I'll be back

Second Life

Aku segera membuka pintu mobil bagian belakang dan menaruh Vio disana agar ia bisa merebahkan tubuhnya disana. "Vio, bertahan!" ucapku sekali lagi dengan nada yang mulai panik.

"Sakit oppa! Sakit!" keluhnya sambil memegang perutnya. Aku segera menyalahkan mesin mobil dan bergegas menuju sebuah rumah sakit terdekat. Sesekali aku melihat Vio dari kaca spion depan. Sepanjang perjalanan ia masih saja mengeram kesakitan di bagian perutnya. Aku mengambil ponselku lalu segera menghubungi ayah dan eomma agar mereka segera menuju rumah sakit.

"Oppa! Sakit!" rintihnya lagi dengan suara yang lebih keras.

"Tahan, sayang. Tahan!" kataku berusaha menenangkan Vio. Dan barulah sekitar lima menit kemudian, kami berhasil sampai di rumah sakit. Vio pun langsung di bawa masuk ke ruang pemeriksaan oleh beberapa suster dan seorang dokter.

"Maaf, Anda harus menunggu disini," ucap seorang suster menghentikan langkahku di depan pintu ruang pemeriksaan. Aku mengangguk lemah lalu duduk disebuah kursi kosong tepat di depan ruang pemeriksaan itu.

"Tuhan, selamatkan Vio. Kumohon..." pintaku di tengah keheningan lorong ini. Tak berselang lama, terdengar suara derap langkah kaki dari kejauhan. Aku membuka kedua mataku lalu menoleh kearah sumber suara. Ayah dan eomma sudah tiba rupanya.

"Vio dimana?" tanya eomma khawatir. Aku menunjuk kearah ruang pemeriksaan yang pintunya masih tertutup rapat. Tangis eomma pun samar terdengar, ayah segera berdiri disampingnya dan memeluknya erat guna menenangkan eomma.

"Semua akan baik-baik saja," ucap ayah. Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari ruang pemeriksaan. Ayah, eomma, dan aku dengan cepat mengerubungi dokter itu guna menanyakan bagaimana keadaan Vio.

"Kankernya semakin meluas," ucapnya singkat namun menusuk. Eomma menutup mulutnya dengan sebuah tangannya, ia tidak siap mendengar pernyataan itu dari dokter. Ayah yang berada disampingnya kembali memeluk eomma erat. Kedua lututku seketika lemas, penglihatanku kabur, aku kehilangan keseimbangan.

"Jangan temui Tuhan dulu Vio. Oppa mohon..." bisikku.

♤ ♤ ♤ ♤ ♤

Violet POV

Aku terbangun ketika mendapati diriku tiba-tiba saja sudah berada disebuah ruangan yang seluruhnya berwarna putih. "Haloooo, apakah ada orang?" tanyaku. Hening, tak ada jawaban. Yang aku dengar hanyalah suara pantulanku sendiri. Aku akhirnya berjalan perlahan lurus ke depan. Di tengah langkahku, aku melihat seorang wanita tengah berdiri sambil tersenyum kearahku. Aku mempercepat langkahku kearahnya.

"Bunda!" teriakku penuh suka cita padanya dan langsung memeluknya erat. Ia pun juga melakukan hal yang sama.

"Vio kenapa kamu ada disini, sayang?" tanyanya lalu melepaskan pelukannya. Aku menggeleng dengan cepat. Ia kemudian memasang raut bingung atas jawabanku.

"Vio kangen bunda!" kataku dengan nada yang mulai bergetar, kurasa aku akan menangis beberapa saat lagi. "Vio mau disini sama bunda," tambahku cepat bersamaan dengan jatuhnya setetes kristal bening dari pelupuk mataku. Bunda lalu menghapusnya dengan tangannya yang dulu selalu aku genggam. Di tengah pembicaraan kami, samar aku mendengar suara teriakkan dari arah berlawanan denganku.

"Violet!" teriaknya. Refleks aku menoleh kearah sumber suara.

"Baekhyun oppa? Kenapa disini?" tanyaku sesampainya ia dihadapanku. Ia memandang bunda sejenak lalu tersenyum padanya. Kini ia beralih padaku, "Ayo pulang!" ajaknya. Aku terdiam.

"Vio, ayo pulang!" ajaknya lagi. Aku menatap bunda, ia pun tersenyum padaku dan mengangguk. Sedetik kemudian, bunda mengecup keningku perlahan. Sebuah kecupan yang sangat aku rindukan dari bunda.

"Ayo pulang!" ucap Baekhyun oppa lagi dan segera menarik tanganku dan menggenggamnya. Kami berdua mulai berjalan menjauh dari bunda yang masih diam di tempat sambil melambaikan tangannya padaku.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hikmahrzmn #1
Chapter 3: ditunggu update selanjutnya T-T
Marciakslp #2
I like this idea, update soon, neh? ^^