuah perkelahian. Wooyoung begitu pandai berkelit dan meyakinkan ibu dan ayah. Dia sangat pintar menyimpan rahasia. Sangat sulit bagi seseorang untuk mengorek Wooyoung. Tidak seperti aku…“ Junho berhenti sejenak, menoleh ke arah Chansung yang kini tengah duduk di belakangnya dengan tangan yang masih tetap melingkar di pinggangnya. “ Aku sudah berusaha… “ lanjut Junho dengan wajah putus asa.

 

Melihat ekspresi wajah Junho yang memelas, Chansung hanya dia, karena dia sendiripun bingung harus berkomentar apa. Tapi Chansung mengeratkan dekapannya kepada Junho. Dia tau huswife nya itu sekarang sedang sangat galau.

Bagaimana tidak, Wooyoung adalah hyung-nya satu-satunya. Selain itu, berkali-kali Junho juga menyalahkan dirinya sendiri atas keadaan Wooyoung saat ini. Junho sering menangis di pelukan Chansung dan mengatakan betapa egoisnya dirinya. Andai saja waktu itu dia mau menikahi Nichkhun, jelas Wooyoung tidak akan seperti ini.

 

* flashback

 

“ Woo!!! Kau kenapa? Woo!!! “ Junho langsung histeris ketika siang itu Wooyoung datang ke rumahnya dengan wajah bersimbah darah. Bahkan Wooyoung langsung terkulai lemah sesaat ketika turun dari mobil.

 

Melihat itu, Chansung dan Junho buru-buru membaringkan Wooyoung di kamar mereka. Chansung yang memang seorang dokter, dengan cekatan membersihkan luka Wooyoung dan menutupnya dengan perban. Chansung juga mengompres kening Wooyoung karena suhu tubuhnya yang sangat tinggi.

 

“ Ini pasti ulah iblis itu, Chan!! Ini pasti ulahnya!! Dia benar-benar ingin membunuh Wooyoung. Aku harus melaporkannya ke polisi sekarang juga. Nyawa hyung ku dalam bahaya, chan. “ ujar Junho histeris begitu Chansung keluar dari kamar dan selesai mengobati Wooyoung.

 

Melihat huswife-nya yang hilang kendali, Chansung buru-buru meraih Junho dan memeluknya erat-erat.

 

“ Kalau saja yang menikah dengan iblis itu adalah aku, Chan… Aku pasti tidak akan membiarkannya menyentuhku sedikitpun. Justru aku yang akan membuatnya mati perlahan. “ Junho sejenak berhenti bicara. Memilih membiarkan air matanya mengalir deras terlebih dahulu. “ Kenapa Wooyoung sebodoh itu, Chan? Kenapa dia malah jatuh cinta pada orang yang jelas-jelas berniat merenggut nyawanya? Kemana otak Wooyoung? “

“ Sssttt… Tenangkan dirimu, baby. Kita tunggu sampai Wooyoung sadar agar kita tau apa yang sebenarnya terjadi. Kau tidak boleh seperti ini. Di saat seperti ini justru kau harus kuat. Wooyoung perlu kau, Junho. Selama kedua orang tuamu di Amerika, hanya kaulah keluarga yang dimilikinya di sini. Jadi tenangkan dirimu. Kuatkan dirimu dan ayo kita pikirkan jalan keluar yang terbaik bagi Wooyoung. “

“ Aku benar-benar ngeri membayangkan bagaimana dia bisa bertahan tadi. Dengan luka seperti itu, dia menyetir sendiri mobilnya dari rumahnya ke sini. Kau bisa bayangkan apa yang akan terjadi kalau dia hilang kesadaran di tengah jalan tadi? Hidupnya akan benar-benar usai, Chan. “ ujar Junho masih dengan sesenggukan yang diredamnya di permukaan dada bidang sang suami.

 

Chansung tidak menjawab. Hanya menghela nafas sambil mengelus punggung Junho dengan lembut, karena sejujurnya Junho benar. Entah apa yang akan terjadi jika Wooyoung pingsan di tengah jalan, ketika dia sedang menyetir tadi.

 

“ Wooyoung memang luar biasa. “ gumam Chansung pada dirinya sendiri.

 

* end of flashback

 

Tiba-tiba ponsel Junho bergetar di tengah-tengah waktu bercengkramanya dengan Chansung. Membuat Chansung melonggarkan sedikit pelukannya karena tau sang huswife butuh ruang untuk bergerak mengambil ponsel yang diletakannya di dalam saku celana jins yang dipakainya.

 

“ Jaebom hyung. “ bisik junho dengan wajah berbinar pada Chansung setelah membaca nama yang muncul di layar ponselnya.

 

Chansung merespon dengan anggukan. Memberi kode pada Junho untuk seger mengangkatnya.

 

“ Hallo, hyung!? “

“ Hallo. Junho, bagaimana Wooyoung? “ tanya Jaebom dari seberang sana.

“ Wooyoung sudah pulang sejak tadi pagi, hyung. Dia terburu-buru kembali kepada suaminya karena takut iblis itu tidak makan dengan baik tanpa ada dia di sampingnya. “

 

Chansung mencolek sang huswife. Berkata tanpa suara meminta Junho meloud speaker ponselnya agar dia juga bisa mendengar apa yang Jaebom katakan.

 

“ Apa kondisinya sudah baik? “ tanya Jaebom lagi. Kali ini Chansung pun bisa mendengar nada emas yang diimbuhkan Jaebom pada ucapannya.

“ Dia bilang sudah baik. Memang panas tubuhnya sudah normal, tapi wajahnya masih sangat pucat. Aku benar-benar tidak bisa menahannya. Dia sangat keras kepala. Kau tau sendiri kan bagaimana dia? “

“ Iya aku tau. Baiklah kalau begitu. Besok pagi aku akan menghubunginya. Aku ingin memastikan sendiri bagaimana kondisinya. Kalau sekarang mungkin sudah terlalu larut. Wooyoung pasti sudah tidur. Apalagi suaminya pasti sedang ada di rumah. Aku tidak mau Wooyoung mendapat masalah lagi karena aku. “

“ Iya, hyung… “

“ Oh iya, aku hampir lupa. Aku telephone untuk memberi tau kau dan Chansung bahwa hari kamis ini aku akan pulang ke Korea untuk sementara waktu. Tugasku di sini sudah selesai. Kalian bersiaplah menyambut kepulanganku. Siapkan welcome party yang meriah ya? “

“ Oh ya? Baiklah, hyung. Aku akan minta bantuan Wooyoung juga, hyung. Dia pasti akan sangat senang kau pulang. “ Junho berucap antusias mendengar berita gembira yang Jaebom sampaikan.

“ Jangan beritau Wooyoung!! “ tegas Jaebom pada Junho yang membuat Junho menghentikan tawanya karena kaget dengan perubahan nada suara Jaebom. “ Aku ingin memberinya kejutan. Lagipula aku ingin bicara banyak dan melepas rinduku padanya hanya berdua saja. Jadi aku harap kabar kepulanganku ini jangan sampai bocor kepadanya. “ lanjut Jaebom menjelaskan maksud peringatannya pada Junho tadi.

 

Seketika suasana tegang yang menyelimuti Junho dan Chansung berganti dengan tawa nakal yang membuat Jaebom memerah di seberang sana.

Junho dan Chasung memang selalu senang menggoda jaebom soal hal-hal yang berkaitan dengan Wooyoung. Karena jika sudah menyangkut wooyoung, Jaebom selalu berubah menjadi pria yang gampang tersipu.

Maklumlah, seperti yang kita tau, sebelumnya Jaebom dan Wooyoung adalah sepasang kekasih semasa di univesitas. Tapi baru 2tahun berjalan, hubungan tersebut berakhir. Bukan karena sudah tidak ada lagi rasa cinta di antara mereka. Wooyoung mungkin memang hanya menganggap Jaebom seperti seorang hyung nya sekarang. Tapi tidak dengan Jaebom. Jaebom masih punya perasaan terpendamm pada Wooyoung. Baginya Wooyoung adalah seorang kekasih yang tidak terganti dan type ideal Jaebom. Tapi Jaebom menghargai keputuan Wooyoung untuk menjadi sebatas teman saja, karena tidak ingin malah merusak hubungan baik yang sudah ada.

Lagipula akar permasalahan kandasnya hubungan mereka memang ada pada Jaebom sendiri. Jaebom yang punya jiwa sosial sangat tinggi, tergabung dalam sebuah kelompok sukarelawan bencana resmi yang berbasis internasional. Menjadi satu-satunya wakil dari universitas tempat mereka menuntut ilmu. Kelompok tersebut bertugas untuk terjun langsung ke lokasi bencana dimana pun lokasi bencana itu terjadi. Membantu dan menetap di area bencana tersebut dalam waktu yang cukup lama sampai warga masyarakat di daerah tersebut dirasa sudah bisa kembali berdiri sendiri lagi.

Awalnya Wooyoung merasa tidak masalah ketika Jaebom memutuskan menerima tawaran dari pihak universitas mereka untuk mengemban tugas tersebut. Wooyoung bangga-bangga saja menjadi kekasih seorang Park Jaebom. Tapi memasuki tahun kedua, kejenuhan mulai melanda Wooyoung. Meskipun statusnya adalah milik seseorang, tapi selalu absennya orang yang memilikinya di setiap moment yang diperlukan, membuat Wooyoung perlahan menyerah. Wooyoung tidak ingin jika semua terus dilanjutkan dengan terpaksa, aka berakhir dengan salah satunya terluka dan hubungan yang awalnya dimulai dengan baik akan berujung permusuhan. Maka dengan mantab dan penuh penjelasan, Wooyoung mengakhiri hubungannya dengan Jaebom.

Sementara di pihak lain, meski sakit, tapi Jaebom rasa yang dikatakan Wooyoung itu semua benar. Maka dengan hati yang lapang, Jaebom menerima keputusan Wooyoung. Jaebom hanya tidak mau egois dan membuat wooyoung tersiksa.

Setelah resmi putud, kemudian dimulailah hubungan baru mereka yang terjalin samai detik ini. Sahabat. Wooyoung dan Jaebom bersahabat baik bahkan setelah Wooyoung memutuskan menikah dan jatuh cinta pada Nichkhun. Jaebom tetap ada di samping Wooyoung sebagai seorang sahabat yang selalu mendukung dan mendoakan Wooyoung.

Dengan status mereka yang baru, jelas jarak bukan lagi masalah bagi mereka.

 

“ Aku lebih berharap kaulah yang jadi kakak iparku, hyung. “ goda Junho yang masih di background-I oleh tawa cekikian Chansung.

“ Yah!! Hwang Chansung! Berhentilah tertawa seperti itu. Kau seperti  gwishin cheonyeo (nama hantu perawan yang sangat populer di Korea)!!! “ seru Jaebom kepada Chansung.

“ Bwuahahahahah, hyung!!! Cepatlah pulang dan rebut kembali Wooyoung-mu!! Sudah waktunya kau berhenti membantu para korban bencana itu. Karena kau sendiri akan mendapat bencana kalau tidak segera menikah. Kau sudah terlalu tua. Status bujangmu akan ditambah dengan kata lapuk kalau kau tidak segera memutuskan untuk mengakhirinya. Sudah saatnya mencari lubang pelampiasan. Jangan terus-terusan menggunakan tanganmu. “ celoteh Chansung yang diiringi oleh tawa heboh dari huswife-nya.

 

“ Dongsaeng-dongsaeng gila.. “ ujar Jaebom sebelum akhirnya memutuskan sambungan telephone mereka.

 

Mendapati Jaebom yang menutup telephone-nya karena marah, malah tertawa makin keras. Mereka tidak khawatir dengan kemarahan Jaebom. Karena toh, marah itu hanya alibinya agar tidak digoda terus menerus di kesempatan berikutnya.

Tapi bukan Chansung dan Junho kalau patuh hanya dengan gertak sambal seperti itu.

 

“ Kau keterlaluan, Chan! “ ujar Junho di sela tawanya.

“ Aku hanya mencoba jujur… “ Chansung masih terkikik juga membayangkan wajah kesal Jaebom sekarang ini. “ Tapi aku serius ketika menyuruhnya cepat pulang untuk merebut kembali Wooyoung. “

 

Ucpan lanjutan Chansung seketika membawa Junho kembali ke aura seriusnya.

 

“ Aku juga serius saat mengatakan lebih memilihnya menjadi kakak iparku. Aku yakin Wooyoung akan lebih bahagia jika jaebom hyung yang ada di sisinya. “

 

--------------------------------------------------------------------------

Rampung juga chapter 2 ini

Semoga chapter ini menjawb beberapa pertanyaan yang ada di chpter pertama

Tapi kalo belum terjawab semua, tenang…

Masih ada jawaban yang akan terselip di chapter-chapter berikutnya.

Abisnya kalo dijelasin semua langsung di awal, belakangnya jadi ga seru donk.

Ya ga??

Pokonya masih tetap mengharapkan saran dan kritiknya yah.

Comment yang Cuma sekedar untuk muji ato nyuruh update soon juga diterima dengan lapang dada.

Buat spirit aku biar ga males nulis.

Ga lupa juga mo bilang makasih untuk yang udah baik banget mau ngasih vote-nya buat ff ini

Makasih juga buat yang udah ngasih comment n mau jd subscriber juga.

Pokonya makasih buat semuanya.

Happy reading ah.

 

*loveuall

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Mrs_jang89yes #1
Chapter 8: thornim update lagi pali palli palli....
g sabar liat lanjutannya nih,,,,
pipikya #2
Chapter 8: Oh tidak -__- sudah hampir klimaks dan author masih belum melanjutkannya -__- aku penasaran dengan yang readers lainnya, seberapa penasarannyakah mereka, samakah dengan aku yang penasaran setengah mati :")
Wooyoung tersakiti lagi dan lagi :") update really really sooooooooonnnnnn authoniiimmmmm!!!!!!!!!!
pipikya #3
Chapter 4: Akhirnyaa Nichkhun menderita juga *evil laugh*
Author bilang kalo fanfiction ini nggak bakalan stop di tengah jalan, cuma updatenya aja yang lama. Tapi sampe kapan baru mau di update thor :"D
pipikya #4
Astaga sepertinya aku melewatkan ff ini -__- pas ngecek comment terakhir ternyata baru sampe chapter 2 -___- bakalan kebut bacanya nih hihi :3
TikaChan
#5
Update update update
yeppeuta
#6
Chapter 8: UPDATE PLEASEEEEEE ><
yeppeuta
#7
Chapter 1: maap baru on kesini lagi, jadi baru baca ff-mu. tapi.. ini seru^^
hwaiting93 #8
Chapter 8: Mian baru comment di chapter ini , baru nemu ff nya sekarang hehe ^^v

Ya ampunnn pengen jedotin kepala khun ke tembok (۳˘̶̀Д˘̶́)۳
*dihantem massa*
Ga tega banget sama wooyoung , ini baca ff nya ga fokus banget , kalo engga pasti udah nangis ><
*ga ada yg nanya*
Cepet diupdate ya thor , pengen tau rencana khun berhasil atau engga

Good job buat author
TikaChan
#9
Chapter 8: update update update !!!

update !!!
Azalea22 #10
Chapter 8: Gilaaa. Ff ini bikin air mataku g berhenti ngalir. Thor, 10 point of 10 buat cerita ini. Ngarepin author cepet2 up date lanjutannya ya. Kalo bisa segera....maaf hehehe. Tq