Chapter 3

Can't let you go

“Wah.. ini terlihat enak sekali,” Melihat Seulgi yang begitu bersemangat membuat Wendy merasa senang.

“Aku tidak ingin Sooyoung memarahi ku karena memberi makanan biasa saja kepada kekasihnya.”

“Makasih ya Wen, kamu memang yang terbaik.” Awalnya Seulgi sendirian di Seoul karena ia tidak lagi memiliki siapa-siapa, ia hanya berharap dari pinjaman pendidikan dan kerja paruh waktunya. Seulgi harus menaiki beberapa puluh anak tangga untuk tiba di rumah kecil pemberian orang tuanya. Namun setelah ia mengenal Wendy, Seulgi pindah ke sebuah apartemen kecil yang tak jauh dari kampusnya. Seulgi tak pernah meminta semua itu dari Wendy, namun Wendy selalu mekasanya untuk menerima semua itu tanpa ada kata penolakan, karena Wendy bisa saja marah dan mendiamkan Seulgi. Hal itu sangat dibenci oleh Seulgi, akhirnya gadis itu hanya menerima bantuan dari Wendy. Ia mendapatkan pekerjaan paruh waktu yang bayarannya cukup baik, sehingga ia bisa memiliki waktu untuk kekasihnya dan Wendy.

“Hp, kamu dari tadi bunyi tu,” Wendy melihat hpnya, ia sedikit mengerutkan dahinya karena panggilan itu dari Irene. Ia awalnya mengacuhkan panggilan itu, karena memang sudah lama Irene tidak pernah menghubunginya dan kebali ke apartemennya. Namun panggilan itu terus masuk, membuat Wendy sedikit terganggu dan akhirnya ia mengangkatnya.

“Kamu di mana?”

“Lagi di luar sama Seulgi, kenapa?”

“Aku ke tempatmu ya,”

“Ya terserah aja,”

“Ya udah aku otw ke sana.”

“Mmm,” hanya itu jawaban Wendy dan akhirnya ia mematikan panggilan itu.

“Siapa Wen?” Tanya Seulgi.

“Irene,” Seulgi sedikit tersedak mendengar nama itu.

“Pelan-pelan makannya,”

“Dia udah punya pacarkan kenapa dia masih menghubungi kamu?”

“Mana aku tahu,”

“Wen, kamu jangan mainin anak orang kayak gitu.”

“Aku ngak pernah mainin siapapun Seul, aku ngak pernah minta dia untuk stay, aku juga ngak pernah minta dia untuk pergi, kamu tau aku kan?”

“Tapi Wen, mungkin Irene berharap kamu bales cintanya.”

“Cinta?,” Wendy tersenyum ke arah Seulgi yang terlihat serius memandang Wendy.

“Aku tahu, buat kamu cinta itu konyol, tapi hargai Irene sedikit Wen,”

“Kamu mau aku gimana ke Irene?, nyuruh dia buat ninggalin pacarnya dan beri dia harapan palsu karena aku ngak pernah menganggap cinta itu ada?” Seulgi terdiam, ia tahu bagaimana Wendy, ia tak pernah melarang sahabatnya itu untuk jatuh cinta pada siapapun. Wendy bahkan tak pernah memaksakan ideologinya pada Seulgi, ia memberikan kebebasan pada Seulgi untuk menentukan jalannya sendiri. Apapun yang Seulgi ambil, jika hal itu tak berjalan dengan lancar Wendy akan berada di samping sahabatnya itu.

“Maafkan aku Wen,” Seulgi menundukkan kepalanya.

“Sudahlah, kita makan saja, biarkan Irene menunggu, dia pasti sedang banyak yang dipikirkan makanya dia ketempatku.” Seulgi hanya mengangguk dan kembali makan dengan lahap.

Setibanya Wendy di kamarnya setelah mengantar Seulgi, Irene langsung mendekat ke arah Wendy dan langsung menggiring gadis itu ke ranjang dan mereka pun larut dalam permainan yang selama ini berusaha Irene hindari.

“Jinyoung melamarku,” Irene merebahkan kepalnya di dada Wendy yang cukup kelelahan malam ini. 

“Bukankah itu hal yang bagus, itu artinya ia serius dengan hubungan kalian.” Irene melihat wajah Wendy yang terlihat begitu datar, tidak ada keterkejutan ataupun khawatir sedikitpun.

Apakah aku terlalu bodoh, mengharapkan cinta pada seseorang sepertimu Son Wendy? Ujar Irene dalam hatinya.

“Aku rasa Jinyoung memperlakukanmu dengan sangat baik, karena kau selalu tersenyum setiap berada di dekatnya.”

“Kau memperhatikan ku?” Irene sedikit bersemangat mendengarnya.

“Seulgi yang memberitahukannya padaku,” Irene kembali kecewa, mengapa ia berharap kepada Wendy jika ia tahu gadis itu tak akan menganggap Irene bagian penting dalam hidupnya. Ia bangun dengan menarik selimut yang kusut, sekusut hatinya saat ini. Ia tidak tahan lagi, ia menangis, namun Wendy hanya diam tanpa berusaha menenangkan Irene.

Ia sungguh tidak tahu harus melakukan apa, namun ia tidak bisa membiarkan Irene terus menangis. Ia ingat Seulgi yang berusaha menangkan Sooyoung yang menangis dengan sebuah pelukan, ia bangkit dari tempatnya dan menarik Irene di dalam pelukannya.

“Kau sudah memiliki seseorang yang mencintaimu dan mengapa kau harus berharap pada seseorang seperti ku?” Irene melepas pelukan itu dan segera mebersihkan dirinya, meninggalkan Wendy yang masih duduk di ranjangnya, yang hanya bisa melihat kepergian Irene dari apartemennya.

"Mengapa aku begitu bodoh harus kembali ke pelukannya," Irene memukul kepalanya sendiri. Ia berusaha untuk menjauh dari Wendy, namun semakin ia melakukan itu semakin hatinya terasa sakit. Ia tidak tahu harus melakukan apa, Wendy benar Jinyoung begitu mencintai Irene, lalu kenapa Irene sulit untuk menerima kenyataan itu. Hatinya dan tubuhnya sudah ia berikan sepenuhnya pada Wendy, meskipun gadis itu tidak pernah menganggapnya sebagai sesuatu yang special. 

“Aku dengar setelah lulus Irene akan menikah dengan Jinyoung?” Tanya Seulgi yang cukup penasaran.

“Mungkin,” jawab Wendy dengan santai sambil terus mengetik beberapa kata yang berkutat di pikirannya untuk tugas akhirnya.

“Nanti malam keluar yuk,”

“Ngak dulu lah, aku harus nyelesain semua ini dulu, biar cepat selesai.”

“Buru-buru amat,”

“Aku pengen cepat selesai, biar bisa liburan.”

“Liburan?, ke mana? aku ikut ya.” Wendy tersenyum melihat sahabatanya itu bersemangat.

“Paman minta aku ke Hampton untuk ngadirin season sekalian perkenalin aku ke rekan bisnis paman.”

“Ngak jadi ikut deh kalau gitu, pasti boring.” Ujar Seulgi sambil memutar bola matanya.

“Emang kamu mau liburan ke mana?”

“New Zeland.”

“Emang, udah cukup uangnya?”

“Belum,” jawabnya sedikit lesu.

“Kok bisa?, kan kamu udah saving lama.”

“Aku mau ajak Sooyoung.”

“Ya udah, kamu tinggal bilang kapan nanti aku tambahin,”

“Ngak usah Wen, kamu udah banyak bantu aku.”

“Ya ngak apa-apa lah Seul, nyantai aja, kayak sama siapa aja kamu.” Seulgi hanya bisa menuruti permintaan sahabatnya itu.

Wendy yang sedikit lelah dengan tugas akhirnya memutuskan untuk ke bar yang baru buka. Ia tidak mengajak Seulgi karena gadis itu pasti sibuk dengan kekasihnya yang sedang cemburu karena Seulgi berbincang dengan seorang gadis cantik sambil tersenyum bodoh pikir Wendy. Sooyoung yang melihat hal itu langsung meninggalkan Wendy yang menjemputnya untuk makan malam bersama. Sudah 2 hari Sooyoung tidak bicara pada Seulgi membuat sahabatnya itu harus meminta maaf lebih extra. Wendy hanya tersenyum melihat tingkah kedua pasang kekasih itu, sehingga malam ini ia harus duduk sendiri di dalam bar yang cukup ramai itu. 

“Hai boleh duduk di sini,”

“Ngak ada yang larang,” jawab Wendy dingin pada gadis yang akhirnya duduk di samping Wendy yang tengah meminum birnya.

“Aku jarang lihat kamu di sini?”

“Baru pertama kali,”

“Kamu ngak begitu buruk, aku kira kamu ngak bakal jawab pertanyaan aku.” Gadis itu tersenyum pada Wendy dengan senyuman yang menggemaskan.

“Mau nemanin aku malam ini?” Wendy tidak menjawab, ia memperhatikan gadis yang tersenyum manis padanya.

“Kamu mahasiswa?” gadis itu mengangguk dengan cepat. Wendy tak menolak ajakan untuk bersenang-senang.

“Aku Jennie,”

“Wendy,”.

Keduanya sudah berada di apartemen Jennie dan mereka sudah dalam keadaan tidak berbusana. Jennie berkali-kali melenguhkan kenikmatannya, ia bahkan menyebut nama Wendy di sela-sela permainan mereka.

“Apa kau sering melakukannya Wendy?”

“Sudah lama aku tidak melakukannya, kenapa? Kau tidak menyukainya?” lirik Wendy dengan senyumannya yang membuat Jennie salah tingkah.

“Best one.” Ujar nya sedikit tersipu. Wendy membersihkan dirinya dan memakai pakaiannya, dan Jennie pun menyusul. Setelah keluar dari kamar mandi, Jennie mendengar pintunya di ketuk beberapa kali. Ia segera keluar dan di susul oleh Wendy yang hendak kembali ke apartemennya.

“Irene?” ujar Jennie sambil memeluk sahabatnya itu. Irene sedikit terkejut saat melihat Wendy dengan rambutnya yang basah, ia tahu persis apa yang sudah Wendy lakukan. Namun Wendy hanya menyapa Irene dan berpamitan pada Jennie.

“Kamu mau nginap?” Tanya Jennie polos pada Irene, tanpa tahu apa yang dirasakan sahabatnya kali ini.

“Aku hanya mengantar ini,” sebuah kopi dan beberapa potong roti, awalnya Irene ingin menginap tapi ia tidak bisa setelah melihat siapa yang keluar dari pintu tadi.

“Aku pulang ya,” jawab Irene seadanya, dan Jennie sedikit kebingungan karena ia tidak pernah melihat Irene seperti ini sebelumnya.

Irene memacu mobilnya menuju apartemen Wendy, entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Yang ia tahu ia ingin berteriak di hadapan gadis itu, karena telah bercinta dengan sahabatnya, entah ia marah karena ia takut Jennie berakhir seperti dirinya atau ia marah bahwa Wendy bercinta dengan orang lain, dan orang itu adalah sahabatnya. Ia turun dari mobil dengan kemarahan dalam dirinya, ia langsung menuju apartemen Wendy, dan langsung masuk ke dalam rumah itu. Wendy yang sedang berada di dapur membuat sup untuk dirinya terkejut dengan kehadiran Irene yang langsung mendaratkan sebuah tamparan keras ke pipi Wendy.

“Jauhi Jennie,”

“Aku tak pernah mendekatinya, dia lah yang mendekatiku duluan.”

“Kau benar-benar tidak punya hati Wendy, kau menghancurkanku dan kali ini sahabatku?”

“Aku tidak pernah tahu ia sahabatmu, menghancurkanmu? Jangan salahkan aku karena kau mencintai orang yang salah.” Kali ini Wendy mengeraskan sedikit suaranya.

“Ya, aku memang bodoh karena jatuh cinta pada orang seperti mu.” ujar Irene dan iapun menangis lagi, ia pernah berjani untuk tidak lagi menangis karena Wendy, tapi luka itu begitu menyakitkan bagi Irene. Wendy tahu apa yang ia katakan cukup kasar pada Irene, sampai membuat gadis itu menangis.

“Sudah berapa kali aku katakan, aku tidak pernah mencari cinta, aku hanya melakukannya untuk bersenang-senang. Mengenai Jennie, aku bertemu dengannya di bar dan ia yang mengajakku ke apartemennya, dan kau tahu bukan?, aku tidak pernah menolak ajakan seperti itu.” Irene terdiam dan menghapus air matanya.

“Irene ah, sadarlah aku tidak akan pernah membalas cintamu, cintailah orang yang mencintaimu. Jinyoung pria yang baik dan aku yakin ia akan membuatmu bahagia,” Irene mendekat ke arah Wendy dan memeluk gadis itu.

“Aku tidak pernah bahagia di dekatnya, hanya kau yang membuatku bahagia.”

“Irene ah jangan seperti ini, karena akhirnya aku akan melukaimu.” Irene semakin memeluk erat Wendy, ia tidak ingin melepaskannya, karena hanya di dalam pelukan Wendy ia merasa nyaman dan hangat.

“Irene ah, kau hanya berfikir jika berada di dekatku membuatmu bahagia,”

“Aku yang merasakannya Wendy, dan aku jujur pada diriku sendiri. Aku tahu aku tidak bisa memilikimu saat ini, tapi aku yakin kita akan bahagia jika kau mau membuka hatimu.” Wendy berusaha melepaskan pelukan Irene darinya.

“Cinta dan harapan hanya bisa melukaimu.” Suara Wendy terdengar tegas di telinga Irene. Mata keduanya bertemu, tidak ada sedikitpun kehangatan dari tatapan itu pikir Irene.

Apa aku harus benar-benar melepaskan Wendy? Ujar Irene dalam hatinya.

“Kau dengarkan aku Irene, berhenti berharap kalau aku bisa mencintaimu. Kembalilah pada Jinyoung dan hidup bahagia bersamanya.” Wendy meninggalkan Irene yang tertegun di tempatnya dan langsung menuju kamar, karena ia kehilangan selera makannya kali ini. Ia membanting cukup keras pintunya, dan membuat Irene tersadar jika apa yang ia harapkan sama sekali tidak akan terwujud. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Hai guys makasih udah baca cerita aku dan mau coment di sini. Semoga kalian suka.

Comments

You must be logged in to comment
prilly
#1
Chapter 7: Kirain ada drama orang ketiga enggak tahunya bukan. Sungguh diluar dugaan, suka deh ama ceritanya. Mkga nanti irene kagak salah paham dan wendy kasih penjelasan. Hmm kayaknya disini tuh wendy masih belajar gitu karna dia tuh agak kurang peka. Lol
ReVeLuvyyy #2
Chapter 7: Sempet takut kalo pelakor
Wann77
#3
Chapter 7: Syukurlah bukan pelakor 🤣
Wann77
#4
Chapter 6: Heh, hubungan memang harus saling terbuka dan saling pengertian...
Good job kalian... Semoga langgeng 😁
Lanjut
_SWenRene
#5
Chapter 5: Oh gosh finally! Come on wendy!
Wann77
#6
Chapter 5: Akhirnya Wendy..... Hahh...
Semoga happy terus sampai end
ReVeLuvyyy #7
Chapter 5: Finally
Jung1804
#8
Chapter 4: Kalau gini, aku pun terikut stress membaca.
Ya ampun! Apakah Wendy bener² ngak punya setitik pun perasaan kasih pasa Irene? Apa mungkin Wendy ada Alexithymia ya dimana dia langsung ngak punya perasaan atau dia sendiri ngak tau gimana mau meluahkan perasaan nya gitu?
prilly
#9
Chapter 4: Gila, bucin banget Irene sama Wendy samapi segitu dia, stress dan manultrisi. Semoga cepat banget sadarnya Wendy. Biasanya nanti gantian yang bucin tuh Wendy lol.
mellifluouswan
1693 streak #10
f