I miss that Pianist

The Pianist

 

“Apa yang kau lakukan disini jam segini?.” Tanya Sungmin yang datang tanpa permisi.

“Aku Cuma sekedar mengecheck panggung.” Jawabku asal.

“Aku tahu kalau kau datang kemari untuk melihat piano itu, kan? Kau merindukan Youngwoon.” Pekik Sungmin tepat dan ia segera merangkul pundakku dengan erat.

“Relakan kepergiannya. Dia sudah hidup tenang disana.” Sambung Sungmin lagi.

Aku Cuma terduduk lemas tanpa menjawab satu pembicaraan pun dari Sungmin.

“Chaerin-ah, hwaiting!.” Serunya lagi. Aku Cuma tersenyum getir kearah Sungmin dan ia segera meninggalkanku sendirian di gedung theater ini.

 

Kujejakkan kakiku naik keatas panggung. Ya, panggung drama dimana aku selalu menjadi pemeran utama atau sutradanya. Kuhampiri piano lusuh dan berdebu itu.

“Kim Youngwoon, aku sangat merindukanmu.” Kupeluk piano hitam yang besar itu hingga menimbulkan bunyi berdenyit disisi kanannya.

“Kuharap aku bisa menyaksikanmu memainkan piano ini dihadapanku lagi, untukku seorang. Jeongmal saranghaeyo, Kim Youngwoon.”  Bisikku lembut dengan airmata yang sudah membanjir diantara penutup piano itu.

 

“Apa yang kau lakukan?.” Tanya seorang namja yang berdiri tepat disamping tirai penutup panggung.

“Nuguseyo?.” Tanyaku bergidik takut.

Namja yang mengenakkan pakaian putih itu datang menghampiriku dengan berjalan terseret.

“Nuguseyo? Kim youngwoon?.” Kenapa aku malah menyebut nama Youngwoon? Apa mungkin itu hantu Youngwoon? Lututku bergetar ketakutan. aku berjalan mundur, yang pasti menjauhi langkah namja yang masih samar wajahnya itu.

“Jangan mendekat!.” Teriakku dengan bulu kuduk yang sudah merinding sakit. Bruuuk, aku terjatuh tersandung pengait tirai merah penutup panggung.

Dan benar, namja berpakaian putih itu berhenti diantara gelap panggung theater.

 

“Cho Kyuhyun imnida.” Sahutnya dengan suara berat dan ia menyalakkan lampu panggung yang tidak seberapa benderang.

Aish, aku mengelus dadaku lega. Aku pikir ia hantu Youngwoon!

“Lain kali nyalakan lampunya.” Sambungnya dengan menarik lenganku yang tengah terjatuh diantara pengait-pengait panjang.

“Siapa kau? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya.” Tanyaku dengan membersihkan kemejaku yang kotor karena debu.

“Oh, aku baru bergabung dengan klub ini seminggu yang lalu. Salam kenal.” Ucapnya lembut namun tanpa ekspresi.

“Hwang Chaerin imnida. Aku sutradara dan pemain disini. Kau ada dibagian apa?.” Tanyaku lagi dengan mengulurkan tanganku untuk berjabat tangan.

“Pianist.” Sahutnya simple.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
katharine #1
i thought it was in english,i'm sorry i wish you translate it