The Day You Went Away

The Pianist

 

Hari rabu sore. Tepatnya seminggu yang lalu.

 

“Chaerin-ah kaja. Ikut aku!.” Seru Youngwoon seraya menarik lengan kananku dengan cekatannya.

“Tadaaaa~.” Imbuhnya ketika sampai di gedung theater yang diberi banyak sekali pita merah muda disekelilingnya, bunga mawar ada diantara katup-katup tirai panggung dan penutup piano.

“Ah neomu yeppeo. Neomu joha.” Sahutku senang seraya memeluk namja yang amat aku sayangi ini.

“Duduklah disini. Aku akan menyanyikan sebuah lagu untukmu.” Pintanya seraya mendorongku untuk duduk tepat disebelahnya.

 

“A Short Journey dari Super Junior.” Ucapnya seraya memainkan jarinya yang lentik diantara not-not itu.

“Tunggu.” Seruku menghentikan permainan pianonya, menggenggam tangan putihnya.

“Aku pikir itu lagu perpisahan. Kenapa kau menyanyikan lagu itu?.” Raut mukaku berubah menjadi sedih dan ketakutan.

Youngwoon memelukku erat. Menyandarkan dagunya diatas kepalaku, membelai lembut tiap helai rambutku.

 

“Ani-yo. Lagu ini mengatakan, kalau seseorang akan pergi meninggalkannya, namun ia akan tetap setia menunggunya, karena ia sangat menyayanginya. Itu berarti, meskipun aku ataupun kau pergi, kita akan saling menanti dan menunggu. Karena kita saling menyayangi, benar kan?.” Terangnya seraya menyeka airmata di kedua mataku.

“Jangan pernah pergi. Jeongmal saranghaeyo, Kim Youngwoon.” Ucapku seraya mengecup bibir merah Youngwoon. Membiarkan moment seperti berlalu dengan agak lama. Aku sangat menyukai saat-saat seperti ini.

Bibir Youngwoon mulai nakal. Ia mengeluarkan jurus-jurus aneh didalam mulutnya yang membuatku geli.

“Youngwoon!.” Pekikku sebal dengan mencubit pipi tembemnya. Sedangkan Youngwoon Cuma tertawa dan memelukku lagi.

“Ada SMS.” Seruku seraya mengeluarkan HP hitamku.

“Aku harus pulang. Teman-teman sudah menungguku dirumah untuk kerja kelompok. Kau tidak apa-apa, jagi?.” Tanyaku meyakinkannya.

“Na gwechana. Apa perlu aku antar?.” Tawarnya.

“Ani-yo. Aku sudah dijemput temanku diluar sana.” Jawabku.

“Annyeong, jagi! Hati-hati dijalan!.” Serunya seraya melambaikan tangannya dengan seulas senyum.

“Kau juga jagi, jangan pulang larut malam!.” Seruku menimpal.

“Aku mau tidur dengan WoonCha hehe. Aku bisa mati tanpanya.” Sahutnya dengan eyesmile yang selalu sukses membuatku mati terpikat. Aku hanya melempar senyum kearahnya dan meninggalkannya di gedung theater sendirian.

 

Hingga pada malam hari aku mendapat berita yang tidak pernah dan belum pernah aku pikirkan sebelumnya. Namja tersayangku, pianist di klub drama, Kim Youngwoon meninggal karena tabrak lari dengan sebuah mobil sedan yang melaju cepat sekitar pukul 7 malam, tepatnya pada hari Rabu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
katharine #1
i thought it was in english,i'm sorry i wish you translate it