Fiction World

Second Life

a/n : hehe, lama tidak memperbaharui kelanjutan chapter ini. sebagian mungkin penasaran dan sebagian lagi mungkin sudah lelah dan akhirnya tidak terlalu memperhatikan. maaf atas keterlambatannya *bows*. Jadi langsung saja, ini dia kelanjutannya~

Gaya tulisan ini menunjukkan latar belakang cerita bukan lagi di kehidupan yang sebenarnya.

Tubuh pria itu terhempas begitu saja keatas jalanan aspal yang keras. Beberapa orang yang lalu-lalang terdiam seketika dan memandang tubuh kaku itu dengan tatapan kaget bercampur kasihan. Kendaraan yang menghempaskan tubuh itu tak berhenti walau sejenak, kendaraan itu langsung memacu gas nya dan dalam hitungan detik langsung menghilang dibalik ramainya lalu-lintas.

Cairan berwarna merah kental bercampur bau agak amis mulai menggenangi jalan beraspal itu. Kini beberapa orang mulai mengerubungi tubuh pria itu, beberapa diantara mereka mencoba melakukan penolongan pertama sembari yang lainnya menelpon ambulance agar segera berangkat ke tempat kejadian.

Napas pria itu mulai tak terasa lagi. Detak jantungnya semakin lama semakin melemah. Bersamaan dengan itu, suara sirine ambulance terdengar semakin mendekat. Ketika ambulance tersebut berhenti, para petugas segera memindahkan tubuh pria tersebut ke dalam ambulance dan melarikannya ke rumah sakit terdekat.

Di rumah sakit, di sebuah lorong yang sepi, satu per satu keluarga terdekat sang pria mulai berdatangan. Tampak disana seorang pria dan wanita yang kulitnya kini mulai menua menatap ruangan ICU dengan tatapan kepedihan sambil sesekali menahan air matanya yang hampir tumpah. Tak berselang lama, datang seorang pria muda dengan napas yang terengah-engah karena habis berpacu dengan waktu untuk sampai disini. Dan yang terakhir, seorang wanita yang merupakan belahan jiwa sang pria datang. Air matanya seketika tumpah. Hatinya remuk. Ia merasa menyesal atas kecelakaan yang menimpa sang pria.

Sementara itu di dalam ruangan ICU, dokter masih berusaha menyelamatkan nyawa yang begitu berharga milik sang pria. Dokter mulai mempersiapkan alat pacu jantung untuk membantu jantungnya berdetak lagi. Satu kali, tubuh kaku itu terlonjak, namun garis pada mesin kardiogram masih terus menurun. Kedua kali, masih sama. Ketiga kali, terjadi sebuah perbedaan namun tak lama, garis di kardiogram menunjukkan sebuah garis lurus.

Satu nyawa kini telah pergi bersamaan dengan pecahnya tangis semua orang di lorong rumah sakit yang hening.

Tetapi cerita tidak hanya akan berhenti sampai disini.

Cerita akan terus berlanjut dengan latar sebuah kehidupan yang penuh dengan fantasi. Kehidupan dimana kesempatan kedua akan diberikan bagi seseorang yang memiliki hati yang tulus untuk memperbaiki keadaan sesaat sebelum jiwa dan raganya terpisah.

 

Byun Baekhyun. Seorang pria yang baru saja mengalami kecelakaan yang pada akhirnya merenggut sebuah nyawanya yang begitu berharga. Seorang pria yang memiliki kedua orang tua yang begitu ia sayang dan begitu pula sebaliknya, walaupun ayahnya bukan ayah kandungnya tetapi ia menyayangi sang ayah tiri sama seperti ia menyayangi mendiang ayah kandungnya. Ia juga memiliki seorang malaikat kecil yang membuat harinya lebih berwarna, seorang malaikat kecil yang kini harus bertarung sendirian melawan penyakit yang terus saja mengganggu tubuh kecilnya itu.

Tapi kini, ia tak bisa bersama dengan keluarga yang begitu ia cintai. Raganya sudah terbujur kaku diatas ranjang rumah sakit dengan sehelai kain putih menutupi wajah hingga kakinya. Sedangkan jiwanya masih berada disamping raga itu, seolah tak ingin berpisah dengan raga itu. Tetapi perlahan, jiwa tanpa raga itu menghilang menuju sebuah dunia yang lain.

"Byun Baekhyun?" tanya seseorang dengan suara menggema.

Baekhyun mengerjap singkat seolah mengumpulkan kesadarannya sebelum menjawab pertanyaan itu. "Ya, Byun Baekhyun disini."

"Apa kau tahu alasan mengapa kau berada disini?"

"Aku baru saja mengalami kecelakaan dan nyawaku terbang begitu saja kesini setelah sebelumnya dokter berusaha menyelamatkanku."

Setelah itu terjadi hening agak panjang sebelum pemilik suara yang menggema itu kembali bertanya pada Baekhyun. "Harusnya kau langsung bisa melihat dunia yang sebenarnya sesaat setelah jiwamu pergi dari ragamu. Namun, kali ini aku berikan kau pengecualian. Tetapi aku tak yakin apakah aku harus memberikanmu pengecualian ini atau tidak."

"Pengecualian untuk apa?"

"Kesempatan kedua."

"Kalau begitu, berikan aku kesempatan kedua itu."

"Tidak semudah apa yang kau minta, Byun Baekhyun. Berikan aku sebuah alasan yang sangat kuat dan melatar belakagi menagapa aku harus memberikanmu alasan kedua itu."

"Adikku."

"Kenapa harus adikmu? Kenapa bukan kekasihmu yag telah menikah dengan pria lain itu? Atau ibumu mungkin?"

Baekhyun diam sejenak dan menarik napasnya dalam-dalam. "Lebih dari semua orang yang disebutkan sebelumnya, adikku jauh lebih membutuhkanku. Walaupun kami berasal dari rahim yang berbeda, budaya yang berbeda, negara yang berbeda, bahasa yang berbeda, dan segala macam perbedaan yang membentang luas diantara kami, aku tetap menyayanginya seperti adikku sendiri. Ia memang terlihat kuat dari luar malah terkadang berusaha kuat dihadapanku, tetapi sesungguhnya ia menyembunyikan rasa sakit yang begitu perih karena penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya itu. Yang menjadi penyesalanku adalah bahkan disaat-saat terakhirku, aku tak dapat berada disisinya bahkan untuk sekedar mengatakan bahwa aku sangat menyayanginya."

Baekhyun mengambil jeda lalu kembali melanjutkan, "Jadi, kumohon, berikanlah aku kesempatan kedua itu."

"Kau tahu kan kesempatan kedua itu begitu berharga?"

Baekhyun mengangguk.

"Tidak semua orang mau memberikannya begitu saja. Namun, melihat ketulusan di hatimu, kurasa tidak akan terjadi penyesalan diakhir jika kesempatan kedua ini diberikan."

"Teri---"

"Kesempatan ini akan berakhir dua minggu terhitung kau sudah masuk ke sebuah raga yang tentu saja bukan ragamu."

"Ba..bag..bagaimana bisa bukan ragaku? Bagaimana adikku bisa mengenaliku nantinya?" tanya Baekhyun panik.

"Pernah dengar pepatah jangan melihat seseorang dari fisiknya namun lihatlah hatinya? Kurang lebih itu sama dengan apa yang akan kau alami. Raga memang bukan raga milikmu, tetapi jiwanya tetap jiwamu. Cepat atau lambat adikmu akan menyadari kalau itu kau. Tetapi batas waktu tetap hanya dua minggu setelah itu kau dan dunia nyata tidak bisa berhubungan lagi."

"Milik siapa raga yang akan aku gunakan?"

"Seorang pria bernama Oh Sehun. Ia yatim-piatu. Ia hidup sendirian tanpa ada sanak saudara. Ia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja paruh waktu sebagai pelayan sebuah restoran. Namun suatu hari, saat ia akan pulang ke rumah, sebuah truk pengangkut bahan bakar menabraknya. Kejadian itu bersamaan dengan kejadian yang menimpa dirimu tetapi karena ia tidak punya alasan kuat untuk diberi kesempatan kedua, jadi ia langsung masuk ke dunia setelah dunia nyata. Dan selama dua minggu itu, seorang pria bernama Su Ho akan mendampingimu untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu. Mengerti?"

Baekhyun mengangguk singkat.

"Pada hitungan ketiga, kau akan segera menempati raga milik Oh Sehun dan bersamaan dengan itu waktumu selama dua minggu akan dimulai."

"Baik. Dan terima kasih atas kesempatan kedua yang sudah diberikan."

 

 

"Satu..."

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Dua...."

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Tiga...."

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hikmahrzmn #1
Chapter 3: ditunggu update selanjutnya T-T
Marciakslp #2
I like this idea, update soon, neh? ^^