Chapter 5

In your arm i want to stay

Seungwan sadar 2 minggu terakhir  ini ia jarang sekali pulang ke rumah, kalau pun pulang ia tidak menemukan Irene karena istrinya itu sudah berada di kantor. Tidak bisa disangkal Seungwan merindukan istrinya itu, walaupun seharusnya ia tidak boleh merasakan apapun pada Irene karena setelah anak itu lahir bisa saja tuan Bae meminta Seungwan untuk melepas putrinya dan ia akan kembali dengan kehidupannya yang sendiri. Ia memejamkan matanya, menarik nafas sebentar dan beranjak dari kursi kerjanya. Tugasnya hari ini sudah selesai, dan ia melihat masih pukul 6 sore dan ia berinisiatif untuk menjemput Irene di kantornya dan mengajak istrinya untuk makan malam di luar.

Saat Seungwan tiba di loby ia melihat istrinya keluar bersama driver perusahaan.

“Irene,” panggil Seungwan. Ia berlari kecil ke arah Irene yang sudah bersiap untuk masuk ke mobil.

“Kenapa tidak memberitahu dulu kalau mau ke sini.”

“Surprise…” Irene memeluk Seungwan karena ia juga merindukan suaminya itu.

“Pulang sama aku ya,” Irene mengiyakan perkataan Seungwan dan meminta dirver untuk langsung pulang saja karena ia akan pergi bersama Seungwan.

“Kita makan di restoran biasa ya?” Tanya Seungwan, sementara Irene hanya bisa mengangguk pelan karena ia sedikit lelah.

 

Malam semakin larut, namun Seungwan masih belum bisa tertidur. Ia membuka lacinya dan mengambil sebuah album foto. Ia melihat-lihat foto yang pernah ia ambil sebelum Hyun Soo pergi. Adiknya itu terlihat bahagia meskipun mengenakan pakaian rumah sakit. Ia tersenyum dengan ceria dan meminta Seungwan mengambil fotonya bersama teman-teman lainnya. Seungwan ingat hari itu ia berlari ke rumah sakit karena ia mendapatkan panggilan dari rumah sakit karena kondisi Hyun Soo yang memburuk dan ia harus segera melihat kondisi adiknya. Namun setibanya ia di kamar rawat Hyun Soo ia dikejutkan dengan Hyun Soo yang baik-baik saja memegang sebuah cake kecil dan sebuah lilin yang menyala di atasnya.

“Selamat ulang tahun oppa.” Ujar adiknya itu dengan sebuah senyum merekah dan mendekat kea rah Seungwan.

“Buat permohonan oppa.” Seungwan menutup matanya dan berdoa agar ia bisa berada di sisi Hyun Soo selamanya. Seungwan segera meniup lilin itu dan meletakkan kue itu di nakas Hyun Soo.

“Anak nakal,” peluk Seungwan pada Hyun Soo. Ia menyeka air mata yang jatuh di ujung matanya.

“Sepertinya doa ku tidak terkabul.” Ujar Seungwan sambil menutup album itu.

 

“Wan ah,”

“Ada apa Irene?”

“Aku kedinginan.” Seungwan bangkit dari kasurnya dan menemani Irene menuju kamarnya. Ia memberikan Irene beberapa selimut dan menaikkan suhu AC.

“Bagaiamana, apa sudah lumayan?”

“Masih terasa dingin?”

“Ne” Seungwan tidak memiliki cara lain kecuali ia harus memeluk tubuh Irene. Ia meminta izin kepada Irene untuk memeluknya. Irene mendekatkan tubuhnya pada Seungwan. Dan benar saja, rasa hangat dari pelukan Seungwan membuat Irene merasa sangat nyaman dan akhirnya ia bisa kembali tertidur. Seungwan melihat Irene tertidur di dalam pelukannya dan senyum pun hadir di wajah Seungwan. Ia pun ikut menutup matanya, malam ini ia ingin memeluk Irene.

 

Hujan turun dengan deras, Seungwan melihat hujan itu dari balik jendela kantornya. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Perasaannya tidak begitu tenang hari ini, untuk memastikan dirinya, ia menghubungi Irene.

“Kamu udah pulang?”

“Ini lagi di jalan sama orang tua aku, habis ketemu klien. Kamu ngak pulang?”

“Malam ini aku tidur di studio, soalnya besok pagi harus ketemu produser lagunya.”

“Ya udah, ini aku lagi di mobil,”

“Irene ah, aku sayang kamu.” Suara Seungwan lirih saat menyatakan hal itu, Irene diam sejenak mendengar kalimat itu. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya mengatakan untuk istirahat dengan nyaman malam ini. Ia menutup panggilan itu, dan melihat ke arah luar jendela. Hujan masih turun dengan deras, tubuhnya kali ini cukup kedinginan namun mendengar apa yang diucapkan Seungwan padanya membuat hatinya tiba-tiba terasa hangat. Irene tersenyum melihat ke arah depan, namun dalam hitungan detik cahaya putih terang menusuk matanya dan suara dentuman keras membuat ia tidak sadarkan diri.

 

Seungwan berlari dengan panic menuju rumah sakit, ia melihat tuan Bae masih berada di IGD dengan luka-luka yang cukup parah, telinga pria paruh baya itu tidak berhenti mengeluarkan darah.

“Tuan Bae,”

“Seungwan ah,”

“Jangan bicara dulu tuan.”

“Irene,” ujar tuan Bae sambil melihat Seungwan dengan tatapan memohon. Tuan Bae menarik nafas panjang dan sedikit tersengal, tubuhnya mengalami kejang dan membaut Seungwan sedikit panic dan ia segera memanggil Dokter, namun setelah dokter mendekat semuanya terlah terlambat dan tuan Bae menghembuskan nafas terakhirnya. Seungwan menanyakan kondisi nyonya Bae namun, wanita itu juga tidak bisa dieselamatkan. Beliau sudah tiada sebelum di bawa ke rumah sakit.

“Apakah anda keluarga dari nona Bae?”

“Ya, saya suaminya,” perawat itu membimbing Seungwan untuk mengurus semua administrasi operasi yang harus dilakukan oleh Irene karena kondisinya yang cukup parah. Seungwan memohon pada Tuhan, kalau ia tidak ingin kehilangan Irene. Ia tidak siap jika kehilangan lagi orang yang ia sayang.

 

Setelah 3 hari tak sadarkan diri Irene akhirnya membuka matanya, ia melihat di sekelilingnya dan merasa sedikit bingung, setau dirinya ia sedang berada di dalam mobil dan sekarang ia berada di tempat asing. Ia bisa melihat Seungwan yang tertidur di sofa yang tak jauh dari tempat tidurnya.

“Wan ah,” panggilnya lirih karena tenggorokannya yang kering. Seungwan yang mendengar suara Irene segera mendekati istrinya dan meraih tangan Irene untuk ia kecup karena ia merasa sangat bersyukur kalau Irene akhirnya sadar dan memanggil namanya. Seungwan segera menekan tombol yang ada di dekatnya dan tak lama dokter dan perawat pun datang. Dokter menjelaskan kalau kondisi vital Irene cukup norman hanya ada beberapa tulang jarinya yang patah.

“Bagaiaman dengan anak kami dokter?” Tanya Irene dengan cukup khawatir.

“Maafkan kami nyonya Son, putra anda tidak bisa kami selamatkan.” Seungwan semakin menggenggam tangan Irene .

“Bayi anda meninggal di dalam kandungan.” Seungwan menarik Irene ke dalam pelukannya, wanita itu menangis karena ia sangat menyayangi bayi itu. Setelah mendengar berita itu Irene tidak bisa menahan kesedihannya, ia menangis sejadinya di dalam pelukan Seungwan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Semoga cerita ini menghibur kalian semua ya
Aku harap bisa bikin cerita lain.
Bye

Comments

You must be logged in to comment
Favebolous #1
Chapter 1: OH BAHASA
Wann77
#2
Chapter 10: Ampun dah kelakuan istri yang sedang hamil 😅
Epilog dong
Jung1804
#3
Chapter 8: JENNIE NO!!!! Kenapa kamu berkelakuan gitu?!?! 😤😤😤😤😤

I hope Irene is not blaming herself because of what happened to Seungwan and I hope she didn't stay away from Seungwan either
_SWenRene
#4
Chapter 7: I'm starting to worry now. Jennie ah~ Don't do something stupid hah hehe
Jung1804
#5
Chapter 7: I hope Jennie doesn't come in between Wenrene 😩
Jung1804
#6
Chapter 7: I hope Jennie doesn't come in between Wenrene 😩
Chaemin21 #7
Next pls
_SWenRene
#8
Chapter 6: Yehettt finally!!!
Jung1804
#9
Chapter 6: Akhirnyaaa! 😭😭😭😭😭❤💙❤💙
Wann77
#10
Chapter 5: Cobaan bertubi-tubi untuk Irene
Yang sabar, untung ada Seungwan