[Friends]

Ravel

XoXo-XoXo-XoXo

Ravel © Kiriya Hiiragi

XoXo-XoXo-XoXo

6.

Dalam Organisasi Hunter, ada beberapa tingkatan yang mencerminkan status seorang Hunter. Mulai dari yang tertinggi; rank SS, S, A hingga E. Dari apa yang Siwon ceritakan padanya, Junmyeon mengetahui kalau pamannya itu berada di rank A dan Yixing berada di rank C. Junmyeon bersyukur karena statusnya sebagai vampire half blood tidak diketahui oleh Yixing karena Siwon adalah hunter berstatus rahasia, sehingga informasi pribadi milik Siwon tidak dapat disebarkan begitu saja. Terlebih lagi sang leader organisasi tersebut adalah teman dekat sang paman.

Pemimpin organisasi Hunter adalah orang yang tegas dan disegani, bernama Jung Yunho. Junmyeon pernah bertemu pria itu beberapa kali dengan Siwon. Dulu Siwon mengatakan kalau pria itu adalah temannya semasa kuliah. Terlihat ramah dan murah senyum meskipun matanya terlihat tajam. Tidak menyangka kalau ternyata dia adalah seorang pemimpin organisasi rahasia semacam itu. Orang itu pasti memiliki kekuatan sangat hebat hingga memiliki rank tertinggi, SS.

Selain itu, Junmyeon juga pernah mendengar nama itu diucapkan dari sosok lain, dengan nada yang berbeda. Dari Kim Jaejoong.

[Ravel]

“Aku benar-benar minta maaf untuk kejadian beberapa hari yang lalu! Dan juga terima atas pertolonganmu waktu itu.” Sebuket bunga disodorkan oleh Yixing tepat dihadapan Junmyeon yang telah selesai menulis menu di papan tulis kecil depan café. Jongdae yang melihat kejadian itu dari dalam café melongo. Membuatnya ditegur oleh manajer café karena bengong, mengabaikan kaca yang harus segera di lap.

“Err—kau meminta maaf dan terima kasih padaku dengan sebuket bunga mawar merah?” alis Junmyeon bertaut, menerima bunga dengan heran. “Kau harusnya minta maaf pada Siwon-hyung, bukannya padaku.”

“Aku sudah meminta maaf padanya terlebih dahulu.”

“Sambil memberikannya bunga mawar… juga?”

“Aku memberinya jam tangan. Tapi dia menolaknya. Dia bilang akan memaafkanku kalau mentratirnya makan kapan-kapan. Sekarang dia sedang ada kesibukan katanya.”

Pikiran Junmyeon melayang pada sosok sang paman yang berada di rumah. Ya, dia sedang sibuk memeluk gulingnya di kasur. Dia sudah dua hari bermalas-malasan seperti itu.

“Kenapa mawar merah?”

Yixing menggaruk pipinya pelan, “Aku bertanya pada penjual bunga untuk memberikan bunga yang memberikan makna perasaan yang mendalam. Jadi dia merekomendasikan bunga ini.”

Junmyeon terkekeh, “Harusnya kau menjelaskan dengan lebih detil. Misalnya perasaan maaf yang mendalam. Kupikir seseorang sepertimu perlu mempelajari bahasa bunga, Yixing.”

“Eh? Kenapa? Apa aku melakukan hal yang salah lagi?!”

“Tidak juga. Tapi… baiklah, meskipun kamu tidak salah apapun padaku—terima kasih untuk bunga yang cantik ini.” aromanya tercium oleh Junmyeon ketika hidungnya bertemu dengan helaian kemerahan itu.

Yixing tersipu. “A—aku akan masuk ke dalam dan memesan frappucino…”

Junmyeon menampilkan senyum gentleman, “Tentu.”

Di waktu sore, tak sengaja melewati toko buku, Yixing masuk ke dalamnya. Secara iseng mencari majalah dan buku-buku berhubungan dengan pekerjaan yang sedang dijajakinya sekarang. Teringat ucapan Junmyeon, dia mencari rak buku yang membahas tentang bunga. Bahasa bunga.

Buku kembali diletakkan ke tempatnya. Yixing menghantamkan pelan kepalanya ke rak.

Setelah mengetahui makna bunga mawar merah.

Yixing bahkan belum tahu, perasaan terpesona ini apakah hanya sekadar rasa kagum atau cinta. Tunggu, apa ini perasaan cinta?

Yixing memegang kedua belah pipinya.

XoXo-XoXo-XoXo

“Apa pemuda manis berdimple itu menembakmu?” Jongdae menghampiri Junmyeon yang meletakkan buket bunga di ruangan staf. “Kau laris juga ya, hyung. Pakai guna-guna apa?”

Junmyeon mengulas kurva sambil menggeleng, “Tidak, ini adalah bunga tanda permintaan maaf.”

“Bunga mawar merah untuk meminta maaf?” Jongdae menggeleng, “Hyung, kamu kalau mau bohong padaku jangan gini dong.”

“Serius kok. Bukankah dia manis sekali? Tanpa tahu makna sebenarnya, memberikan bunga ini dengan malu-malu di depan café sebagai permintaan maaf.”

“Dia pasti akan sangat malu saat tahu arti sebenarnya bunga mawar merah.”

“Sepertinya sih…”

“Oh ya, nanti malam teman yang lain ingin ke karaoke, ingin ikut?” Jongdae mengajak, “Mumpung kita hanya shift siang. Malamnya bisa senang-senang.”

“Hm—sepertinya…”

“Ayolah hyung, kau terlalu sering bilang kapan-kapan.” Jongdae kembali merayu. “Himchan, Baekhyun dan Kyungsoo ikut lho.”

Junmyeon menghela napas, “Baiklah. Kali ini sepertinya bukan masalah.”

“Ehem.”

Manajer yang telah lama pergi akhirnya kembali memegang jabatannya. Memberikan deheman yang membuat mereka bersiap untuk memulai pekerjaan.

XoXo-XoXo-XoXo

Awalnya Junmyeon pikir tidak akan masalah untuk bersenang-senang bersama dengan manusia sesekali. Karena terlalu sering menolak ajakan teman bukanlah hal yang baik dalam menjaga sebuah hubungan pertemanan. Dia cukup menikmati waktu mereka makan bersama, berjalan-jalan di sekitar sungai Han sebelum menuju tempat karaoke.

Junmyeon berpikir, oh, seperti ini rasanya memiliki teman.

Berbagi cerita dan tawa, berebut satu majalah yang tersisa di rak, menggoda anak sma yang berpapasan dengan mereka, dan patungan membeli jajanan. Tentu saja dia juga menganggap Chanyeol sebagai teman, tapi pertemanan normal tentu tidak akan ada hal semacam berburu rusa ke hutan dengan sosok berwujud serigala, kan?

Kenapa akhirnya malah sekacau ini…?

Junmyeon memperhatikan keadaan para rekan kerjanya yang meracau tidak jelas karena soju—minuman pembuat kelakuan mereka menjadi tidak terkendali. Bahkan Kyungsoo yang biasanya kalem sekarang menyanyikan lagu gwieyowo. Baekhyun dan Jongdae nyaris duet bernada seriosa. Yang masih separuh berpikir benar hanya Himchan dan dirinya.

“Kita harus pulang sekarang.” ucap Himchan kemudian. “Kalau dibiarkan seperti ini terus… uangku bisa habis karena mentraktir mereka minum!”

“Harusnya kau tidak mengajak minum sejak awal. Aku setuju ikut pun hanya untuk karaoke.”

Penyesalan selalu datang di akhir.

Himchan mengacak-acak rambutnya, “Oke, ini salahku. Aku akan menyeret pulang Baekhyun dan Kyungsoo kalau begitu. Jongdae aku serahkan padamu.” Bahu Junmyeon ditepuk Himchan.

“Ehh…”

“Aku tidak bisa menyeret tiga orang mabuk sekaligus untuk pulaaang! Aku tidak searah pulang dengan Jongdae!”

“Aku juga tidak.” Sahut Junmyeon.

“Junmyeon, please…” Himchan berucap penuh harap.

Junmyeon menatap sang pemohon, lalu ketiga orang yang mulai membentuk trio menyanyi lagu dari snsd.

Jongdae mengarahkan pandangan pada Junmyeon, “Tidak perlu khawatir hyung~ aku tidak terlalu mabuk kok. kau cukup mengantarku menuju taksi.” Jempol diarahkan padanya.

Mau bagaimana lagi. Sepertinya lebih baik mengantar Jongdae dibandingkan Baekhyun yang tampak bergelayut manja pada Himchan.

“Anu, Jun, gimana kalau kau antar Baek—”

“Aku akan mengantarkan Jongdae.”

Itulah yang menyebabkannya berjalan beriringan dengan Jongdae sekarang.

Junmyeon meragukan ucapan Jongdae tadi dari cara pemuda itu berjalan. Malam sudah semakin larut sekarang dan jalanan area ini bukanlah tempat yang pernah Junmyeon kunjungi.

“Kau yakin kau tidak mabuk?” kembali menoleh kearah sosok yang berjalan disampingnya, Junmyeon tidak mendapati Jongdae disebelahnya lagi.

Pemuda itu sedang memeluk tiang lampu jalanan.

Junmyeon rasanya ingin ikut memeluk tiang dan menghantamkan kepala ke tiang lampu jalanan sekarang. Kenapa tidak ada taksi yang lewat sekarang ini?!

Dia bahkan tidak tahu dimana alamat rumah Jongdae. Mengurusi orang yang mabuk ternyata merepotkan sekali.

“Jongdae, kau ingat jalan pulang ke rumahmu kan?” Junmyeon menghampirinya.

“Rumahku jauh sekali! Kita perlu naik kereta api selama dua jam, lalu naik taksi, ada banyak belokan—”

“A—apa?” Junmyeon sweatdrop, “Tidak—bukan rumah tempat tinggal orang tuamu yang ku maksud. Maksudku adalah tempat tinggalmu sekarang. Hm—apartement? Kontrakan?”

“Ohh… apartementku! Kita sekarang sedang berada di…?” Jongdae mengedarkan pandangan setengah sadar. “Oh! Disini~ jarak apartementku beberapa blok dari sini. Kita hanya perlu lurus, belok kanan, belok kiri, belok kiri lagi, kiri lagi, kemudian—”

Bernapas lega, Junmyeon bersyukur Jongdae masih bisa mengingat arah pulang—

—atau tidak.

“Ini… jalan buntu.” Gumam Junmyeon kemudian, jalan yang ditunjukkan Jongdae malah membawa mereka ke gang yang tidak diketahui Junmyeon sama sekali. Dia berfacepalm. “Mungkin harusnya aku bersabar menunggu taksi lewat dibanding mengantarnya seperti ini. Atau mendamparkannya saja di hotel murah.”

Junmyeon belum pernah terlibat hal merepotkan semacam ini sebelumnya, dengan manusia. Sedari awal dia tidak menjalani hidup begitu dekat dengan manusia hingga sekarang karena selalu menjaga jarak. Pendidikan yang diterima kaum vampire berbeda dengan manusia. Mereka diberitahu tentang kehidupan para manusia, namun ternyata mencoba berbaur merupakan hal cukup sulit untuk diterapkan, meskipun Junmyeon sudah bisa bertahan sejauh ini. Menjalani kehidupannya sebagai Kim Junmyeon, seorang pegawai di café.

Komplek tempat tinggalnya jauh dari keramaian membuat Junmyeon tidak terlalu pandai bersosialisasi dengan sekitarnya. Terlebih dengan fakta bahwa dia berbeda. Jika saja dia memiliki teman vampire yang dekat, tentunya dia bisa berbagi pengalaman. Sayangnya, tidak ada satupun vampire bisa dijadikan aliansi atau teman. Baik Yifan maupun Tao, mereka tidak termasuk dalam pilihan. Vampire elit seperti mereka tidak berbaur dengan manusia demi mencari mangsa, mereka melakukannya bukan untuk bertahan hidup, namun bersenang-senang. Mereka bisa mendapat dengan mudah tanpa meminta. Sedang Junmyeon, berusaha pun belum pasti mendapatkan mangsa.

[Ravel]

Sret!

Brak!

Sebuah balok besar nyaris menghantam kepala Junmyeon jika dia tidak menghindar. Bukan karena kebetulan jatuh, namun sengaja diarahkan seseorang padanya.

“Vampire tidak kuiizinkan berburu di area kekuasaanku ini.” iris kekuningan menyapa penglihatan Junmyeon. Seorang pemuda berdiri di jauh di atas atap sebuah bangunan bertingkat itu berkacak pinggang.

Melirik pada temannya yang mabuk, Junmyeon memastikan Jongdae tidak terlibat. Mata merahnya menyala di kegelapan, tertuju pada pemuda werewolf.

Sempat terbesit, kenapa akhir-akhir ini hidupnya selalu terlibat hal yang merepotkan. Junmyeon berusaha tenang menghadapinya meskipun dengan rasa keterkejutan.

“Kau tahu kalau aku… vampire?”

Sebenarnya Junmyeon cukup percaya diri tentang aroma vampire-nya nyaris tak berbau karena dia setengah manusia. Pada dasarnya dia seperti manusia, hanya saja dengan pelepas dahaga berbeda.

“Tentu saja. Indera penciumanku paling tajam dan hebat diantara kaumku.” Pemuda itu berujar dengan nada bangga. “Tapi baumu cukup samar, vampire. Bagaimana kau bisa menyembunyikannya seperti itu?”

“Aku tidak sedang berburu. Aku sedang mengantarkan orang ini pulang. Dan aku tidak melakukan apapun untuk menyembunyikannya.”

Iris kekuningan itu menyipit, dalam sekejap melompat hingga mereka berada dalam jarak tak begitu jauh. Yang Junmyeon dapati setelah memperhatikan pemuda werewolf itu adalah fakta bahwa sosok itu masih anak sekolah menengah atas. Tampak terlihat muda dengan seragam sekolahnya tanpa dasi, namun nama terpatri di seragamnya.

Park Jimin.

“Kau terlalu muda untuk mengakui area ini adalah milikmu. Lagipula, jam larut seperti ini tidak akan bagus untuk seseorang yang masih memakai seragam sekolah, Jimin-ssi.”

“Ini adalah wilayah kekuasaan para werewolf—eh?!” Tampak terkejut, pemuda itu menunjuk Junmyeon dengan berani, “Dari mana kau tahu namaku?!”

Mata mereka yang saling menyala bertemu pandang.

“Seragam sekolahmu.”

“O—oh…” menguasai diri kemudian, Jimin melipat tangannya, “Aku tidak bisa mempercayai perkataanmu begitu saja. Terakhir kali aku bertemu dengan seorang vampire, vampire itu menghina dan meremehkanku. Hanya wajahnya saja yang manis, tapi ucapannya pedas semua. Para vampire sama saja, terlalu sombong dengan status mereka.”

Mendengar deskripsi vampire yang disebut anak sma itu mengingatkan Junmyeon pada Min Yoongi. Junmyeon mengangguk, membenarkan. “Ya. Mereka memang seperti itu.”

“Mereka? Kau juga vampire.”

Junmyeon sedikit terkejut mendengar kalimat itu, kemudian tersenyum, “Kau benar. Aku hanya sedikit berbeda.”

Cakar pemuda itu terlihat menajam dengan suara gemerutuk dari gigi taringnya.

Junmyeon mengangkat kedua tangannya setinggi telinga, tampak defenseless. “Aku tidak berniat untuk berburu atau apapun, aku hanya ingin mengantar temanku ini pulang. Kau harus berhati-hati dengan kelakuanmu itu. Kaum kita memiliki perjanjian yang tidak bisa dilanggar. Aku tidak ingin bertarung.”

“Temanmu…? Dia manusia, kan?” tatapan Jimin tertuju pada Jongdae yang memeluk tiang sebuah toko yang tutup.

“Ya, dia manusia—dan temanku.”

“Vampire berteman dengan manusia—ha! Aku belum pernah dengar hal itu.”

“Sekarang kau mendengarnya. Aku tidak meminta kau untuk percaya, tapi aku tidak masalah kalau kau ingin mengantarkannya. Dia sungguh merepotkan sekarang.” kembali melirik Jongdae, pemuda itu tampak sedang merayu tiang toko sekarang.

“Jadi dia mengetahui kau adalah vampire?”

“Tidak, dia tidak tahu, dan tidak perlu tahu. Aku menganggapnya sebagai teman, tapi memberitahukan hal semacam ini padanya, hanya akan membuatnya terlibat dalam bahaya.”

“Kau… vampire yang aneh.” Cakar menghilang menjadi jemari tangan normal. Jimin seakan mengerti maksud ucapan Junmyeon.

“Kau terlalu naif. Mengatakan hal seperti vampire dan werewolf dengan mudah. Keberadaan kita masih tabu bagi manusia. Kau pikir kenapa ada organisasi hunter? Mereka dibuat agar tidak ada kehebohan dalam masyarakat yang mayoritas manusia biasa. Kau dan aku bisa saja dihukum.”

“Hah? Hanya ada kita disini, itu tidak masalah. Lagipula temanmu itu sedang mabuk. Kalau tidak, dia pasti sudah kabur ketakutan karena melihat penampilan kau dan diriku. Bukannya malah nyium tiang—dia tuh jones ya?”

Itu benar juga, pikir Junmyeon.

“Lalu kenapa kau tiba-tiba menyerangku?”

“Kupikir kau sedang menghipnotis dan mengigitnya. Itu keahlian vampire, kan? Lagi pula, kau bisa menghilangkan ingatannya tentang hal ini kalau dia ingat.” Jimin mengatakannya seolah-olah hipnotis sangat mudah dilakukan oleh vampire seperti Junmyeon.

“Aku tidak terlalu hebat dalam hal itu. Jadi bagaimana, mau mengantar kan temanku pulang?” Junmyeon tidak bermaksud serius tentang pertanyaannya itu. Bisa saja sebenarnya werewolf muda di hadapannya ini adalah anak nakal yang berniat mencuri dari pemuda mabuk seperti Jongdae. Meskipun wajahnya terlihat seperti anak baik-baik.

“Untuk apa aku melakukan hal rumit semacam itu!”

“Kau sudah membuang waktuku untuk mengantarkan orang ini pulang ke apartemennya. Dia mabuk dan menyebutkan arah pulang yang salah hingga nyasar kesini. Aku sungguh tidak ingin ikut acara minum-minum bersama lagi kalau seperti ini.” Junmyeon tampak putus asa.

Jimin menatap Junmyeon seakan dia memang melihat orang yang aneh. “Kenapa tidak telepon  keluarga atau teman dekatnya saja, mereka pasti tahu tempat tinggalnya kan?”

Eh.

Benar juga. Dia bisa menelpon Minseok.

Junmyeon merasa jadi orang paling bodoh seketika.

Hup!

Sebuah tangan merangkul bahu Junmyeon, “Wah, Junmyeon-hyung… matamu merah...? Jangan-jangan kau… saudara superman? Uwoohh!!”

“Dia mabuknya parah banget.” Jimin berujar.

“Dan kau…” Jongdae menunjuk Jimin, “Tokoh dari X-man?”

“Aku tidak keberatan disamakan dengan tokoh dari X-man yang keren itu.” Jimin mengusap surainya.

Tampaknya Junmyeon tidak perlu mengkhawatirkan tentang Jongdae, karena dia mabuk.

“Jongdae, aku akan menelpon Minseok-hyung untuk menjemput kita di sini.” Junmyeon meraih ponselnya, “Jimin-ssi, kau tahu nama jalan ini?”

“Jalan tentara nomor tujuh.”

“Terima kasih—Ah, Minseok-hyung? Bisa tolong jemput aku dan Jongdae? Jongdae mabuk, dan aku nyasar sekarang karena tidak tahu alamat tempat tinggalnya.”

Junmyeon berakhir dengan menunggu kedatangan Minseok bersama Jongdae yang menyanyi lagu ballad, dan seorang pemuda werewolf yang baru ditemuinya (sekarang pemuda itu berjongkok di atas atap sambil memperhatikannya).

XoXo-XoXo-XoXo

“Kau yakin tidak mau aku antar sampai rumah?” Minseok terlihat cemas, dia segera bergegas menjemput begitu mendengar ucapan Junmyeon dari telepon. Sesampainya disana, dia malah melihat Jongdae sedang mengajak Junmyeon untuk berjoget.

Junmyeon mengangguk, “Kalau dari sini, aku bisa pulang sendiri. Lagi pula, mengurus Jongdae yang begitu pasti nyusahin.” Junmyeon tidak terlalu ingin tahu mobil siapa yang dibawa Minseok sekarang.

Minseok tertawa ringan, “Tidak apa-apa, aku sudah sering menghadapinya seperti ini.”

“Sampai bertemu di hari kerja, Minseok-hyung.” Junmyeon melambaikan tangan. Berlalu ke arah berbeda.

Ck, ini salah satu hari berat yang berhasil dilalui.

Tapi, Junmyeon masih tidak bisa tenang, dia harus memastikan apakah Jongdae benar-benar tidak ingat kejadian malam ini. Meskipun tadi dia sudah mencoba hipnotisnya pada Jongdae, pemuda itu malah meracau, berkata tidak ingin melihat matanya karena takut Junmyeon malah mengeluarkan sinar laser dari matanya.

[Ravel]

“Kamu minum sebanyak apa sih, sampai mabuk separah ini.” Minseok berucap pada sosok di kursi sebelahnya sambil menyetir.

Jongdae mengurut pelipisnya perlahan, “Banyak… rasanya aku ingin muntah…”

“Ahh! Jangan muntah di mobil ini! Sana ambil kantung plastik!” Minseok berseru.

“Besok… mungkin aku berpikir apa yang terjadi tadi hanyalah mimpi…” ucap Jongdae pelan.

“Memangnya apa yang terjadi?”

Jongdae menatap Minseok dengan mata memerah dan sayunya—efek dari mabuk.

“Aku… mencium tiang toko.”

XoXo-XoXo-XoXo

[Friends - tbc]

XoXo-XoXo-XoXo

a/n: Chenho, gimana? :D

Next chapter Chen masih tetap hadir dengan porsi yang banyak. Oke, bagian hunter sampai situ saja, sisanya rahasia~

Sekarang balik ke bagian human secara general ;)

Terima kasih sudah membaca ff ini gaes.

Next chapter: Them.

26/08/2018

-Kirea-

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Dee_wizzard
#1
No 3 plezzzz yifannnnT_T
Dee_wizzard
#2
No 3 plezzzz yifannnnT_T
Nadira12
#3
Chapter 9: Nomor 3 nomor 3 nomor 3 nomor 3 nomor 3 nomor 3 nomor 3 ????
Sweet_cheesecake
#4
Chapter 9: Aku pilih nomor 3 kkkk
rhe3a_1891 #5
Chapter 9: Nomer 3
NoorKyra
#6
Chapter 8: Another vampire.....?????


O.O.....!!!!!
NoorKyra
#7
Chapter 7: Jongdae can't be hypnotized.....????


O.O..........
RossaAulia
#8
Chapter 6: Chapter 6: Ceritanya manis banget, ngenes2 tp fluffy bikin baper gitu. Kadang ngakak
Tp seriusan, ngakak as bagian "Jl. Tentara" lmao

Ditunggu lanjutannya~
NoorKyra
#9
Chapter 6: Chen.....??? Aiye....

*facepalm*
NoorKyra
#10
Chapter 5: So ...... Joonmyeon is been shipped with every members...???

His uncle is the hunter.???.and he meet Yixing, a hunter ..

Hmmmm... This is getting more interesting...