..IMPOSSIBLE 1..

..IMPOSSIBLE ( Desisting to Expect Your Love )..

Maaf kalo banyak typo yah…

Happy Reading all.

 

----------------------------------------------------------------

* at Junho’s home

 

“ Aku begitu mencintainya. Aku terima semua sakit ini. Ya… Aku akan lakukan apa saja untuknya. Meski dia tidak akan pernah melakukan hal yang sama untukku. “

“ Kau gila, Woo. Kau harus berhenti. Cepat atau lambat kau akan mati di tangannya. Bukan hanya siksaan batin yang dia berikan. Tapi dia mulai menyiksamu secara fisik. Dia tidak waras, Woo. Suamimu, si Buck itu, dia sakit jiwa. Dia tidak akan pernah mengerti cinta. Jadi menyerahlah. Kau tidak seharusnya hidup menderita seperti ini, Woo. “

 

Air mata benar-benar sudah mengaburkan pandangan Junho. Hatinya begitu sakit melihat sosok namja yang duduk di hadapannya ini. Junho benar-benar merasa bersalah pada Wooyoung. Andai dia bisa memutar waktu. Mungkin hyung-nya tidak akan hidup dalam penderitaan seperti ini.

Kesalahan Wooyoung yang terbesar hanyalah dia terlalu baik. Terlalu baik untuk mau menderita menggantikan Junho. Terlalu baik untuk begitu mencintai Nichkhun, meski hanya rasa sakitlah yang diberikan Nichkhun sebagai bayaran atas cinta Wooyoung kepadanya.

 

---------------------------------------------------------------

 

* at Nichkhun’s Home

 

“ Mana huswife-mu yang imut itu, Khun? “ tanya Taecyeon pada Nichkhun saat pertama kali menginjakan kakinya di rumah Nichkhun.

“ Pergi… “ jawab Nichkhun singkat.

 

Wajah Nichkhun sudah sangat merah padam. Jalannya pun sudah sempoyongan. Siapapun yang melihat, jelas langsung tau kalau Nichkhun tengah mabuk.

 

“ Apa kau bertengkar lagi dengannya? “ selidik Taecyeon sambil membuntuti Nichkhun yang sudah berhasil menggapai sofa di ruang tamu terlebih dahulu.

“ ….. “ Nichkhun tidak menjawab. Dia memilih menenggak habis cairan di dalam botol berlabel Jack Daniels yang sedari tadi digenggamnya.

 

Meski Nichkhun tidak memberikan jawaban sepatah katapun, Taecyeon tau kalau Nichkhun dan Wooyoung pasti habis bertengkar lagi. Helaan nafas panjang menjadi isyarat keprihatinan Taecyeon bagi kehidupan rumah tangga Nichkhun.

 

“ Berhentilah menyakitinya, Khun. Dia hanya mencoba membantumu. Kalau aku jadi kau, aku akan sangat berterima kasih dan tidak akan menyia-nyiakan orang sebaik dia. “ ujar Taecyeon yang entah sudah keberapa kalinya dalam setahun belakangan ini, kepada nichkhun.

“ Kalau begitu ambil saja dia. “ jawab Nickhun ketus tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya kepada Taecyeon.

“ Tentu. Pasti akan ku ambil dia, Khun. Segera setelah kau menceraikannya. “

 

Mendengar jawaban Taecyeon yang begitu santai dan penuh keyakinan, seketika emosi Nichkhun mencapai ubun-ubunnya. Mabuk jelas tidak membuat Nichkhun bisa mengontrol emosinya.

Dengan cepat Nichkhun berdiri dari duduknya dan menjangkau kerah baju Taecyeon dan memandang Taecyeon dengan tatapan paling antagonis sedunia.

Tapi bukannya takut, Taecyeon malah tertawa geli. Gelegar tawanya yang menggema ke setiap sudut rumah Nichkhun, seolah menyadarkan pria Thailand itu, kalau dirinya telah melakukan hal yang sangat konyol.

 

“ Kau mencintainya kan, Khun? “ ucap Taecyeon di sela-sela tawanya.

 

Nichkhun masih membisu. Tapi jelas tergambar kalau Nichkhun sangat gugup mendengar ucapan Taecyeon. Dengan segera Nichkhun melepas cengkramannya di kerah baju Taecyeon dan berjalan cepat menuju ke sofa tempatnya duduk semula.

 

“ Akuilah, Khun. Rasa bencimu padanya kini telah berubah jadi cinta. Dia sudah berhasil mengalahkanmu. “ Taecyeon berjalan pelan menuju ke sofa tempat Nichkhun duduk dan segera mendaratkan bokongnya di samping Nichkhun.

“ Dia sudah menghancurkan hidupku, Taec. Dia membunuh ibuku. Dia yang juga membunuh ayahku. Dia yang membuatku jadi sebatang kara dalam sekejap, Taec. Mana mungkin aku mencintainya? “ meski hanya duduk diam di tempanya, tapi sorot mata Nichkhun bisa menggambarkan dengan jelas seberapa besar kadar amarah di dalam dirinya.

“ Bisakah kau berhenti berpikir seperti itu? Kau lupa apa pesan ayahmu sebelum beliau meninggal? Dia ingin kau menjaga Wooyoung dengan baik. Menyayangi dan mencintai dia. Ayahmu juga berpesan kalau kau harus berterima kasih padanya. Karena dia sudah bersedia berkorban demi kelangsungan hidup keluarga kalian. Kau lupakah? Mana ada seseorang yang meminta anaknya menjaga dan mencintai orang yang menyebabkan kematiannya sendiri? Apakah ada, Khun? Apakah masuk akal? “ kali ini Taecyeon tidak kalah emosi dengan Nichkhun. Taecyeon benar-benar hilang kesabaran jika masalah yang didebatkannya dengan Nichkhun sudah menyangkut Wooyoung.

“ …. “ lagi-lagi Nichkhun diam. Pura-pura tidak mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Taec.

“ Lalu, apakah kau juga lupa bagaimana mendiang ibumu dulu berterima kasih pada Wooyoung saat akhirnya Wooyoung setuju menikah denganmu? Kau ingat? Mendiang ibumu sampai menangis bahkan bersujud di kaki Wooyoung, Khun. Mendiang ibumu terus berterima kasih kepada Wooyoung dan terus menyebut Wooyoung sebagai malaikat. Lalu? Bukankah aneh kalau ibumu sampai seperti itu pada seseorang yang berniat jahat pada keluargamu, Khun? “ nampaknya Taecyeon benar-benar belum puas mengomeli Nichkhun.

 

Sebagai seorang sahabat sejak kecil, Taecyeon tau, 2 tahun belakangan ini, Nichkhun melewati masa-masa yang sangat sulit dalam hidupnya. Harus menikah dengan sesama pria padahal dirinya bukanlah seorang gay. Harus kehilangan kedua orang tuanya dalam kurun waktu yang berdekatan. Harus memutar otak untuk menjalankan bisnis yang bahkan tidak pernah dipelajari olehnya terlebih dahulu. Dan harus kehilangan gadis yang begitu dicintainya, karena dirinya harus menikah dengan wooyoung.

Taecyeon tau itu sangatlah berat. Begitu tidak gampang dilalui. Taecyeon maklum kalau sekarang Nichkhun banyak berubah. Lebih pemurung, cepat emosi dan sering mabuk-mabukkan. Menurut Taecyeon, Nichkhun memang perlu pelampiasan untuk semua permasalahannya. Bahkan tidak jarang Taecyeon juga menemani Nichkhun minum samai pagi di akhir pekan.

Tapi bukanlah suatu kebenaran, jika Nichkhun memakai Wooyoung, sebagai objek pelampiasannya. Beberapa bulan terakhir ini, Taecyeon sering berkelahi dengan Nichkhun karena urusan seorang Jang Wooyoung. Bagaimana tidak, beberapa kali Taecyeon memergoki Nichkhun tengah melakukan tidak kekerasan pada Wooyoung. Menampar, menonjok, menginjak bahkan sampai menendang Wooyoung pun pernah dilakukannya saat tengah marah.

Ucapan Nichkhun pada Wooyoung pun makin hari makin tidak berperikemanusiaan. Nichkhun benar-benar memperlakukan Wooyoung lebih hina dari pada binatang.

 

“ Kalau kau kemari hanya untuk berceramah, pulanglah Taec. Aku terlalu lelah untuk mendengarkanmu. Aku sudah sangat pusing dengan urusan di kantor. Aku mohon, jangan menambah bebanku lagi. “

 

Hening sejenak sebelum akhirnya tawa Taecyeon kembali menggelegar ke seantero ruangan.

 

“ Jelas aku kemari untuk menemanimu, Khun. Mana mungkin untuk menambah bebanmu. Kau ini ada-ada saja… “ ujar Taecyeon seraya merebahkan bokongnya ke sofa empuk di samping Nichkhun.

 

-----------------------------------------------------------------------

Ting tong…..

 

“ Woo… Ada apa dengan pelipis matamu? Kenapa di perban? Ujung bibirmu juga memar dan robek. Apa ini ulah Khun? Kau semalam kemana? Kenapa tidak pulang? Semalam kau bermalam di tempat siapa? Junho? Junho tau keadaanmu? “ Taecyeon langsung memberondong Wooyoung dengan rentetan panjang pertanyaan bernada cemas, begitu melihat wajah Wooyoung yang babak belur, tersaji di balik pintu masuk rumah Nichkhun.

 

Semalam Taecyeon akhirnya menginap di rumah Nichkhun. Sudah menjadi sebuah ritual bagi Taecyeon untuk menginap di rumah Nichkhun setiap akhir pekan. Taecyeon akan dengan setia menemani Nichkhun melakukan apapun yang Nichkhun mau, termasuk soal urusan wanita. Yah, meskipun Taecyeon hanya akan sebatas mengantar dan tidak ikut ambil bagian. Karena bisa-bisa, Minjun sang Huswife, akan langsung memecah belah kepalanya menjadi belasan bagian jika tau Taecyeon main gila di belakangnya.

Lagipula, semalam Taecyeon juga cemas setengah mati karena Wooyoung tidak kunjung pulang. Ponselnya pun tidak kunjung bisa dihubungi. Taecyeon benar-benar takut terjadi hal buruk pada Wooyoung.

 

“ Aku tidak apa-apa, hyung. Kemarin aku tidur di tempat Junho. Aku kurang hati-hati dan terpeleset  saat membantunya mengepel tangga. Sakit memang. Tapi untung hanya luka luar. “ jawab Wooyoung sambil beranjak masuk ke dalam rumah. “ Kau tidak usah memberi tau Minjun hyung, ya. Aku tidak ingin dia khawatir. Fashion show-nya akan digelar beberapa hari lagi kan? Dia pasti sedang sangat sibuk. Aku tidak mau mengganggunya. “ lanjut Wooyoung sambil tersenyum pada Taecyeon yang tengah memandanginya dengan tatapan prihatin.

 

Meski baru mengenal Wooyoung setelah Wooyoung menikah dengan Nichkhun, tapi bagi Taecyeon dan Minjun, Wooyoung sudah seperti adik mereka sendiri. Hubungan mereka sudah sangat dekat.  Taecyeon dan Minjun jelas tau kalau Wooyoung orang yang sangat baik. Ditambah lagi sikap Wooyoung yang begitu nerimo dengan segala penderitaannya saat hidup bersama Nichkhun, membuat Taecyeon dan Minjun semakin ber-empati pada Wooyoung. Khususnya Minjun.

Minjun dan Taecyeon menikah sudah hampir 4tahun. Mereka sudah berpacaran sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Itulah sebabnya, hubungan Minjun dan Nichkhun pun terbilang sangat dekat.

Tapi belakangan ini, hubungan Minjun dan Nichkhun memburuk karena persoalan tentang Wooyoung. Minjun yang saat ini bekerja sebagai seorang designer, menentang mati-matian cara Nichkhun memperlakukan Wooyoung. Jiwa patirotik Minjun memang sangat tinggi. Emosinya pun jauh lebih labil dibanding Taecyeon.  Maka tidak jarang Minjun nyaris membunuh Nichkhun setiap keduanya bertemu.

Berulang kali Minjun selalu bilang tidak mengerti dengan jalan pikiran Nichkhun. Bagaimana bisa Nichkhun memperlakukan orang seperti Wooyoung dengan cara seperti itu. Minjun benar-benar menyayangi Wooyoung. Minjun sangat tidak rela jika ada orang yang menyakiti Wooyoung. Oleh sebab itulah, Taecyeon lebih sering memilih berkunjung sendirian ke rumah Nichkhun daripada mengajak Minjun. Karena lebih baik mereka tidak bertemu, daripada berakhir dengan saling bunuh.

 

“ Kau tau, Woo. Minjun selalu bertanya padaku begini. ‘ Bagaimana bisa Wooyoung tahan hidup dalam neraka seperti itu? Bagaimana bisa Wooyoung selalu tersenyum begitu manis, meskipun semua tau hati dan tubuhnya terluka parah? Bagaimana bisa Wooyoung bersikukuh mencintai Nichkhun, saat orang yang dicintainya bahkan tidak memerlakukannya seperti seorang manusia? Bagaimana bisa Nichkhun begitu tolol, sampai dia tidak bisa melihat jika ada seorang malaikat di sisinya? ‘. “ sejenak Taecyeon menghentikan ucapannya, mencoba meneliti ekspresi Wooyoung.

 

Mendengar rentetan pertanyaan Minjun yang disampaikan oleh Taecyeon, Wooyoung nampak hanya tersenyum penuh arti tanpa menghentikan sedikitpun aktifitasnya yang tengah sibuk mempersiapkan sarapan untuk Nichkhun dan Taecyeon.

 

“ Woo.. Kau yakin tidak apa-apa seperti ini terus? Aku tau kau sangat menderita, Woo. Nichkhun memang sahabatku, tapi kebahagiaanmu jauh lebih penting. Perjanjian itu sudah berakhir. Nichkhun sudah mendapatkan kembali perusahaan keluarganya. Kau juga sudah melakukan apa yang mendiang kakekmu dan kakek Nichkhun inginkan. Semua sudah selesai. Kau bisa mengurus perceraian dan bebas hidup bahagia dengan orang yang mencintaimu. Kau tidak pantas menerima semua ini, Woo. “

 

Setelah menghela nafas panjang, masih dengan senyumnya yang begitu manis, Wooyoung menatap Taecyeon seperti tengah mempelajari sesuatu di wajah pria besar di hadaannya itu.

 

“ Khun hyung membutuhkanku, hyung. Dia butuh seseorang untuk membantunya mengurus kehidupan sehari-harinya. Dia butuh seseorang yang bisa memperhatikan dan mencintainya. Juga… seseorang yang bisa jadi tempatnya menumpahkan segala kegalauannya, hyung. Dia sebatang kara sekarang. Keadaan Khun hyung sekarang tidak jauh lebih baik daripada aku. Hanya saja cara kita menghadapi tekanan ini berbeda, hyung. Khun hyung lebih sering marah-marah, sementara aku lebih sering diam. Sehingga dalam kasus ini, Khun hyung lah tokoh yang terlihat antagonis. Tapi aku yakin… Khun hyung bukan orang jahat. Dia hanya masih terpukul dengan semua kejadian sedih yang beruntun menghujamnya. Kalau aku tidak bisa bersabar, lantas siapa yang akan membantunya kembali ke 2tahun lalu, sebelum semua masalah ini ada? “ ujar Wooyoung pada akhirnya. Masih dengan senyum malaikat yang begitu penuh arti.

 

Taecyeon benar-benar terkesima dengan kegigihan dan kebaikan Wooyoung. Satu hal yang dipetiknya dari percakapan paginya dengan Wooyoung hari ini adalah, yang terlihat kuat di luar belum tentu kuat juga dalamnya.

Nichkhun mungkin memang kasar dan tempramental jika menyangkut sesatu yang menyinggung soal Wooyoung. Tapi sesungguhnya bukan Wooyoung lah yang rapuh. Melainkan Nichkhun lah yang sesungguhnya perlu bantuan.

 

“ Semoga mata Nichkhun segera terbuka, Woo. Semoga Nichkhun segera sadar bahwa hidupnya tidak sepenuhnya buruk. Dia punya kau, Woo. Malaikat yang akan selalu ada di sampingnya. Membantunya begitu banyak. Juga berkorban begitu banyak. “

 

---------------------------------------------------------------------------

 

* flashback at Washington DC, 2tahun lalu

 

“ Satu-satunya yang bisa membantu keluarga kita adalah keluarga Jang, Khun. Kita sudah tidak bisa menambah hutang lagi. Perusahaan akan benar-benar bangkrut jika terus seperti ini. Ayah ingat, dulu kakekmu pernah berpesan pada ayah sebelum beliau meninggal. Beliau meminta ayah datang menemui keluarga Jang jika terjadi sesuatu dengan perusahaan. Meski kakekmu tidak bilang apa-apa lagi selain itu, tapi tidak ada salahnya jika kita mencoba mendatangi mereka di Korea. Paling tidak, kemungkinan perusahaan kita bisa selamat jauh lebih terbuka.

 

----------------------------------------------------------------------

 

* still fashback at Seoul, 2tahun lalu

 

“ Ayah memang pernah berpesan sama sebelum meninggal. Dia memberi kami 2 surat wasiat. Yang pertama wasiat pribadi keluarga dan sudah kami buka. Sedangkan yang kedua masih di bawa oleh notaris perusahaan, karena ayah bilang, surat itu hanya boleh dibuka jika keluarga Horvejkul datang menemui kami. Tapi jika tidak, maka wasiat itu tetap tidak boleh dibuka untuk selamanya. “

 

Singkat cerita, surat wasiat misterius itu akhirnya dibuka di hadapan seluruh keluarga Jang dan Horvejkul. Termasuk Wooyoung, Junho dan Nichkhun selaku cucu dari kakek-kakek mereka.

Setelah dibaca, isi surat wasiat tersebut memang terbukti sangat bisa membantu keluarga Horvejkkul bangkit dari keterpurukan. Karena ternyata kedua kakek mereka masih memiliki harta beku bersama, yang jumlahnya terbilang fantastis. Jangankan hanya untuk menutup hutang dari perusahaan Horvejkul, untuk membuat 2perusahaan besar baru pun, mereka bisa.

Tapi ada satu syarat yang membuat mereka bingung. Harta tersebut baru bisa cair jika keluarga Jang dan Horvejkul berbesanan. Memang bukan masalah besar jika mereka memiliki masing-masing satu anak perempuan dan satu anak laki-laki. Tapi yang jadi masaah adalah, anak mereka semua laki-laki. Keluarga jang memiliki Wooyoung dan Junho, sementara keluarga Horvejkul hanya memiliki Nichkhun.

Pada awalnya jelas kedua belah pihak menolak isi surat wasiat itu. Terutama Nichkhun. Keluarga Jang mungkin jauh lebih santai menanggapi hubungan sesama jenis karena toh Wooyoung saat itu tengah menjalin hubungan dengan Park Jaebom, pria Korea-Amerika yang dikenalnya saat sedang kuliah di Inggris. Sementara saat itu Junho juga tengah dekat dengan Hwang Chansung, seorang teman satu sekolahnya.

Tapi bagi keluarga Horvejkul, jelas ini tidak mudah. Semua orang jelas tau kalau Nichkhun itu adalah pria yang 100000% lurus. Predikatnya sebagai playboy pun sudah terkenal sampai kemana-mana. Nichkhun memiliki ribuan penggemar wanita karena ketampanannya. Bukan hal yang sulit bagi Nichkhun untuk menemukan atau mengganti kekasihnya. Mantan pacarnya pun tersebar hampir di seluruh benua di dunia. Karena faktanya, Nichkhun pernah memacari tidak hanya gadis berkulit putih atau sawo matang, tapi juga gadis kulit hitam saat masih di Amerika.

Jadi jelas hal yang tidak mungkin jika Nichkhun harus menikah dengan salah satu baik Wooyoung maupun Junho.

 

“ Kami mohon, Khun. Ini demi kelangsungan hidup kita. Perusahaan ini sumber penghasilan kita. Kalau sampai perusahaan ini disita bank, bagaimana kita mau menyambung hidup kita berikutnya? “ bujuk ayahnya sepulang dari rumah keluarga Jang.

“ Ayah gila? Bagaimana bisa ayah memintaku menjadi seorang gay? Menikahi sesama jenisku? Sementara di luar sana, ribuan bahkan jutaan ayah lain memarahi dan melarang anaknya menjadi gay? “

 

Sementara Nichkhun dan sang ayah beradu mulit, ibu Nichkhun hanya bisa terduduk lemah sambil menangis histeris meratapi nasib keluarganya. Dalam sekejap kehidupan yang tadinya tenang, jadi begini kacau.

 

“ Kenapa aku yang harus jadi tumbal, yah? Ini semua harusnya tanggung jawab ayah. Kalau ayah bisa lebih berhati-hati dan tidak sampai kena tipu, mungkin kita tidak akan seperti ini. “ ucap Nichkhun setengah berteriak sambil berjalan keluar rumah meninggalkan ayah dan ibunya.

 

Nichkhun sangat marah. Meski tidak tau harus marah kepada siapa. Tapi perasaan dan pikirannya sangatlah kacau. Nichkhun tau semua ini diluar prediksi. Relasi bisnis sang ayah yang sejak awal banyak membantu kemajuan perusahaan, meninggal dunia. Perusahaannya diwariskan pada anak laki-laki semata wayangnya. Tapi alih-alih memajukan perusahaan, anak itu malah berfoya-foya memakai uang perusahaan hingga dalam kurun waktu kurang dari 1tahun,, perusahaan tersebut gung tikar. Kalau hanya itu masalahnya, Nichkhun tidak peduli. Tapi persoalan sesungguhnya adalah, ayah Nichkhun menanam saham yang cukup besar di perusahaan itu dan anak laki-laki itu, sempat meminjam uang dalam jumlah fantastis pada ayah Nichkhun sebelum bangkrut dengan alasan untuk suntikan modal perusahaan yang ternyata hanya bohong belaka.

Kesialan pada kelarga Nichkhun tidak berhenti di situ. Perusahaan sang ayah yang tengah bertaruh soal sebuah proyek besar, ternyata kalah total. Padahal ayah Nichkhun sudah mengalirkan begitu banyak uang untuk proyek tersebut. Sehingga makin goncanglah perusahaan Horvejkul. Belum lagi ditambah dengan kondisi perekonomian negara yang tengah buruk, membuat nilai saham anjlok sampai separuhnya. Jelas itu semakin memperburuk keadaan keluarga Horvejkul. Hutang pada beberapa bank, ternyata semakin memperburuk keadaan. Penghasilan yang menipis tidak bisa menutup bunga tinggi yang diberikan oleh pihak bank. Maka setelah semua maslah yang ada, kata terpuruk adalah yang paling tepat mewakili kondisi Nichkhun dan keluarganya saat ini.

  

“ Dengan siapa aku akan menikah? Wooyoung atau Junho? “

 

Meski masih sangat terpukul, tapi melihat ayah dan ibunya yang semakin hari nampak semakin tua dan kurus, membuat Nichkhun menyerah. Selama ini ayah dan ibunya lah yang banyak berkorban untuknya. Meski merasa sangat berat hati, akhirnya Nichkhun memutuskan bahwa saat ini, memang waktunyalah untuk membalas kebaikan kedua orang tuanya.

 

“ Khun? “ wajah kedua orang tuanya yang semula sayu nampak lebih cerah mendengar pertanyaan Nichkhun.

 

Tuan dan Nyonya Horvejkul sudah putus asa dan pasrah begitu melihat Nichkhun pergi meninggalkan rumah beberapa jam yang lalu. Semua ini memang konyol. Bagaimana mungkin Nichkhun mau melakukan syarat yang jelas akan merusak masa depan dan kehidupannya. Tapi akhirnya Nichkhun pulang. Meski gurat kekecewaan masih jelas tergambar, tapi Nichkhun sudah terlihat lebih tenang.

 

“ Dengan siapa? Wooyoung atau Junho? “ ulang Nichkhun lagi.

“ Kemungkinan besar dengan Junho, Khun. Karena Jang Wooyoung sepertinya sudah memiliki pendamping. “

“ Baiklah. Besok kita ke rumah mereka lagi. Sekarang aku mau tidur. “

 

Untuk hari itu masalah memang selesai. Tapi nampaknya tidak sepenuhnya selesai. Karena ternyata Junho mati-matian menolak menikah dengan Nichkhun. Meski belum resmi berpacaran dengan Chansung, tapi Junho sangat mencintai Chansung. Junho tidak mau mengorbankan persaannya untuk menolong orang yang bahkan baru 2kali bertemu dengannya.

Yah, memang kakek dan ayah dari masing-masing keluarga bersahabat, tapi anak-anak mereka tidak saling mengenal. Karena keluarga Horvejkul hijrah ke Amerika, sementara keluarga Jang menetap di Seoul.

 

“ Junho, tapi… “

“ Tapi apa, bu? Aku tidak mau. Lebih baik aku mati daripada haru menikah dengannya. “ ujar Junho memotong ucapan ibunya sambil berteriak  sebelum akhirnya berlari menuju ke kamarnya. Memilih undur diri dari prtemuan keluarga malam itu.

 

Melihat bahwa penderitaan keluarganya masih akan terus berlangsung, nyonya Horvejkul hanya bisa menangis dalam diam. Di satu sisi jelas dia membutuhkan uang tersebut, tapi di sisi lain, Nyonya Horvejkul sadar betul, dengan begini, dia dan kelurganya telah menyeret keluarga Jang ke dalam masalahnya.

 

“ Bagaimana ini… “ gumam Nyonya Jang pada Wooyoung.

 

Sebagai seorang wanita, hatinya benar-benar tidak bisa diam saja melihat penderitaan yang dialami para sahabatnya. Melihat wajah Nichkhun dan kedua orang tuanya yang nampak putus asa menanggapi kelakuan Junho barusan, Nyonya Jang sangatlah tidak tega.

 

“ Kalau Junho tidak mau, kita tidak bisa memaksa. Itu adalah haknya. Maafkan kami sudah menyeret kalian ke dalam masalah keluarga kami. Kami benar-benar sangat berterima kasih pada kalian. Kami akan mencoba mencari jalan keluar lain. Kami lebih baik pulang dulu. “ Tuan Horvejkul, mencoba tersenyum meski getir.

“ Bukankah anda bilang ini adalah jalan keluar terakhir, paman? “ Wooyoung yang sebelumnya tidak bersuara sedikitpun, mencegah keluarga Horvejkul yang sudah hendak bangkit dari duduknya dengan pertanyaannya.

“ Eh… Hmm… Memang, Woo. Tapi kalau paman memutar otak lebih keras lagi, mungkin akan ada jalan keluarnya. “ sedikit tergagap di awal, Tuan Horvejkul mampu menyelesaikan jawabannya atas pertanyaan Wooyoung.

 

Wooyoung diam sejenak, terlihat berpikir. Menuai pandangan penuh tanya dari setiap mata yang ada di ruangan itu.

 

“ Ayah, apa harus Junho? “ tanya Wooyoung pada ayahnya kemudian.

“ Apa maksudmu, Woo? “ Tuan Jang balik bertanya kepada anak sulungnya tidak mengerti.

“ Apa harus Junho yang menikah dengan Nichkhun? Apa kakek menyebutkan spesifikasi anak ayah yang harus menikah dengan anak keluarga Horvejkul? “

“ Tentu tidak. Kakek meninggal di saat Junho belum lahir. Beliau bahkan tidak tau ayah akan punya anak berapa dan apa jenis kelamin anak-anak ayah sesudahmu. Begitu juga dengan kakek Nichkhun. Ayah rasa, mereka membuat wasiat tersebut karena menyangka paling tidak akan ada anak dengan jenis kelamin perempuan di antar kita. Tapi ketika semua anak yang lahir adalah laki-laki dan wasiat itu sudah terlanjur dibuat, maka masalahnya jadi serumit ini. Karena jelas pihak notaris tidak akan mau peduli apa jenis kelamin anak kita. Yang terpenting bagi mereka adalah, keluarga Jang berbesan dengan keluarga Horvejkul, baru harta beku tersebut bisa cair. Hal yang sama mungkin akan terjadi jika ternyata anak kita berjenis kelamin perempuan semua. “ ujar tuan Jang memberi penjelasan detail kepada Wooyoung.

 

Lagi-lagi Wooyoung hanya diam merespon ucapan panjang lebar sang ayah. Dia mengerutkan keningnya dan sedikit mem-poutkan bibir mungilnya. Sementara lagi-lagi pandangan penuh tanya terfokus padanya.

 

“ Kalau begitu nikahi aku, hyung. “ ucap Wooyoung sambil menatap lurus ke arah Nichkhun.

 

Ucapan Wooyoung jelas mengagetkan seluruh nyawa yang ada di ruangan itu. Tidak ada satupun dari mereka yang menyangka Wooyoung akan mengucapkan hal tersebut.

 

“ Woo… Lalu Jaebom? Bagaimana dengannya? “ tanya Nyonya Jang hati-hati setelah pulih dari keterkejutannya.

“ Aku sudah putus dengannya sejak lama, bu. Kita hanya teman baik sekarang. Tidak lebih. Jadi aku bisa bebas melakukan apapun yang aku mau. Lagipula paman dan bibi memerlukan sebuah pernikahan agar harta beku kakek bisa cair. Kalau Junho tidak mau, aku rasa aku bisa membantu. “ ujar Wooyoung sambil tersenyum penuh arti pada ibunya. Begitu polos dan tulus.

 

Sejenak ruangan tersebut kembali hening. Sebelum akhirnya pecah oleh tangis Nyonya Horvejkul yang begitu histeris. Nyonya Horvejkul tiba-tiba bangkit dari duduknya dan bersujud di kaki Wooyoung yang duduk di sofa yang berseberangan dengannya. Berulang-ulang Nyonya Horvejkul mengucapkan terima kasih kepada wooyoung. Wooyoung dan kedua orang tuanya sempat kerepotan meminta Nyonya Horvejkul untuk berdiri karena nyonya horvejkul memeluk begitu erat kedua kaki Wooyoung.

Sementara di sisi lain, tuan Horvejkul dan Nichkhun hanya bisa menangis lega sambil tetap membeku di posisi mereka.

 

“ Kau mengorbankan masa depanmu demi kami, Wooyoung. Terima kasih. Terima kasih banyak, Wooyoung. Terima kasih. “ hal itu terus diucapkan Nyonya Horvejkul pada Wooyoung setiap hari bahkan sampai hari dimana beliau menghembuskan nafas terakhirnya, 8bulan setelah pernikahan Nichkhun dan Wooyoung karena penyakit radang otak yang dideritanya.

“ Kau telah melahirkan seorang malaikat. Kalian telah membesarkannya dengan baik. Pengorbanan ini jelas tidak mudah bagi Wooyoung. Tapi dia melakukannya. Dia mengorbankan hidup dan masa depannya demi menolong kami. Wooyoung kalian memang luar biasa. “ 3bulan kemudian itu menjadi pujian terakhir tuan Horvejkul pada Wooyoung saat tengah mengobrol dengan tuan dan Nyonya jang. Karena tepat setelah pulang dari rumah keluarga Jang, tuan Horvejkul terjatuh tepat di depan rumahnya saat turun dari mobil. Ketika dilarikan ke rumah sakit, nyawanya sudah tidak tertolong. Serangan jantung, dilansir sebagai penyebab utama kematian mendadaknya.

 

Sejak saat itulah Nichkhun berubah jadi pria kejam yang tidak berperikemanusiaan kepada Wooyoung. Meski selama setahun rumah tangga mereka tidak bisa dibilang harmonis, tapi setelah kematian kedua orang tuanya, Nichkhun semakin menggila. Kalau sebelumnya hanya ucapan kasar dan hinaan, kini bertambah menjadi siksaan fisik juga.

Nichkhun juga terus menerus menyalahkan Wooyoung dan menyebut Wooyoung pembunuh hanya karena sejak pernikahannya dengan Wooyoung, kemana pun kedua orang tuanya pergi, mereka selalu dicemooh karena anaknya menikah dengan sesama pria. Nyonya Horvejkul sampai sering menangis kalau hinaan yang diterimanya sudah keterlaluan. Nichkhun yakin karena tekanan batin dan pikiran itulah, radang otak yang diderita ibunya kembali muncul. Penyakit ini memang sudah di derita Nyonya Horvejkul sejak lama. Tapi berkat perawatan yang baik, penyakit tersebut tidak berkembang kemana-mana. Hanya saja akan kembali muncul saat nyonya Horvejkul sedang tertekan dan banyak pikiran. Seperti saat perusahaan mereka jatuh dan yang terparah adalah setelah Nichkhun menikahi Wooyoung.

Nichkhun benar-benar sedih dengan kepergian ibunya. Belum lagi luka hatinya kering, sang ayah sudah ikut-ikutan meninggalkannya. Nichkhun merasa sangat terpukul. Nichkhun mengorbankan hidup dan masa depannya karena kedua orang tuanya. Tapi belum juga mereka merasakan kembali hidup bahagia, mereka sudah meninggalkan Nichkhun sendirian.

Nichkhun benar-benar hancur. Masalah perusahaan mungkin terselesaikan. Tapi dia malah kehilangan kedua orang tuanya. Andai saja waktu itu Wooyoung tidak menawarkan diri untuk menikahinya, mungkin kedua orang tua Nichkhun masih hidup. Nichkhun benar-benar benci ini semua. Mungkin jauh lebih baik jika saat ini dia miskin. Mencoba bekerja dan hidup seadanya bersama kedua orang tuanya. Paling tidak ibunya tidak akan meninggal karena tertekan. Ayahnya juga tidak akan meninggal karena serangan jantung.

Sayangnya itu hanya angan-angan Nichkhun saja. Karena toh dia tidak akan pernah tau dan yakin apakah kehidupannya yang bertolak belakang dengan yang sekarang akan jauh lebih baik.

 

*end of flasback

-------------------------------------------------------------------------

 

“ Sarapan sudah siap, hyung. “ ucap Wooyoung lirih sambil membangunkan suaminya yang masih tertidur lelap di kamarnya.

 

Merasa tidurnya terusik, Nichkhun hanya mengerang dengan mata yang masih tertutup sambil memegangi kepalanya yang pusing.

 

“ Bangunlah dulu, hyung. Aku bawakan obat untukmu. Minumlah dulu agar pusingmu hilang. “ ucap Wooyoung lagi sambil memperhatikan Nichkhun yang mencoba nagun dari tidurnya perlahan-lahan.

 

Mata Nichkhun sudah terbuka sempurna sekarang. Sosok Wooyoung berdiri di hadapannya sambil menyodorkan segelas air putih dan sebutir tablet obat berwarna merah. Kegiatan Nichkhun membenarkan duduknya terhenti, saat matanya tertuju pada perban putih di pelipis mata Wooyoung.

 

“ Hyung… “ panggil Wooyoung menyadarkan lamunan Nichkhun. “ Minumlah dulu obat ini, Taecyeon hyung sudah menunggu kita untuk sarapan. “ lanjutnya lagi.

 

Dengan patuh Nichkhun mengambil obat dan gelas air putih dari tangan Wooyoung.

 

“ Baiklah. Bergegaslah. Aku akan menunggumu di bawah bersama Taecyeon hyung. “ ucap Wooyoung sambil menaruh kembali gelas milik Nichkhun di atas nampan kecil yang tadi dibawanya. “ Aku memasak kimchi favoritmu, hyung. “ tambah Wooyoung lagi sambil tersenyum begitu manis sebelum keluar dari kamar Nichkhun.

 

Nichkhun masih terpaku di tempatnya. Menerawang kosong ke tempat terakhir sosok Wooyoung berada.

 

“ Harus sejahat apalagi aku padamu agar kau mau pergi dari hidupku?  “ gumam Nichkhun pada dirinya sendiri. “ Kalau aku jadi kau, aku tidak akan bisa tersenyum seperti itu pada orang yang telah menyiksaku, Woo. Oh… Aku mohon menyerahlah. Jangan buat dosaku semakin menumpuk. “

 

----------------------------------------------------------------------

 

Akhirnya Update---

Makasih yah buat yang udah comment dan men-subscribe.

Start sama yang galau-galau dl yah. Sambil make a wish berending happy.

Yah moga-moga puas sama hasil update kali ini dh.

Pokonya ditunggu trs dh kritik dan sarannya.

Ok… Happy Reading aja yah.

 

*loveuall

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Mrs_jang89yes #1
Chapter 8: thornim update lagi pali palli palli....
g sabar liat lanjutannya nih,,,,
pipikya #2
Chapter 8: Oh tidak -__- sudah hampir klimaks dan author masih belum melanjutkannya -__- aku penasaran dengan yang readers lainnya, seberapa penasarannyakah mereka, samakah dengan aku yang penasaran setengah mati :")
Wooyoung tersakiti lagi dan lagi :") update really really sooooooooonnnnnn authoniiimmmmm!!!!!!!!!!
pipikya #3
Chapter 4: Akhirnyaa Nichkhun menderita juga *evil laugh*
Author bilang kalo fanfiction ini nggak bakalan stop di tengah jalan, cuma updatenya aja yang lama. Tapi sampe kapan baru mau di update thor :"D
pipikya #4
Astaga sepertinya aku melewatkan ff ini -__- pas ngecek comment terakhir ternyata baru sampe chapter 2 -___- bakalan kebut bacanya nih hihi :3
TikaChan
#5
Update update update
yeppeuta
#6
Chapter 8: UPDATE PLEASEEEEEE ><
yeppeuta
#7
Chapter 1: maap baru on kesini lagi, jadi baru baca ff-mu. tapi.. ini seru^^
hwaiting93 #8
Chapter 8: Mian baru comment di chapter ini , baru nemu ff nya sekarang hehe ^^v

Ya ampunnn pengen jedotin kepala khun ke tembok (۳˘̶̀Д˘̶́)۳
*dihantem massa*
Ga tega banget sama wooyoung , ini baca ff nya ga fokus banget , kalo engga pasti udah nangis ><
*ga ada yg nanya*
Cepet diupdate ya thor , pengen tau rencana khun berhasil atau engga

Good job buat author
TikaChan
#9
Chapter 8: update update update !!!

update !!!
Azalea22 #10
Chapter 8: Gilaaa. Ff ini bikin air mataku g berhenti ngalir. Thor, 10 point of 10 buat cerita ini. Ngarepin author cepet2 up date lanjutannya ya. Kalo bisa segera....maaf hehehe. Tq