Chapter 2

What if love

“Selamat ulang tahun unnie,” Wendy segera duduk di samping Taeyoen dan memberikan cincin yang ia beli tadi di toko perhiasan yang tidak jauh dari tempat perayaan ulang tahun Kim Taeyoen, seorang sepupu jauh dari Wendy, namun keduanya cukup dekat karena waktu kecil Wendy sering di titipkan di kediaman Taeyoen, jadilah keduanya cukup dekat.

“Girls kenalkan ini Wendy, sepupu aku,” Teyoen mengenalkan Wendy pada lima orang sahabatnya. Wendy memberi hormat dan menyebarkan senyum pada teman-teman Taeyoen.

“Waahh senyumnya sangat indah,”

“Yaa Kwon Yuri, suara mu terdengar keras,” ujar Tiffany yang merupakan kekasih Taeyoen.

“Maafkan temanku ya Wendy,” Wendy hanya kembali tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Taeyoen memang sengaja menunggu Wendy untuk memulai pesat kecil yang disiapkan Tiffany untuknya. Sekolompok kecil orang itu memulai kegiatan pesta mereka. Semua orang di ruangan itu mulai bernyanyi dan menari, namun Wendy hanya duduk di tempatnya karena ia merasa sedikit lelah karena latihan voli yang ia ikuti di sekolah siang tadi. Melihat Wendy yang duduk sendiri Yuri memanfaat kan kesempatan itu untuk mendekati Wendy.

“Hai, boleh aku duduk di sini?” Wendy hanya tersenyum, memperbaiki duduknya dan memberi Yuri ruang untuk duduk di sampingnya.

“Kamu masih sekolah ya?”

“Iya di kelas dua sekolah atas,”

“Kau bisa memanggil ku Yuri Unnie.” Yuri tanpa sadar meletakkan tangannya di bahu Wendy.

“Ah maaf,” ujar nya sambil melepaskan rangkulannya. Namun sepertinya Wendy tidak keberatan dengan hal itu, ia mengatakan pada Yuri untuk santai saja.

“Aku bolehkan minta nomor HP kamu?” dengan senang hati Wendy memberikan nomornya karena saat ini ia cukup kesepian dan ia ingin berteman denga siapa saja, termasuk teman sepupunya ini.

“Bolehkan kalau aku hubungi kamu?”

“Tentu saja unnie,”

“Makasih ya Wen,” Yuri tersenyum pada Wendy, senyuman teman kakak sepupunya itu juga sangat indah membuat Wendy sempat terpana namun dengan cepat ia membuat dirinya sadar bahwa ia terlalu lama mengagumi senyuman itu.

“Wen, kamu bawa mobil?”

“Ngak tadi aku naik taxi ke sini,”

“Aku antar aja Wen,” jawab Yuri buru-buru.

“Ngak apa-apa Wen, balik sama Yuri?”

“Kalau tidak merepotkan,” Yuri tentu saja tidak kerepotan, walaupun ia harus memutar cukup jauh menuju rumahnya, ia akan sangat senang bisa dekat dengan Wendy.

 

“Joy, tutup mulutmu,” goda Yeri yang melihat Joy terkagum-kagum melihat pertandingan voli antar sekolah itu, atau dia terlalu kagum dengan Wendy yang sejak tadi terlihat sangat y bagi Joy.

“Gimana kemaren pas ngasih coklat?”

“Aku langsung kabur,”

“Yang benar aja, seorang Joy langsung kabur gitu aja?”

“Aku terlalu tidak percaya diri di depannya,” Yeri tidak percaya jika teman sekelasnya itu kabur begitu saja, karena yang dia tahu Joy adalah sosok yang percaya diri dan lugas dalam berkata-kata, masak iya seorang Son Wendy bisa merubah sahabatnya itu begitu saja.

“Terus kapan kamu berani buat deketin Wendy?”

“Entahlah,” Joy sedikit kehilangan percaya dirinya ketika seorang wanita yang lebih dewasa mendekat ke arah Wendy memberikannya sebotol air minum. Dan Wendy terlihat senang dengan kehadiran wanita itu.

“Mungkin aku tidak akan punya kesempatan,” ujar Joy lirih, ia hanya akan mengagumi Wendy dari jauh.

 

“Ah,”

“Maaf,” ujar Wendy yang tidak sengaja bahunya tersenggol cukup keras, karena ia buru-buru.

“Kau?”

“Kau mengenalku?” Tanya Wendy ragu karena ia benar-benar tidak ingat dengan siapa yang gadis yang sedang sedang ia ajak bicara.

“Waktu itu kau memberikan cincin ini,” Irene memperlihatkan cincin yang ia kenakan sekarang pada Wendy agar gadis itu bisa ingat.

“Kau gadis yang waktu itu di toko perhiasan, aku sepertinya melakukan keputusan yang tepat karena kau sepertinya sangat menyukai cincin itu,”

“Kau benar,” Senyuman Irene merekah dan membuat Wendy sepertinya sangat senang melihat senyuman.

“Terima kasih ya, sepertinya kita satu sekolah,” Wendy melihat ia mengenakan seragam yang sama dengan gadis di hadapannya itu.

“Aku Bae Irene kelas 3-3”

“Aku Son Wendy kelas 2-3”

“Senang bisa kenal sama kamu Son Wendy,” ia mengulurkan tangannya, menjabat tangan Wendy.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Lega rasanya udah nyelesain ini..
Maaf ya kalau tidak begitu memuaskan kalian.
See u next

Comments

You must be logged in to comment
Favebolous #1
Chapter 11: Di tunggu karya selanjutnya
_SWenRene
#2
Chapter 11: Good!!! See you soon
Favebolous #3
Chapter 5: Duh Ddeulgi kemana lagi
Favebolous #4
Chapter 3: Di tunggu kelanjutannya
Favebolous #5
Chapter 2: Baru euy
_SWenRene
#6
Chapter 1: Yess new story from you!! Thank you so much!!