Waiting

Second Life

“Oppa?” ucap Vio pelan dari balik masker pernapasan yang masih terpasang padanya. Baekhyun segera menoleh kearah Vio yang masih terbaring diatas ranjang rumah sakitnya. Saat ini, mereka tengah berada di dalam ambulance yang sedang dalam perjalanan menuju Bandara Soekarno – Hatta.

“Oppa...” ucap Vio lagi. Baekhyun segera meraih tangan Vio lalu mengenggamnya erat.

Yes, my little sister?”

“Vio...vio lelah, oppa.”

Baekhyun semakin menggenggam tangan Vio erat. Ia tidak berani memikirkan atau merespon perkataan Vio beberapa detik yang lalu. Ia terlalu takut, apa yang ia pikirkan malah menjadi kenyataan. Dan jelas, ia tidak mau hal itu sampai terjadi.

“Oppa, Vio lelah. Jebal...” ucap Vio lemah. Baekhyun dengan panik melihat mesin kardiogram di dekatnya. Ia melihat garis itu terus turun lalu sebentar naik lagi. Bersamaan dengan itu, mobil ambulance itu berhenti dan pintunya pun terbuka. Seorang dokter dan beberapa perawat lainnya segera menarik ranjang Vio keluar diikuti dengan Baekhyun di belakangnya.

“Garis di kardiogram itu terus menurun,” ucap Baekhyun sembari menyamakan langkahnya yang mulai lemah pada seorang dokter yang tengah berada di dekatnya. Dokter itu mengangguk padanya lalu kembali fokus pada Vio yang masih terbaring lemah di ranjangnya. Setelah agak lama, mereka akhirnya sampai juga di pesawat dan segera bertolak menuju Seoul.

Sementara itu, di waktu yang bersamaan, Kyungsoo dengan perasaan kalut menunggu tepat di depan terminal kedatangan dari Indonesia di Bandara Incheon. Sesekali ia melihat papan pengumuman untuk mengetahui kapan pesawat yang membawa Vio tiba disini. Disaat itu pula, ponselnya berdering.

“Kau ada dimana?” tanya Luhan diujung sambungan telepon.

“Di Bandara Incheon, ge. Ada apa?”

“Tidak apa. Hanya saja, perasaanku sedikit aneh. Tunggu disana, aku akan menyusulmu,” jawab Luhan lalu segera memutuskan panggilannya sepihak. Kyungsoo menghela napasnya lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya dan lekas menunggu kembali.

Sekitar satu jam kemudian, Luhan akhirnya datang kearah Kyungsoo sembari mengenakan setelan kemeja berwarna putih yang dipadukan dengan celana hitam yang membuatnya terlihat sangat formal. “Kukira gege hanya main-main waktu bilang mau menyusulku,” sahut Kyungsoo diselingi tawa kecil yang dipaksakan.

“Baekhyun belum tiba?” tanya Luhan tanpa memperdulikan ucapan Kyungsoo sebelumnya. Kyungsoo pun menggeleng lemah, “Harusnya pesawat mereka sudah tiba lima menit yang lalu namun entah mengapa sampai saat ini mereka belum sampai,” jawab Kyungsoo sambil melirikkan matanya menuju papan informasi kedatangan dan keberangkatan pesawat.

Dan pada akhirnya setelah dua jam menunggu, sosok yang selama ini Kyungsoo nantikan tiba juga. “Hyung!” teriak Kyungsoo lalu berlari kearah sosok yang ia nantikan, Baekhyun.

“Sudah lama menunggu sepertinya. Maaf ya, pesawat kami harus berhenti sebentar karena masalah cuaca,” balas Baekhyun sambil menepuk-nepuk pundak Kyungsoo. “Mencari Vio?” tambah Baekhyun seolah dapat membaca sorot mata Kyungsoo yang tak fokus padanya. Kyungsoo pun mengangguk cepat.

“Astaga aku sepertinya lupa memberitahukanmu!” pekik Baekhyun lalu menepuk keningnya. Kyungsoo menyerit, “Memberitahukan apa, hyung?”

“Vio dan aku tidak satu pesawat, karena kondisi Vio yang terus melemah, saat kami berhenti sebentar pihak rumah sakit menggunakan pesawat lain dan terbang terlebih dahulu menembus cuaca buruk itu. Dan syukurlah, mereka sudah sampai di Seoul dengan selamat.”

Baekhyun menatap Kyungsoo dengan sorot mata penuh rasa bersalah, “Maaf, aku benar-benar lupa memberitahukanmu. Sekali lagi aku minta maaf. Aku tahu, kau sangat khawatir pada keadaan adikku.”

Kyungsoo menggeleng cepat, “It’s okay, hyung.”

“Sebagai gantinya, bisa tolong kau segera pergi ke Seoul National University Hospital untuk menemani Vio selama aku mengurus beberapa urusan disini?” tawar Baekhyun dengan senyum terkembang. Kyungsoo mengangguk cepat lalu segera bergegas pergi meninggalkan Baekhyun yang masih terpaku di tempat.

Setelah melihat Kyungsoo sudah menghilang dari pandangannya, Baekhyun mengambil ponselnya lalu menghubungi Luhan. “Ge, bisa kau bantu aku?”

 

A/N : I'm sorry if this chapter is too short :( 

but i hope you can enjoy it :)

don't forget to leave a comment :]

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hikmahrzmn #1
Chapter 3: ditunggu update selanjutnya T-T
Marciakslp #2
I like this idea, update soon, neh? ^^