Chapter 7

Can't let you go

Wendy memeluk Amelia erat saat mereka dibandara mengantar kepulangannya.

“Terima kasih atas waktumu selama ini Wendy, aku sangat bersenang-senang di sini.” Ujar Amelia sambil mengecup pipi Wendy sehingga membuat gadis itu sedikit tersipu. Amelia juga berpamitan dengan Seulgi yang beberapa hari menghabiskan waktunya di Seoul.

“Sepertinya gadis itu menyukai mu Wen,”

“Aku juga menyukai nya Seul, aku seperti memiliki teman baru,” kedua sahabat itu berjalan meninggakan bandara dan langsung menuju apartemen Wendy. Di sana Sooyoung dan Irene sudah menunggu mereka.

Setibanya di apartemen, Wendy di sambut oleh Irene dengan senyuman. Tanpa ragu Wendy langsung mengecup bibir Irene. Seulgi yang melihat itu sangat bahagia, karena untuk pertama kali Seungwan tersenyum dengan lebar saat berada di dalam pelukan Irene.

“Kamu ngak langsung pulang ke Busan kan Seul?”

“Ngak, Sooyoung masih betah di sini, mungkin minggu depan baru pulang.” Wendy merangkul sahabatnya itu dengan senang karena sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu bersama seperti ini.

“Wen, aku balik ke butik dulu ya, ada klien yang pengen ketemu,”

“Aku antar ya,” Irene hanya mengangguk, Wendy segera mengambil coat dan kunci mobil nya.

Beberapa minggu setelah keberangkatan Seulgi, Wendy kembali kerutinitas awalnya. Bertemu beberapa klien dan menandatangi beberapa kontrak yang semakin berdatangan kepadanya.

“Selamat datang miss Kang,” seorang gadis muda lebih tua beberapa tahun dari Wendy tertarik dengan perusahaan itu.

“Senang bertemu anda miss Son,” wanita itu tersenyum pada Wendy dengan sangat bahagia akhirnya ia bisa bertemu dengan Son Wendy. Mereka membicarakan hal-hal terkait perusahaan dan kerja sama yang akan mereka lakukan. Di tengah-tengah pembicaraan itu Wendy mendapatkan panggilan masuk dari Irene yang mengajaknya untuk makan malam. Ajakan itu disetujui oleh Wendy tanpa pikir panjang, karena beberapa hari ini mereka jarang bertemu.

“Kekasih anda miss Son?”

“Ya miss Kang.”

“Bagaimana dengan perjanjian kita?” Tanya Wendy tanpa panjang lebar.

“Aku setuju dengan tawaran anda, namun kerja sama ini sepertinya akan menyita waktu anda miss,”

“Sepertinya tidak akan ada masalah miss Kang, saya akan senang sekali bisa bekerja sama dengan anda.” Wendy dan wanita itu sama-sama tersenyum saat berjabat tangan, saat menjabat tangan wanita itu ada perasaan aneh yang menyergapnya. Namun segera Wendy tepis perasaan itu karena ia tidak seharusnya merasa seperti ini.

“Wen, kok melamun,”

“Ah tidak apa-apa, hanya beberapa hari ini pekerjaan menyita pikiranku.”

“Jangan terlalu stress Wen, ngak baik buat kesehatan kamu,”

“Ya tentu saja, Princess,” Senyum Wendy sambil mengecup pundak tangan Irene dengan dalam.

Semakin lama melihat miss Kang, apa yang dirasakan Wendy semakin tidak bisa ia bendung. Wajah wanita itu mengingatkan nya pada seseorang namun ia tidak bisa mengingat siapa. Hari semakin hari wanita itu semakin mengganggu pikirannya. Suatu hari miss Kang sadar jika ia sedari tadi diperhatikan oleh Wendy. Wanita itu mendekati Wendy sambil tersenyum, dan Wendy menjadi salah tingkah dengan hal itu.

“Ada yang menggangu pikiran miss Son.”

“Boleh aku jujur miss Kang?”

“Tentu saja.” Ucap wanita itu menunggu saat seperti ini, ia membutuhkan bicara berdua saja dengan Wendy.

“Wajah anda mengingatkan saya pada seseorang namun saya tidak mengingat siapa itu,” miss Kang tersenyum dan berusaha untuk tenang, karena ia sudah lama menginginkan moment ini, meskipun ia tahu hal ini mungkin saja membuat Wendy langsung memutuskan kerja sama mereka.

“Anda benar miss Son,” ia mengeluarkan sebuah foto dari tas kecil yang ia selalu bawa kemanapun ia pergi. Mata Wendy tidak percaya dengan apa yang lihat, tubunya hampir sempoyongan karena terkejut, namun ia menarik nafas panjang untuk terlihat professional.

“Ini adalah ibuku miss Son, Kang Han Na.” ujar miss Kang yang memiliki nama lengkap Kang Ha Neul. Wendy tahu wanita itu adalah ibunya juga, wanita yang pergi begitu saja meninggalkan nya malam itu, wanita yang menjadi penyebab segala depresinya. Wendy pergi begitu saja dari Ha Neul, namun wanita itu menahan tangannya.

“Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu Wendy.”

“Sepertinya hal ini tidak perlu diperpanjang miss Kang.”

“Izinkan aku bicara padamu empat mata Wendy,”

“Jangan sebut namaku miss Kang, kita hanya rekan bisnis,”

“Aku mohon, aku tahu ini sangat menyakitkan bagimu,”

“Karena anda sudah tau sebaiknya anda pergi.”

“Tolong, kau harus tau kebenarannya,”

“Semuanya terlihat sangat jelas miss Kang, tidak ada yang perlu dijelaskan lagi.”

“Setelah ini jika kau mengingnkan ku pergi aku akan pergi, namun sekali saja aku mohon Son Wendy.” Wendy yang berusaha untuk tenang akhirnya setuju dengan permintaan Ha Neul yang membawanya menuju sebuah rumah besar dengan beberapa pelayan. Di sana tergantung foto ibunya dan Ha Neul yang saling tersenyum. Hati Wendy tiba-tiba sakit melihat hal itu, ia ingin menitikkan air mata tapi ia tahan karena wanita itu tidak pantas mendapatkan simpati atau tangisan darinya.

“Aku rasa anda harus segera menjelaskan semuanya miss Kang.”

“Aku berusia 3 tahun lebih tua dari mu Wendy, dan aku adalah anak dari Kang Han Na. Aku tahu kau mengenal ibu ku kan?” Wendy hanya mengangguk.

“Malam itu aku berada di sana Wendy, aku melihat dari kaca mobil itu kau yang berlari sambil menangis untuk menghentikan ibumu, aku memohon agar mereka menghentikan mobil itu, namun doter Han hanya melajukan mobil itu dan meninggalkan mu yang menangis.”

“Jika kau hanya ingin membela ibu atau membela dirimu lebih baik aku pergi saja,” Wendy sudah berdiri dari tempat duduknya namun Ha Neul mencegahnya kembali.

“Tolong dengarkan aku, kali ini saja,” mata Ha Neul memohon pada Wendy yang sudah marah namun ia ingin tahu apa yang terjadi, akhirnya ia kembali duduk di kursinya.

“Dari kecil, aku hidup dipanti asuhan karena saat itu ibu tidak mampu mengasuhku, karena kondisi financial yang tidak mendukungnya, ia akhirnya mentitipkan ku di panti asuhan. Selama 15 tahun aku hidup di panti asuhan tanpa mengetahui siapa kedua orang tua ku Wendy.”

“Bagaimana kau bisa bertemu dengan ibu?”

“Aku mengalami kelainan jantung sejak kecil, dam aku harus di rawat di rumah sakit. Aku bisa bertahan sampai aku berusia 15 tahun, namun hari itu, dokter sudah menyerah dan mengatakan aku hanya bisa dibantu dengan transpalnatis jantung. Dan hari itu aku putuskan untuk menyerah, namun kepala panti asuhan tempat ku tinggal tidak menerima itu dan ia berusaha mencari di mana ibuku.” Ha Neul harus menyeka air matanya mengingat moment di mana kepala panti itu memastikan pada dokter Han untuk menghubungi orang yang mereka anggap mampu melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa Ha Neul.

“Suatu hari nyonya Kim dan dokter Han akhinya bertemu dengan ibu dan memberitahukan bagaimana kondisiku dan apa yang mereka inginkan dari ibu.” Wendy tidak pernah tahu akan hal ini. Ia berusaha untuk bersikap tenang dan tidak menitiskan air matanya.

“Ibu setuju Wendy, ia setuju memberikan jantungnya untuk ku, aku tidak menginginkan itu, lebih baik aku yang pergi dari pada ibu harus meninggalkan keluarganya. Berkali-kali aku bicara padanya sebelum operasi di lakukan. Aku memintanya untuk tidak memperdulikanku seperti 15 tahun ia meninggalkanku, melupakan ku. Karena aku tahu berapa besar aritnya keluarga bagi ibu, namun ia menolakkku, ia meyakinkan ku bahwa keluarganya akan baik-baik saja tanpa dirinya.”

“Dia salah,”

“Aku tahu Wendy, setelah melihatmu malam itu, aku semakin yakin kalau keputusannya untuk menyelamatkanku akan membawa keburukan bagi kelurganya. Namun ia mengatakan padaku, hanya ini yang bisa ia lakukan untuk menebus kesalahannya padaku, ia mengatakan ia mencintaiku dan meminta maaf karena tidak bisa menjadi ibu bagiku selama aku hidup.” Kali ini Wendy tak lagi bisa menahan tangisnya, untuk pertama kali nya ia menangis.

“Apakah laki-laki malam itu adalah kekasih ibu?”

“Bukan, dia adalah dokter Han, dokter yang menangani ku.” Ha Neul menyerahkan sebuah surat untuk Wendy dari ibunya, sebelum meninggal Kang Han Na menuliskan surat untuk Ha Neul dan Wendy, menyerahkan surat itu pada dokter Han, meminta pria itu memberikan kepada kedua anaknya jika keduanya sudah tumbuh dewasa, karena ia berharap kedua anaknya akan mengerti maksud ia melakukan hal ini.

Anakku Wendy

Maaf ibu harus meninggalkan mu dengan cara seperti ini, aku ingin meminta maaf padamu atas semuanya. Karena ibu tahu kau adalah anak yang kuat, maafkan ibu sekali lagi karena telah meninggalkanmu. Aku menyayangi mu Wendy sangat menyayangimu.

Wendy kembali menjatuhkan air matanya membaca surat itu, ia tak tahu harus merasakan apa, yang ia tahu selama ini ia membenci ibunya.

“Maafkan aku Wendy, seharusnya aku bisa meyakinkan ibu untuk tetap berada di sini, bersamamu, sehingga kau tidak pernah membencinya.” Kali ini Ha Neul berlutut di hadapan Wendy, meminta maaf padanya, kalau saja ia tidak pernah menemukan ibunya Wendy tidak akan menjadi pribadi seperti ini. Alih-alih marah Wendy menarik Ha Neul dan memeluknya erat. Ia yakin ini semua bukan kesalah wanita ini, namun ibunya sudah memilih jalan buruk dengan tidak mengatakan hal yang sebenarnya.

“Ini bukan kesalahan mu, aku tidak akan pernah menyalahkan dirimu,” Wendy melihat wajah Ha Neul yang begitu mirip dengan ibunya, ia meraba wajah itu lembut, melihat setiap inci wajah itu. Wendy kembali menangis karena ia sangat merindukan ibunya, meskipun rasa benci itu tidak bisa ia hilangkan begitu saja namun rasa rindunya lebih kuat dan ia tetap berharap suatu saat ia bisa melihat ibunya lagi. Ia tersenyum namun air mata tetap mengalir di pipinya melihat Ha Neul yang menatap matanya.

“Aku rasa kau adalah unnie ku. Ha Neul unnie.” Ujar Wendy yang membuat Ha Neul merasa sangat bahagia saat ini karena sudah berhasil menemukan Wendy yang selama ini ia cari. Ia mengangguk kan kepalanya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Hai guys makasih udah baca cerita aku dan mau coment di sini. Semoga kalian suka.

Comments

You must be logged in to comment
prilly
#1
Chapter 7: Kirain ada drama orang ketiga enggak tahunya bukan. Sungguh diluar dugaan, suka deh ama ceritanya. Mkga nanti irene kagak salah paham dan wendy kasih penjelasan. Hmm kayaknya disini tuh wendy masih belajar gitu karna dia tuh agak kurang peka. Lol
ReVeLuvyyy #2
Chapter 7: Sempet takut kalo pelakor
Wann77
#3
Chapter 7: Syukurlah bukan pelakor 🤣
Wann77
#4
Chapter 6: Heh, hubungan memang harus saling terbuka dan saling pengertian...
Good job kalian... Semoga langgeng 😁
Lanjut
_SWenRene
#5
Chapter 5: Oh gosh finally! Come on wendy!
Wann77
#6
Chapter 5: Akhirnya Wendy..... Hahh...
Semoga happy terus sampai end
ReVeLuvyyy #7
Chapter 5: Finally
Jung1804
#8
Chapter 4: Kalau gini, aku pun terikut stress membaca.
Ya ampun! Apakah Wendy bener² ngak punya setitik pun perasaan kasih pasa Irene? Apa mungkin Wendy ada Alexithymia ya dimana dia langsung ngak punya perasaan atau dia sendiri ngak tau gimana mau meluahkan perasaan nya gitu?
prilly
#9
Chapter 4: Gila, bucin banget Irene sama Wendy samapi segitu dia, stress dan manultrisi. Semoga cepat banget sadarnya Wendy. Biasanya nanti gantian yang bucin tuh Wendy lol.
mellifluouswan
1693 streak #10
f