Chapter 8

Can't let you go

“Malam ini ngak tidur di apartemen aku?”

“Ngak Wen, malam ini aku mau lembur buat nyiapin pesanan dari beberapa klien.”

“Tidur di kantor lagi?”

“Iya,”

“Karyawan kamu yang cowok itu ikut juga tidur di kantor?”

“Iya, tapi kan beda tempat.”

“Aku ngak suka, lebih baik kamu nginap di hotel dekat kantor kamu dari pada nginap di kantor,”

“Tapi Wen, sama juga akunya boros,”

“Aku yang bayarin Irene,” Irene sudah lelah jika harus berdebat lagi dengan Wendy. Akhir-akhir ini Wendy menjadi lebih posesif setelah Irene menerima seorang karyawan laki-laki bernama Tae Jun. Dari cara pandang Wendy, lelaki itu berusaha mendekati Irene dan kekasihnya itu merasa tidak keberatan. Beberapa kali Wendy melihat mereka makan bersama sambil tertawa, meskipun ada beberapa karyawan lainnya namun tetap saja Wendy tidak menyukai hal itu.

“Wen, kamu percaya ngak sih sama aku,”

“Aku percaya sama kamu, tapi aku tidak percaya pada laki-laki itu.” Ujar Wendy dengan dingin pada Irene.

“Kamu tidur di hotel atau kamu ngak boleh lembur.”

“Wen, kenapa sih akhir-akhir ini kamu kayak gini?”

“Aku ngak suka dengan kehadiran Tae Jun, aku sadar aku tidak bisa meminta kamu pecat pria itu, tapi kamu ngak boleh dekat-dekat sama dia.”

“Wen, sekarang aku sudah percaya dengan kamu dan aku ngak pernah keberatan kamu lebih dekat dengan saiapapun, beri aku kepercayaan Wen, aku ngak akan macam-macam sama Tae Jun.” tapi Wendy juga menjaga kepercayaan itu dengan tidak pernah berusaha dekat dengan wanita lain. Ia bahkan tidak pernah bicara pada gadis atau pria manapun dengan akrab. Ia bahkan dijuluki gunung es karena tidak pernah lagi berlaku akrab dengan siapapun.

“Terserah kamu Irene,” ia makan dengan seadanya, karena ia sudah kehilangan nafsu makan, namun ia tetap berada di sana untuk menemani Irene, menyelesaikan makanannya dan mengantar Irene menuju butiknya dan ia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun pada Irene, selamat malam saja tidak.

Sudah satu minggu semenjak malam itu, Wendy tidak menghubungi Irene karena ia memberikan Irene waktu untuk focus dengan pekerjaanya. Ia pun focus dengan pekerjaannya sendiri, dan Wendy berusaha untuk lebih akrab dengan Ha Neul, beberapa kali unnie nya itu mengajaknya untuk makan malam, bahkan menawarkan jika Wendy ingin menginap di rumahnya. Namun untuk menjaga keperayaan Irene ia menolak ajakan menginap, karena ia belum sempat menceritakan hubungannya dengan Ha Neul pada Irene.

Wendy beberapa kali menghubungi Irene, namun gadis itu tidak menjawab panggilannya. Akhirnya Wendy putuskan untuk ke butik Irene malam itu karena ia sangat merindukan kekasihnya. Ia berjalan masuk ke ruangan Irene, namun ia cukup terkejut karena di depan matanya Tae Jun dengan cepat hendak mengecup bibir Irene dan dengan cepat Irene menampar pipi pria itu dengan kencang.

“Sebaiknya kau pergi dari sini, dan jangan pernah injakkan kakimu di butik ini,” pria itu meminta maaf pada Irene, namun tidak ada kata maaf untuk seseorang yang mencoba melecehkannya. Dia meminta salah satu pegawai keuangannya untuk segera mengurus pemberhentian Tae Jun.

Dari kejauhan, Wendy tersenyum melihat hal itu, ia sedikit menundukkan kepalanya menahan senyumannya yang sangat besar. Ia merasa cukup lega karena akhirnya Irene memberhentikan karyawannya itu. Ia masuk ke dalam butik dengan senyum yang berusaha ia sembunyikan.

“Hai, Irene,”

“Wendy,” Irene segera mendekati Wendy dan memeluk gadis itu dengan erat.

“Kau benar, aku memperkerjakan seorang yang brengsek.” Wajah Irene terlihat lucu bagi Wendy, segera ia mengecup bibir kekasihnya itu.

“Malam ini masih sibuk?”

“Sudah ngak terlalu, aku nginap di apartemen kamu ya,” jawab Irene yang sudah tidak di dalam pelukan Wendy namun, ia membereskan beberapa pekerjaannya, agar ia bisa pulang bersama Wendy dan bermesraan dengan kekasihnya yang sudah tidak ia temui beberapa minggu ini. Wendy duduk sambil melihat HP nya yang dari tadi berdering.

“Ya unnie, mungkin besok,”

………………………..

“Baiklah,”

“Dari siapa Wen?”

“Some one special.” Goda Wendy pada Irene yang segera mendapatkan pukulan kerasa di bahu gadis itu.

“Aku jelasin kalau kita udah lebih tenang ya,” kali ini Wendy memasang wajah seriusnya dan meraih tangan Irene agar ia bisa menautkan jari jemarinya pada Irene, karena Wendy sangat suka dengan hal itu. Irene hanya tersenyum, tidak ingin banyak memikirkan hal yang tidak-tidak pada Wendy. Ia ingin mempercayai Wendy seperti Wendy mempercayainya.

“So, ayo cerita,” Irene sudah memposisikan dirinya di samping Wendy yang sudah lebih dulu berbaring. Wendy mulai menceritakan setiap detail yang disampaikan Ha Neul padanya, Irene mendengarkan hal itu dengan seksama.

“Apa kau sekarang jauh lebih baik?”

“Tidak sepenuhnya, karena aku tidak bisa bohong karena aku juga merindukan omma dan berharap ia masih hidup.” Irene melihat ke arah Wendy dan memeluknya erat.

“Irene ah, jika sesuatu hal terjadi padamu, aku harap kau mau jujur kepadaku,” Irene mengangguk di dalam pelukan Seungwan.

Dua tahu sudah hubungan mereka berjalan, melihat bagaimana Wendy memperlakukannya, Irene mulai bertanya apakah Wendy benar-benar mencintainya. Wendy terlalu cuek dengan hal-hal kecil yang Irene anggap begitu manis. Wendy tidak pernah mengingat hari aniversari mereka, Wendy tidak pernah keberatan jika Irene pulang terlalu malam, ia bahkan tidak terlalu peduli pada Irene yang terkadang mengeluh padanya, Wendy hanya akan menjawab seadanya, sepertinya semakin lama, Irene semakin kehilangan perhatian dari Wendy dan ia sangat tidak menyukai hal itu.

Malam ini, Irene putuskan untuk pergi ke kantor Wendy. Gadis itu baru selesai meeting dengan seorang klien penting. Ia tersenyum melihat Irene yang sudah menunggunya, Wendy memeluk Irene dan memberikan sebuah kecupan di bibir Irene seperti biasa. Pandangan Wendy pada Irene tak pernah berubah sedikitpun, namun Irene seperti tidak bisa melihat itu.

“Wen, kamu lupa ya malam ini hari apa?”

“Memang hari apa?, apa begitu penting?”

“Ya tentu saja, ini adalah hari aniversari kita,”

“Benarkah?, aku tak pernah memikirkan hal seperti itu.” Ujar Wendy dengan santai sambil membaca kontrak yang akan ia tanda tangani.

“Kita liburan yuk?. Udah lama kita ngak pergi berduaan.”

“Ngak bisa Irene, bulan ini jadwal aku full,”

“Ya udah bulan berikutnya.”

“Kamu lupa Seoul Fashion week bulan depan. Kamu pasti sibuk kan?” Wendy benar, ia akan sangat sibuk waktu itu tiba. Irene mendekati Wendy dan duduk di atas pangkuan Wendy, melingkarkan tangannya pada Wendy.

“Ayolah sayang, kita sudah jarang menghabiskan waktu bersama, dan kita sekalian rayakan aniversari kita.”

“Ngak musti sekarang kan sayang, kita bisa berangkat setelah bulan-bulan sibuk ini,” Irene bangkit dari pangkuan Wendy dan terlihat sangat kesal.

“Irene, kamu tahu kan ngak semua permintaan kamu ngak bisa aku turutin?” Irene hanya masih diam, ia merasa sangat kesal pada Wendy sekarang.

“Irene… kamu tahu aku sayang sama kamu kan?” Wendy memeluk Irene dari belakang namun Irene melepas tangan yang melingkar itu.

“Aku pergi Wendy,” Wendy tidak berusaha menghentikan Irene karena gadis itu  sangat kesal padanya, ia membiarkan Irene pergi begitu saja.

Sudah beberapa hari Irene tidak menghubungi Wendy, begitu juga sebaliknya Wendy sama sekali tidak menghubungi Irene, karena ia anggap gadis itu belum mau bicara padanya karena masih kesal. Namun setelah bicara pada Ha Neul akhirnya Wendy pun menghubungi Irene, namun sepertinya Irene belum mau bicara pada Wendy, karena gadis itu tidak membalas pesan atau panggilan dari Wendy. Karena tidak ingin berlama-lama seperti ini, Wendy akhirnya memutuskan untuk pergi ke butik Irene. Namun lagi-lagi ia harus kecewa  karena saat ini Irene harus berada di LA untuk beberapa bulan ke depan karena urusan pekerjaan. Wendy meminta pegawai Irene memberi tahu dimana Irene saat ini berada tapi pegawai itu tidak bisa memberitahu di mana Irene berada, karena Irene yang memintanya.

Irene, kamu di mana?, aku udah ke butik kamu, ke rumah, tapi mereka semua bilang kamu di LA dan mereka ngak mau kasih tau kamu di mana?. Aku minta maaf, tapi kalau kamu mau mengakhiri semua bilang ke aku, biar aku bisa ngerti, jangan perlakuin aku kayak gini.

Pesan dari Wendy itu tidak pernah di balas oleh Irene. Sudah satu bulan Irene tidak ada kabar, dan Wendy seperti nya mengerti jika Irene tak pernah menginginkannya lagi. Tapi mengingat apa yang terjadi pada ibunya, ia yakin Irene mempunyai alasannya sendiri. Ia tidak ingin berharap banyak pada Irene saat ini, yang ia tahu ia harus tetap bekerja dan melakukan tanggung jawabnya sebagai pemimpin perusahaan. Wendy akhirnya menjual apartemennya dan memutuskan untuk pindah bersama Ha Neul karena ia tidak ingin merasa seorang diri lagi. Ha Neul menyayanginya, menjadi pilar yang baik bagi Wendy setelah Seulgi.

“No no no, Wen bangun, oh my God, please some one help us.” Wendy sudah berada di pangkuan Ha Neul dengan darah yang terus mengocor dari kepalanya. Ha Neul tidak menemukan HP mereka. Tak lama ada sebuah mobil yang lewat dan membantu mereka untuk menghubungi ambulance dan mereka segera di larikan ke rumah sakit terdekat.

“Bagiamana adik saya dokter?”

“Anda tidak perlu kahwatir miss Kang, tidak ada tanda-tanda trauma di kepalanya, namun luka akibat pecahan kaca di kepala adik anda cukup dalam, tapi tidak ada yang perlu anda khawatirkan.” Ha Neul menarik nafas panjang, terlihat Seulgi berlari kea rah Ha Neul setelah ia menghunginya.

“Bagaimana kabar Wendy, unnie.”

“Dokter bilang dia akan baik-baik saja,”

“Syukurlah,” Ha Neul dan Seulgi berjalan menuju ruang rawat Wendy setelah mendapatkan tindakan. Terlihat Wendy yang masih terbaring belum sadarkan diri, keduanya merasa bersyukur karena tidak ada cedera serius pada Wendy, hanya tulang tangannya yang patah karena menahan setir di kondisi jalan yang cukup licin.

“Unnie sebaiknya istirahat, biar aku yang jaga Wendy,” ujar Seulgi yang melihat Ha Neul juga mendapatkan beberapa perawatan. Ha Neul hanya bisa setuju dan segera menuju kamar rawatnya sendiri.

“Seulgi,” Seulgi melihat ke arah Irene yang terlihat sangat khawatir, ia segera mendekati Wendy dan meraih tangan kekasihnya.

“Dokter bilang dia baik-baik saja Irene,” Mendengar hal itu Irene menjadi sedikit lebih lega.

“Biar aku yang jaga Wendy Seul,”

“Kamu kan masih capek Irene, lebih baik aku yang jaga Wendy, kamu bisa pulang.”

“Kamu pikir aku bisa tidur nyenyak tahu Wendy kayak begini.”

“Ya udah, aku keluar dulu ya, mau cari makan.” Irene hanya setuju dengan Seulgi dan duduk di samping Wendy. Lama Irene memandang wajah yang terdapat banyak luka itu, sambil tidak melepas tangan Wendy.

“Hai,” Wendy terlihat tersenyum melihat Irene yang masih berada di sampingnya dan terus memegang tangannya meskipun gadis itu sekarang tertidur, namun mendengar suara Wendy ia langsung tersadar.

“Maaf merusak malam mu, kau jadi harus kemari,”

“Jangan ngomong gitu Wen,”

“Aku ngak nyangka pertemuan kita pertama harus di rumah sakit kayak gini,” Irene kali ini menangis, namun Wendy merasa tidak berdaya untuk menghapus air mata itu karena kondisinya seperti ini.

“Maafin aku ya Wen, pergi ngak ngabarin kamu, dan ngak ngasih kabar.” Wendy mengangguk berusaha mengatakan tidak apa-apa untuk menghilang beberapa saat dari kehidupannya.

“Aku hanya ingin berfikir lebih jernih di saat aku ngak yakin sama kamu, tapi semakin lama kamu ngak ada di samping aku, aku akhirnya bisa lihat berapa besar rasa sayang kamu ke aku, tanpa aku sadari aku nyakitin kamu.”

“It’s ok Irene,”

“Kau bilang, kau tidak bisa merasakan cinta atau bahkan tidak tahu apa itu arti cinta, tapi yang kamu berikan sama aku lebih dari itu Wendy. Kamu mencintai aku tanpa syarat apapun, dan mungkin aku yang belum bisa mencintaimu sebesar itu, yang aku fikir aku sangat mencintaimu.” Kembali air mata jatuh dari sudut mata Irene yang menyadari begitu besar rasa cinta Wendy padanya.

Seharusnya Wendy dan Ha Neul berada di acar Fashion Week untuk mendukung Irene, namun jalanan yang licin itu membuat semuanya harus berantakan, akhirnya Wendy dan Ha Neul berakhir di rumah sakit. Namun Wendy tetap merasa bersyukur karena ia bisa tahu kalau Irene masih memperdulikannya karena yang ia tahu dari Seulgi, begitu Seulgi menghubungi Irene ia segera meninggalkan acara itu dan langsung menuju rumah sakit. Wendy senang saat menyadari Irene lah yang berada di sampingnya, menemaninya sampai akhirnya ia sadar.

“Unnie ku baik-baik saja kan?”

“Ya, unnie sekarang berada di ruang rawat sebelah, ada Lee Hun oppa yang menjaganya,”

“Syukurlah,” ujar Wendy dengan sedikit lega.

“Irene, sebenarnya malam ini aku pengen lamar kamu.” Ujar Wendy dengan enteng.

“Kamu mau lamar aku?”

“Iya, walaupun kemungkinan akan kamu terima sangat kecil.”

“Kenapa ngomong gitu,”

“Kamu menghilang dari kehidupan aku gitu aja, apa yang bisa aku harapkan dari itu?”

“Maafkan aku Wen, tapi kalau kamu lamar aku malam ini, aku akan sangat bahagia dan tentu saja aku akan terima kamu, soalnya aku juga akan lakuin hal yang sama ke kamu.”

“Yang benar Irene?” Irene mengangguk, sebenarnya selama ia menghilang dari Wendy, Irene berhungan langsung dengan Ha Neul dan mengecek bagaimana kondisi Wendy. Namun gadis itu terlihat sangat kuat dan ia bahkan tidak mencoba mendekati wanita manapun. Terkadang Ha Neul mengatakan kalau Wendy melihat beberapa foto di HP nya dan ia mendapati kalau Wendy melihat foto-foto Irene. Dan terkadang Wendy menyebut nama itu di sela-sela tidurnya yang kurang nyenyak karena merindukan gadisnya. Yang Wendy tahu, meskipun Irene tidak berada di sampingnya saat ini, ia akan tetap mencintai Irene sampai gadis itu sendiri yang mengatakan untuk berhenti.

“Son Wendy, karena kau tidak bisa bergerak, biar aku yang melamar mu malam ini,” Irene mengeluarkan sebuah kotak cincin dari dalam sakunya.

“Son Wendy, will you marry me?” Wendy hanya tersenyum lebar dan kali ini ia harus menangis bahagia mendapatkan kembali belahan hatinya yang beberapa saat menghilang darinya.

“Yes I do,” Irene tidak mengenakan cincin itu karena kondisi Wendy yang tidak memungkinkan. Namun walaupun di suasana seperti ini tidak mengurangi kebahagiaan kedua pasang kekasih itu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Hai guys makasih udah baca cerita aku dan mau coment di sini. Semoga kalian suka.

Comments

You must be logged in to comment
prilly
#1
Chapter 7: Kirain ada drama orang ketiga enggak tahunya bukan. Sungguh diluar dugaan, suka deh ama ceritanya. Mkga nanti irene kagak salah paham dan wendy kasih penjelasan. Hmm kayaknya disini tuh wendy masih belajar gitu karna dia tuh agak kurang peka. Lol
ReVeLuvyyy #2
Chapter 7: Sempet takut kalo pelakor
Wann77
#3
Chapter 7: Syukurlah bukan pelakor 🤣
Wann77
#4
Chapter 6: Heh, hubungan memang harus saling terbuka dan saling pengertian...
Good job kalian... Semoga langgeng 😁
Lanjut
_SWenRene
#5
Chapter 5: Oh gosh finally! Come on wendy!
Wann77
#6
Chapter 5: Akhirnya Wendy..... Hahh...
Semoga happy terus sampai end
ReVeLuvyyy #7
Chapter 5: Finally
Jung1804
#8
Chapter 4: Kalau gini, aku pun terikut stress membaca.
Ya ampun! Apakah Wendy bener² ngak punya setitik pun perasaan kasih pasa Irene? Apa mungkin Wendy ada Alexithymia ya dimana dia langsung ngak punya perasaan atau dia sendiri ngak tau gimana mau meluahkan perasaan nya gitu?
prilly
#9
Chapter 4: Gila, bucin banget Irene sama Wendy samapi segitu dia, stress dan manultrisi. Semoga cepat banget sadarnya Wendy. Biasanya nanti gantian yang bucin tuh Wendy lol.
mellifluouswan
1693 streak #10
f