[Hunter]

Ravel

XoXo-XoXo-XoXo

Ravel © Kiriya Hiiragi

XoXo-XoXo-XoXo

5.

“Caffe Latte.”

Junmyeon mengangguk seraya menuliskan di lembar catatan pesanan. Pemuda berdimple dihadapannya ini, untuk kesekian kalinya, selalu memesan minuman yang sama. Menikmati waktunya sendirian sambil membaca buku dengan wajah serius. Namun juga terkadang membawa tas ransel yang tampaknya cukup berat dengan kamera tergantung di lehernya. Mungkin saja pemuda ini fotografer?

“Aku… menyukai Caffe Latte. Seperti yang kau katakan waktu itu, rasa susunya lebih dominan. Kopi bisa jadi terasa enak juga.”

Junmyeon segera menoleh pada sang pelanggan, “Baguslah kalau anda menyukainya.”

Lesung pipit segera menghiasi pipi sang pemuda, dia tampak menopang dagunya dengan senyuman yang manis. Dia menatap Junmyeon.

“Apa anda tertarik untuk mencoba minuman yang lain?”

“Kalau kau yang merekomendasikannya… sepertinya aku akan menyukainya. Aku tidak begitu tahu menu yang enak dan populer.”

“Ada banyak menu minuman yang bisa dicoba, Frappucino Whipped Cream, Latte strawberry, Latte Hazelnut—” Junmyeon menunjuk beberapa minuman yang ada di buku menu.

“Oh—kalau begitu, apa tidak masalah aku ganti pesananku menjadi… Frappucino Whipped Cream?”

“Tentu saja tidak masalah.” Junmyeon membalas dengan senyuman.

Dan untuk beberapa waktu kemudian, setiap kali mampir ke café, pemuda itu selalu memesan Frappucino Whipped Cream.

Junmyeon hanya bisa menggelengkan kepala.

Sampai detik ini, dia masih belum tahu nama pemuda berlesung pipit itu.

XoXo-XoXo-XoXo

Hari ini, menuliskan menu di papan hitam luar café dengan kapur adalah tugas yang di dapat oleh Junmyeon. Sementara Yongguk dengan cepat membuka papan close menjadi open. Shift pagi memang harusnya dijalani dengan semangat. Meskipun baru sekitar lima belas menit lagi para pengunjung yang ingin sarapan berdatangan. Sekarang masih cukup pagi untuk mempersiapkan semuanya.

Bangkit dari kegiatannya menulis menu, matanya mendapati seseorang berdiri, mengarahkan kamera ke arahnya.

Tersadar dengan apa yang dilakukannya, sang pemuda langsung tersadar, “O—oh, maaf. Kau terlihat fotogenik, jadi tanpa sadar aku memotretmu. A—aku tidak bermaksud buruk ataupun stalker! Ini hanya naluri seorang fotografer—meskipun aku masih baru di bidang ini sih…”

Ah, pemuda caffe latte. Junmyeon menyebutnya seperti itu karena masih tidak mengetahui namanya. Tapi ternyata tebakannya tentang pekerjaan pemuda berdimple manis itu benar.

“Sangat jarang mendengar ucapan seperti itu. Temanku selalu mengatakan kalau aku tidak fotogenik.” Ujar Junmyeon kemudian.

“Tapi yang kulihat dari lensa kameraku, kau terlihat sangat tampan, Junmyeon-ssi. Akan aku perlihatkan hasilnya nanti padamu.”

Junmyeon tertegun beberapa saat, jarang mendengar pujian secara langsung seperti itu. “Aku akan menunggu kalau begitu.”

“Uhm, yeah. Akan kupastikan hasilnya sangat bagus, Junmyeon-ssi.” wajah pemuda itu bersemu. Dia menggaruk pipinya dengan telunjuknya sungkan, “Aku… bisa memesan Frappucino kan?”

Junmyeon tertawa kecil karenanya, “Kau harus masuk ke dalam untuk memesan.”

“O—oh iya. Kau benar…. Aku lupa kita masih di luar!”

Mungkin sekarang Junmyeon harus mengganti julukan pemuda manis itu menjadi pemuda frappucino.

XoXo-XoXo-XoXo

Bunyi lolongan anjing. Suasana malam yang memberikan kesan mencekam. Langit yang terlihat mendung tanpa kerlip bintang dan cahaya dewi malam.

“Sempurna banget untuk scene horror.” Gumam Junmyeon begitu keluar dari café. Pulang larut malam karena lembur.

Junmyeon sudah terbiasa dengan situasi seperti ini hingga dia tidak merasa terlalu khawatir. Setidaknya dia tidak akan dijadikan mangsa oleh vampire. Selain itu, auranya sebagai setengah vampire tidak dapat diketahui dengan mudah oleh hunter dan werewolf karena dia sudah terbiasa berbaur dengan manusia. Lagipula, kebanyakan werewolf mengenalnya karena dia berteman dekat dengan Chanyeol. Bagaimana tidak, memangnya ada berapa banyak werewolf yang berteman dengan keturunan vampire? Meskipun tidak begitu jauh berbeda, beberapa kalangan werewolf juga memandangnya sebelah mata.

Langkah kakinya terdengar jelas di jalan yang sepi. Hingga kemudian Junmyeon tercekat. Ada bau darah segar yang menjamah indra penciumannya. Begitu dekat. Membuatnya mengeratkan genggaman tangan untuk tidak bersikap gegabah. Tampaknya berasal dari seseorang yang terluka parah, entah ini aroma darah dari korban kecelakaan lalu lintas yang ditinggal lari atau  korban pembunuhan dan semacamnya. Bukan hal yang jarang terjadi dan selalu dapat menggugah selera. Untungnya Junmyeon masih dapat menahan diri berkat darah dari Yifan beberapa waktu lalu.

Sebaiknya pura-pura tidak tahu saja daripada terlibat hal yang tidak diinginkan.

Setidaknya begitu niat junmyeon pada awalnya. Junmyeon menyadarinya, namun tidak menyangka jika gerakan menyergap itu lebih cepat daripada refleknya. Gerakan yang membuatnya terdiam karena mulutnya ditutup dan terpojok di antara tumpukan kardus bekas.

Nyaris saja irisnya berubah warna jika dia tidak menyadari siapa yang berada di belakangnya. Pemuda pelanggan Frappucino Whipped Cream.

Pemuda berlesung pipit itu tampak mengenaskan, kepalanya berdarah dan lengan bajunya sobek juga dengan luka-luka yang jelas menyakitkan.

“Ssst. Tolong… diam saja.”

Junmyeon mengangguk pelan. Mencoba mengamati situasi macam apa yang dia hadapi sekarang. Mungkin pemuda ini sedang dikejar-kejar mafia karena lukanya terlihat begitu parah, dan begitu jelas kalau ini bukanlah karena kecelakaan. Lebih terlihat seperti luka karena perkelahian.

Suara-suara pembicaraan terdengar dengan tidak jelas diiringi derap langkah kaki yang terasa sedang mengejar sesuatu. Posisi mereka bertahan hingga menit-menit berlalu dengan kesan lambat hingga suara orang yang tampaknya mengejar tidak lagi terdengar.

“Fuuh—”

Pemuda itu terduduk bersandar di dinding tempat mereka berada. Kakinya tidak sanggup menahan tubuhnya lebih lama dan darah tampak terus menetes di tanah.

Junmyeon segera memastikan keadaan mereka benar-benar aman. Terlibat hal semacam ini tentunya bukan hal bagus untuk kehidupan damainya. Setelahnya, secara common sense, Junmyeon segera menoleh pada pemuda di belakangnya, “Rumah sakit—”

Mata kecoklatannya segera terfokus pada sosok itu. Pemuda itupun menatapnya selama beberapa saat. Sebuah cahaya yang samar terlihat ditempat gelap itu. Berasal dari telapak tangan korban yang menekan luka di lengannya. Di leher pemuda itu, sebuah kalung dengan bandul berbentuk panah terlihat olehnya. Sebuah lambang khusus sebuah organisasi. Junmyeon menyadari dengan segera.

Hunter.

Pemuda berlesung pipit itu adalah hunter.

Cahaya kehijauan itu semakin meredup dengan rintihan pelan terdengar. Iris pemuda itu tertutup perlahan, dan Junmyeon meyakini kalau itu bukan pertanda bagus.

“H—hei!”

XoXo-XoXo-XoXo

Yixing membuka matanya perlahan. Menatap langit-langit yang asing baginya. Butuh beberapa waktu untuk mengingat apa yang terjadi padanya. Dia ingat kalau dia dikejar oleh beberapa hunter sama seperti dirinya dan terluka. Lalu dia bersembunyi dan bertemu dengan pelayan café tempatnya sering singgah. Setelah itu bagaimana?

Menoleh ke samping kiri dan kanan, dia menyadari kalau ini bukanlah tempatnya pingsan malam tadi. Mencoba bangun, Yixing mendapati kalau lukanya sudah mulai sembuh berkat kekuatan penyembuhnya—dan mendapati adanya perban yang melilit tubuhnya.

Ah—ya, pelayan café… Junmyeon pasti melihatnya menggunakan kekuatan itu tadi malam. Bagaimana ini, mungkin dia tidak bisa lagi ke café itu dan berada di kota ini. Meskipun dia mulai menyukai berada di kota ini (dan menyukai senyuman Junmyeon).

“Kau sudah bangun.”

Pintu yang terbuka membuat pemikiran Yixing buyar. Irisnya langsung tertuju pada sosok yang bisa disebut—penyelamatnya.

“Uh, ya… terima kasih telah menolongku, Junmyeon-ssi.”

“Err—aku tidak melakukan apapun…?”

“Kau membawaku kemari dan melilit lukaku dengan perban, kan?”

“Itu benar. Aku menggendongmu, kau cukup berat.” Junmyeon memberikan kesan bercanda.

“Kau bisa saja meninggalkanku, maksudku, kau sudah tahu kalau akan bukan orang biasa. Kau bahkan terlihat terkejut tadi malam.” Yixing berusaha mengingat kejadian tadi malam.

“Karena—itu pertama kalinya aku melihat orang yang memiliki kekuatan supranatural. Tapi menolong seseorang tidak memandang hal semacam itu, bukan?” Junmyeon tidak sepenuhnya bohong. Dia memang terbiasa dengan vampire dan werewolf, namun belum pernah bertemu langsung dengan anggota hunter dalam keadaan semacam ini. Ini bisa jadi membahayakan dirinya yang berstatus setengah vampire.

“Namaku Zhang Yixing, pekerjaanku sekarang adalah fotografer newbie, biasanya begitu aku memperkenalkan diri.” Dimple terlihat di pipi Yixing, “Pekerjaanku yang lain adalah hunter, dan—”

Kruyuk…

Hening.

“—kau lapar…” ucap Junmyeon kemudian.

Yixing menyembunyikan sebagian wajahnya dengan telapak tangannya. Terlihat malu karena hal yang terjadi. Disaat bicara serius, yang berbunyi malah perutnya.

Apa boleh buat, menggunakan kekuatan penyembuhnya cukup menguras tenaga. Terutama jika separah tadi malam; lubang luka karena tusukan pisau di perut dan sabetan benda tajam lainnya. Kalau tidak memiliki kekuatan semacam itu, Yixing tentu sudah lama mati karena statusnya sebagai hunter.

“Sebenarnya aku baru saja selesai membuat bubur karena kupikir kau memerlukan makanan seperti itu…” iris Junmyeon menatap kearah Yixing yang terlihat jelas sangat sehat dengan goresan luka-luka yang tidak lagi meninggalkan bekas sedikitpun. Tidak seperti tadi malam, dimana tubuhnya masih dipenuhi luka. Seakan kejadian tadi malam hanyalah sekedar mimpi, Junmyeon akan berpikir begitu seandainya pakaian Yixing yang penuh sobekan dan noda darah tidak tersampir di kursi.

“Tapi kau terlihat terlalu sehat untuk makan bubur sekarang.”

“Hm—sepertinya aku akan menyukai bubur buatanmu.”

“Karena kau kelaparan?”

“Karena aku selalu menyukai apapun darimu, Junmyeon-ssi.”

XoXo-XoXo-XoXo

“Jadi, kenapa ada yang menyerangmu? Apa mereka mafia? Orang jahat?”

Tatapan Yixing meredup, “Tidak, ini hanya masalah internal hunter.”

“Oh, maaf menanyakannya.”

“Tidak apa-apa. Siapa yang tidak penasaran tentang seseorang yang dikejar-kejar seperti itu.”

Junmyeon tidak menanyakan lebih lanjut. Karena menyadari itu adalah hal pribadi.

Pintu rumah diketuk ketika Junmyeon menyantap sepotong roti isi dan Yixing sedang menikmati bubur yang dibuatnya di ruang makan. (Yixing bilang kalau bubur buatannya cukup enak). Ia tidak menyangka kalau dekapan dari sang paman adalah hal yang dia terima setelah membuka pintu.

“Merindukanku, keponakanku?” Siwon berkacak pinggang dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Penampilannya terlihat berantakan dan liar karena kumis tipis menghias wajahnya. Dipunggungnya terdapat tas ransel yang besar, ada beberapa topeng berukuran besar dengan motif aneh tergantung disamping ranselnya.

“Bukankah Siwon-ahjusshi terlihat gagah seperti ini?!” Chanyeol terlihat excited, menyembulkan kepalanya dari belakang Siwon. Di tangan pemuda werewolf itu terdapat pot berisi tanaman yang Junmyeon bahkan tidak tahu apa namanya. Pastinya oleh-oleh yang dibawa oleh Siwon.

“Panggil aku ‘hyung’.” Protes Siwon pada Chanyeol. Sebuah geplakan dihadiahkan Siwon padanya.

“Oww—kalau udah tua, nyadar diri dong!”

“Aku masih muda!”

“Aduh—iya, hyung! Oke! Oke! Nanti potnya jatuh nih! Kalau nggak sengaja jatuh ke kepala kamu gimana, hyung!”

“Itu namanya sengaja! Mana ada jatuh ke kepala!”

“Uh—kalian… datang…” Junmyeon tampak sedikit kikuk karena tidak menduga kedatangan dua orang itu sepagi ini. “Kupikir kau akan pulang minggu depan, hyung.” Pintu kembali ditutup setelah mereka masuk ke dalam rumah.

Dengan segera Siwon mendamparkan segala barang yang dibawanya di meja ruang tamu. “Tanggapan macam apa itu Jun?! Apa kau tidak merindukanku?!”

“Harusnya kau beri kabar, jadi aku bisa menyiapkan makanan lebih banyak atau apalah begitu.”

“Benar juga sih, beberapa waktu yang lalu saat aku berkunjung dadakan kemari, isi kulkas Junmyeon-hyung kosong sama sekali. Masa baru menyediakan makanan saat ada tamu saja. Pantas saja dia pendek begini.”

Plak.

Sebuah sebuah geplakan kembali didapat oleh Chanyeol, hanya saja kali ini dihadiahkan oleh Junmyeon.

“Hmph!”

Chanyeol tersadar dengan ucapannya, “Astaga, aku khilaf. Maaf hyung!”

“Oh—begitu, kupikir kau sedang membawa pulang seseorang dan merasa terganggu karena kepulanganku yang tiba-tiba ini. Hahaha…” Siwon tertawa. “Kau masih keponakanku yang bersikap manis, kan? Tidak melakukan hal-hal aneh dan berbahaya kan?” Siwon menepuk-nepuk bahu Junmyeon.

Junmyeon melirikkan matanya ke arah dapur, “Err—aku memang membawa pulang seseorang sih—”

Gerakan tangan Siwon terhenti. “Apa?!”

“Apaa?!” Chanyeol ikut kaget.

Di ruang makan, Yixing keselek.

Siwon menangkup wajah Junmyeon segera, “Siapa yang kamu bawa pulang? Apa yang kamu lakukan?! Apa ini pertama kalinya? Sudah sering mengajak orang ke rumah seperti ini? Harusnya yang begituan ke hotel saja! Sudah kuduga, aku harusnya tidak perlu pergi terlalu jauh dan terlalu lama—”

Hyung—coba tenang dulu. Jangan berpikiran yang aneh!” Junmyeon dengan segera menyela, “Aku nggak ngapa-ngapain seperti yang ada dipikiranmu itu ya! Dia terluka parah tadi malam, jadi aku menolongnya. Lagipula orang itu kenalanku—meskipun dia tidak mengetahui tentang diriku.” Pada bagian akhir sedikit dipelankan oleh Junmyeon.

Chanyeol sedikit terkejut mendengar ucapan Junmyeon, “Terluka parah? Kenapa kau tidak membawanya ke rumah sakit malah membawanya pulang, hyung? Kau benar-benar menolongnya atau—”

“Aku menolongnya. Hanya menolongnya saja.” Junmyeon menegaskan. “Situasi tadi malam tidak memungkinkan untuk membawanya ke rumah sakit, ataupun ke hotel…”

Mata Siwon tampak berkilat, “Apa lukanya sangat parah?”

Junmyeon tidak tahu bagaimana menanggapinya, apakah harus dia katakan dengan jujur kalau orang yang ditolongnya itu adalah hunter yang memiliki kemampuan penyembuhan hebat.

“Ya… tapi sepertinya sudah cukup membaik?” nada ragu terlontar dari Junmyeon.

“Siwon-sunbae…? Kenapa sunbae ada disini?” dari belakang Junmyeon terdengar suara Yixing. Matanya tampak membulat melihat sosok yang berada di samping Junmyeon. Sosok yang begitu dihormati Yixing.

“Yixing.” Siwon sendiri tampak tidak menduganya, “Ini tempat tinggalku. Junmyeon keponakanku.”

Yixing mengangguk paham.

“Kalian saling mengenal?” kali ini wajah heran terpancar dari Junmyeon. “Oh… karena kalian sama-sama fotografer?” tebaknya kemudian.

“Ya, aku sangat mengagumi Siwon-sunbae. Dia fotografer sekaligus hunter yang paling keren.” Ucap Yixing.

Siwon ber-facepalm.

“Eh? Hunter…?”

“Siwon-hyung, kau seorang hunter?”

Ekspresi Junmyeon dan Chanyeol jelas sama terkejutnya. Sementara itu Yixing tampak bingung dengan situasinya berada sekarang.

“Ehh…? Apa aku telah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya…?”

Junmyeon tidak tahu kalau Siwon adalah hunter.

XoXo-XoXo-XoXo

Cuma angan-angan, sampai di rumah mendapat pelukan hangat dari keponakan dan menikmati empuknya kasur. Siwon malah langsung dihadapkan pada situasi seperti ini. Terlalu lelah untuk mengelak, hingga yang bisa dia katakan hanyalah; ‘nanti aku jelaskan.’

Sunbae, maafkan aku, aku tidak tahu kalau ini adalah hal yang rahasia!”

“Tidak apa-apa, cepat atau lambat memang harus diungkapkan.”

Yixing telah pulang setelah mengucapkan banyak kata maaf. Sementara Chanyeol bersikeras untuk turut mendapatkan penjelasan seperti Junmyeon.

“Aku tidak pernah melihatmu memakai emblem hunter. Setahuku itu item resmi yang wajib dimiliki hunter.”

“Oh, aku memilikinya, hanya saja aku tidak pernah menunjukkannya pada kalian. Lagipula, beberapa hal jelas tidak seperti yang kalian bayangkan.”

Junmyeon tampak diam beberapa saat, “Kenapa Siwon-hyung menjadi hunter?”

Untuk beberapa saat, Siwon menghela napas, minuman yang tersedia dijamahnya.

“Sekarang aku juga penasaran karenanya…” iris Chanyeol turut memperhatikan gerak Siwon. “Hunter adalah organisasi yang cukup ketat dan berbahaya, kan? Ayah bilang kalau kekuatan para hunter itu istimewa dan bermacam jenis. Dan hanya beberapa saja yang identitasnya terbuka untuk kalangan—seperti kita.”

“Aku tidak tahu banyak soal hunter.” Tutur Junmyeon. “Bahkan aku baru tahu kalau hunter memiliki kekuatan unik seperti Yixing. Dia bisa menyembuhkan luka parah dalam hitungan detik. Hunter terlihat begitu hebat—bahkan vampire tidak memiki kekuatan unik semacam itu. Kekuatan vampire rata-rata sama, terkecuali ada yang lebih kuat dalam menggunakannya. Kalau aku beda sih, aku tidak bisa berubah menjadi kelelawar.”

“Jadi… Siwon-hyung memiliki kekuatan supranatural?” Chanyeol mempertanyakan. “Kita sudah kenal sejak lama, tapi aku tidak pernah melihatnya.”

“Awalnya aku tidak memilikinya. Sekarang bisa dikatakan, kalau aku memilikinya.” Siwon menjelaskan, “Ada beberapa tipe hunter, yang memiliki bakat semenjak lahir, diberikan bakat dan berusaha keras.”

“Jadi Siwon-hyung masuk yang mana?”

Siwon menarik napas, “Berusaha keras.”

XoXo-XoXo-XoXo

“Ada banyak hal yang memang belum aku sampaikan padamu, Jun. Apa menurutmu adalah hal yang biasa untuk memiliki kenalan werewolf, bertemu vampire dan kemudian menjadi hunter sepertiku?”

Junmyeon memang sesekali memikirkannya, hanya saja dia tidak pernah menanyakan apapun pada Siwon.

“Aku tidak pernah memberitahukannya padamu, bahwa sebenarnya ibumu adalah hunter. Saat itupun aku belum tahu banyak hal. Ibumu berteman dengan Park Yoochun—ayah Chanyeol karena misi kerja sama antara werewolf dan hunter di waktu lampau. Semua baik-baik saja hingga ibumu bertemu vampire dan saling jatuh hati satu sama lain.”

Junmyeon memiliki banyak pemikiran tentang kedua orang tuanya, namun sungguh tidak menduga kalau ibunya adalah seorang hunter. Dia pikir yang berbeda hanya dia dan ayahnya saja.

“Vampire yang hyung maksud adalah ayahku?”

“Ya, ketua klan vampire terdahulu.”

“Wow…” Chanyeol berdecak. “Ketua klan.”

“Seperti yang Chanyeol katakan, Organisasi Hunter tidak bisa dimasuki sembarangan orang, mereka berada di bawah kekuasaan pemerintah dan kebanyakan anggotanya berstatus rahasia. Dulunya tertutup, namun sekarang menjadi rahasia umum karena kemunculan vampire, werewolf dan makhluk lainnya menjadi rumor yang nyata. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahui faktanya. Meskipun masyarakat awam masih menganggapnya sebagai hoax belaka.”

“Kenapa ada hunter?”

“Tidak hanya hunter, ada beberapa lembaga buatan pemerintah yang diciptakan untuk orang-orang berkemampuan khusus, seperti Yixing. Hunter adalah organisasi yang bertugas untuk mengawasi dan melindungi masyarakat, juga menjalani misi yang berhubungan dengan makhluk seperti kalian. Kalian pikir kenapa, manusia biasa masih bisa hidup damai dan nyaman diantara werewolf, vampire dan lainnya yang jelas lebih kuat? Itu karena adanya perjanjian damai yang telah dibuat sejak lama. Sebagai werewolf, kau mengetahui itu kan, Chanyeol?”

“Oh, ya aku tahu perjanjian damai itu. Makanya tidak ada kematian manusia karena werewolf dan vampire. Lagi pula kami juga hanya ingin hidup dengan damai.” Chanyeol mengangguk paham.

“Vampire diizinkan berburu, tapi tidak untuk membunuh…” ucap Junmyeon kemudian. “Untuk memiliki slave manusia pun memiliki beberapa syarat.”

“Kenapa Siwon-hyung memilih masuk dunia gelap seperti ini?”

“Menjadi hunter, hanyalah keegoisanku saja.” Siwon menatap telapak tangannya yang menjadi kasar berkat hal-hal yang telah dia lakukan untuk menjadi lebih kuat.

“Ibumu dan ayahmu meninggal karena aturan hunter dan vampire yang keras. Jadi balas dendam bukanlah tujuanku. Aku tidak bisa melindungi kakakku waktu itu. Tapi, dengan menjadi hunter—sekarang aku bisa menjagamu walau dari jauh.”

Siwon menjadi hunter demi melindungi Junmyeon.

Memang benar, ia menjalani hidup dengan damai selama ini diantara manusia itupun berkat pamannya yang bersedia mengambil hak asuh atas dirinya. Ia tidak harus tinggal diantara vampire atau werewolf yang memandangnya sebelah mata.

Siwon adalah manusia yang menganggapnya sebagai keluarga.

Junmyeon kembali terpikir, ternyata begitu banyak orang yang peduli dan menyayanginya.

Dia yang seperti ini.

XoXo-XoXo-XoXo

[Hunter - tbc]

XoXo-XoXo-XoXo

a/n: adakah yang ngeship sulay/layho \(^o^)/

yang ngeship siwon/junmyeon mana suaranyaaa? /plak/

oke, cerita ini menjadi semakin rumit, I see.

Terima kasih sudah singgah di ff ini. Tbh, lupa mengapdetnya di sini padahal dah ngetik ampe 7 chp :"

cover by: Kim Candy [love]

Next chapter: Friends.

09/07/2018

-Kirea-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Dee_wizzard
#1
No 3 plezzzz yifannnnT_T
Dee_wizzard
#2
No 3 plezzzz yifannnnT_T
Nadira12
#3
Chapter 9: Nomor 3 nomor 3 nomor 3 nomor 3 nomor 3 nomor 3 nomor 3 ????
Sweet_cheesecake
#4
Chapter 9: Aku pilih nomor 3 kkkk
rhe3a_1891 #5
Chapter 9: Nomer 3
NoorKyra
#6
Chapter 8: Another vampire.....?????


O.O.....!!!!!
NoorKyra
#7
Chapter 7: Jongdae can't be hypnotized.....????


O.O..........
RossaAulia
#8
Chapter 6: Chapter 6: Ceritanya manis banget, ngenes2 tp fluffy bikin baper gitu. Kadang ngakak
Tp seriusan, ngakak as bagian "Jl. Tentara" lmao

Ditunggu lanjutannya~
NoorKyra
#9
Chapter 6: Chen.....??? Aiye....

*facepalm*
NoorKyra
#10
Chapter 5: So ...... Joonmyeon is been shipped with every members...???

His uncle is the hunter.???.and he meet Yixing, a hunter ..

Hmmmm... This is getting more interesting...