[Trip]

Ravel

XoXo-XoXo-XoXo

Ravel © Kiriya Hiiragi

XoXo-XoXo-XoXo

Tidak ada perubahan yang berarti. Pekerjaan yang dijalani Junmyeon masih sibuk seperti biasanya. Hari-hari berlalu seperti itu, meskipun Jongdae telah mengetahui siapa dirinya.

Jongdae tampaknya tidak memberitahukan identitasnya kepada siapapun, karena semua orang masih bersikap sama kepadanya. Tentunya dia akan menjadi sosok penghuni halaman utama surat kabar kalau ketahuan. Meskipun kemungkinannya kecil begitu mengingat ada organisasi yang di tempati Siwon.

kenapa? Itu adalah pertanyaan yang sering terlintas di pikirannya. Kenapa Jongdae masih bisa bersikap biasa saja? Kenapa dia tidak bisa menghipnotis Jongdae?

Dia tahu jelas Jongdae hanya manusia biasa, karena pemuda itupun menyatakan dirinya hanyalah manusia biasa.

“Dua puluh dua tahun aku hidup, aku yakin aku adalah manusia, hyung.”

Itu adalah perkataan yang sangat jelas dari Jongdae. Junmyeon tidak mengerti yang terjadi. Apakah kemampuan hipnotisnya menghilang atau tidak efektif lagi?

Tapi perempuan yang dia hadapi malam itu masih bisa dihipnotisnya. Jadi masalahnya tentu ada pada Jongdae.

Apa karena Jongdae telah mengetahui fakta bahwa dia adalah vampire, hingga dia tidak bisa dihipnotis?

Aakhhh!

Junmyeon tidak tahu harus menanyakan hal ini pada siapa, hingga yang bisa dia lakukan hanyalah mengacak-acak rambutnya sendiri.

“Mencoba model rambut baru?” Jongdae mengerutkan alis.

“Kau lebih menarik dengan poni,” manajer-nim yang masuk ruang staff berkomentar.

“A—ah, tidak, aku hanya… sedikit iseng.” Junmyeon segera merapikan rambutnya kembali.

“Masih berantakan, hyung. Sini aku bantu.” Jongdae merapikan surainya dengan berbagai komentar tentang dia perlu memakai gel rambut dan rekomendasi shampo yang bagus.

Bagaimana bisa pemuda yang beberapa hari bilang takut padanya malah bersikap begitu santai seakan tidak terjadi apa-apa seperti ini. Manusia, terkadang memang aneh.

XoXo-XoXo-XoXo

Brakk!

Posisi yang sama seperti malam itu. Jongdae terjebak di antara Junmyeon yang menahannya dengan tangan di samping kepalanya dan tembok café. Terjadi saat mereka sedang membuang sampah.

Matanya merah menyala. Merapalkan ucapan hipnotis yang ditujukan untuk Jongdae.

“Wuah, untuk beberapa saat aku merasa jantungku berdebar karena kaget. Akan lebih menyenangkan kalau gadis manis yang melakukan hal ini padaku, sih.” Ucap Jongdae, mengabaikan ekspresi serius Junmyeon.

Mata merah itu terlihat tajam, namun sekarang Jongdae tidak lagi takut padanya. Entahlah kenapa, Jongdae hanya merasa, mata yang menyala dari Junmyeon itu terlihat indah dan bukanlah tatapan yang perlu ditakuti. Itu saja.

‘Ah… Dia ingin aku melupakannya…’ Jongdae membatin.

“Ini kesekian kalinya kau mencoba hal ini, hyung.”

“Kenapa hanya kau saja yang tidak bisa…” iris Junmyeon kembali seperti semula, menjadi kecoklatan. Masih menatap Jongdae serius.

“Kau benar-benar ingin aku melupakannya? Bukankah sudah aku katakan, kau tidak perlu khawatir karena aku tidak akan menyebarkannya.”

“Aku hanya tidak ingin kau terlibat masalah karena tahu siapa aku sebenarnya.”

“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, hyung. Kau tidak perlu sekhawatir itu. Aku tidak akan banyak bertanya. Kita adalah teman, jadi percayalah padaku. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi hanya karena aku tahu tentangmu.” Jongdae menepuk bahu Junmyeon.

“Kalian kok lama sekali—” Himchan terdiam, melihat adegan yang sungguh tidak di duga di depan mata. Junmyeon yang sedang menyudutkan Jongdae dengan tangan kanannya di tembok, dan Jongdae yang menatap pemuda itu sambil menunduk dengan tangan memegang bahu Junmyeon.

Sungguh keadaan yang mengundang berbagai prasangka.

“Maaf… mengganggu…” Himchan mundur dengan perlahan.

“Ahhh, jangan salah paham!” Junmyeon berseru, namun Himchan sudah menghilang dibalik pintu.

“Kau… telah membuat seseorang salah paham pada kita.” Jongdae berujar kalem.

Junmyeon pundung di pojokan. Satu masalah belum selesai, kenapa bertambah lagi?!

XoXo-XoXo-XoXo

“Apa ada sesuatu yang terjadi pada kalian, uhm… saat mengantar Jongdae pulang karena mabuk waktu itu misalnya? Selain Jongdae nyium tiang.” Himchan tampak kepo.

“Tidak ada!” sahut Junmyeon segera. “Tolong jangan salah paham.”

“Benarkah?” Himchan tidak percaya karena kejadian malam yang lalu begitu berkesan baginya. Terlihat seperti adegan romantis adalah kesimpulan sepihak darinya. Tapi memang, posisi mereka waktu itu sungguh penuh celah yang dapat mengakibatkan kesalahpahaman pihak saksi mata.

“Iya tuh, jangan mikir yang macam-macam. Hidup kita bukan sinetron yang penuh drama, oke? Kemarin kebetulan doang posisinya kelihatan ambigu begitu.” Jongdae muncul dari belakang Himchan.

“Ehh, benar begitu? Kenapa rasanya ada hal yang terkesan misteri bagiku.”

“Serius, gak ada apa-apa kok! Tidak usah terlalu dipikirkan!” Junmyeon langsung mengiyakan daripada kesalahpahaman dari Himchan berakibat hal yang aneh-aneh dan merepotkan.

Himchan mengangguk-angguk paham. Sempat terbesit dalam pembayangannya adegan rating delapan belas plus layak sensor. Mabuk – otw hotel – xxx – in relationship.

“Kamu terlalu banyak nonton drama nih.” Jongdae menepuk bahu Himchan. Sementara matanya mengedip pada Junmyeon.

“Lagian siapa yang gak salah paham kalau kalian mojok berdua di belakang café yang keadaannya remang-remang kayak gitu. Tapi baiklah, kalau memang itu hanya kesalahpahamanku saja… Maaf sudah mikir yang anu-anu.”

Junmyeon hanya bisa tersenyum lemah.

XoXo-XoXo-XoXo

“Kupikir… Himchan telah mengerti kalau kejadian itu hanyalah kesalahpahaman.”

“Tentu dia mengerti.”

“Jadi… kenapa kita malah pergi berdua untuk membeli bahan tambahan?”

“Ya, dia pengen bareng Yongguk-hyung di café mungkin. Pedekate.”

“Dia naksir Yongguk?”

“Hehehe, mungkin. Ngomong-ngomong hyung, ikut liburan yang direncanakan manajer-nim tidak?”

“Aku masih belum memutuskannya. Aku belum pernah ikut acara seperti ini, bersama… orang biasa.”

“Ikut aja! Kapan lagi bisa senang-senang secara gratis. Ini pasti karena manajer-nim dan owner menghargai kerja keras kita.” Jongdae berucap dengan semangat berapi-api. Matanya berbinar. “Lagi stress kuliah, perlu hiburan nih. Huhu.”

Junmyeon ingin tertawa mendengarnya. “Ingin melarikan diri?”

“Iya. Nggak apa-apa dong. Asal ingat jalan kembalinya.” Jongdae menatap jalanan yang mereka lalui, “Hanya karena kau sedikit berbeda. Bukan berarti kau tidak boleh bahagia, kan?”

Junmyeon tentu tidak tahu banyak tentang para rekan kerjanya karena jarak yang dia ciptakan. Bagaimana baiknya bersikap menghadapi mereka, Junmyeon masih belum tahu. Namun Jongdae secara perlahan membuatnya dekat pada mereka.

Jongdae ingin Junmyeon tahu, bahwa manusia bukan hanya sekedar mangsa bagi mereka. Mereka—setidaknya, bisa menjadi teman.

[Ravel]

“Liburan?! Aku ingin ikut!” Chanyeol berseru.

“Tapi kau bukan pegawai di tempatku bekerja, Chanyeol.”

“Aku ikut.” Chanyeol bersikeras.

Junmyeon mengelus dahinya, “Hanya pengunjung beruntung yang bisa mendapatkan voucher gratis ikut trip ini. Waktu pengundiannya sebentar lagi. Kau tidak bisa ikut begitu saja.”

“Aku akan bayar sendiri. Tapi aku ingin ikut bersama kalian.”

Bersamamu.

“Aku memerlukan persetujuan manajer-nim tentang hal ini…”

Dan kemudian—

“Ok.” Manajer-nim tidak mempermasalahkannya. “Tapi bayar sendiri.”

Boleh mengajak kerabat, teman atau keluarga. Namun biaya tidak ditanggung café, kecuali untuk staff dan orang yang terpilih.

XoXo-XoXo-XoXo

Promosi ini diadakan sejak tiga bulan yang lalu. Dua pengunjung beruntung akan mendapatkan masing-masing dua tiket gratis berlibur. Jadi mereka bisa mengajak pasangan mereka juga—baik itu keluarga atau teman, dan ikut pergi bersama rombongan para staff café. Yang perlu dipersiapkan hanya uang jajan untuk diri sendiri, karena biaya perjalanan, penginapan dan makan di tanggung café. Caranya cukup mudah, mereka akan mendapatkan kertas tabel yang akan mendapat cap stempel setiap kali melakukan pembelian dengan nominal tertentu. Jika stempel penuh, maka kertas tabel yang berisi nama pengunjung tersebut akan di masukkan ke kotak pengundian. Semakin sering membeli, semakin banyak mendapat kertas tabel dan stempel. Semakin besar kemungkinan menang.

Pengunjung beruntung pertama; Oh Sehun.

“Hehe.”

“Senang banget wajah kamu.” Kai yang menopang dagu minum lemon tea miliknya dari sedotan dengan iris tertuju pada Sehun.

“Tiket gratis liburan bersama staff cafe!” Sehun memegang tiketnya seakan itu adalah benda yang sangat berharga. Dia salah satu orang paling banyak memasukkan kertas undian miliknya karena intensitas jajan yang sering di café ini.

“Meskipun bisa beli tiket liburan sendiri pakai uang hasil kerjaanmu?”

“Hm—tidak mungkin bisa beralasan dan bilang, wah, kalian juga liburan kemari? Kebetulan sekali, aku juga sudah lama ingin liburan ke tempat ini.”

“Masih ingin mendekati Kim Junmyeon-ssi?”

Sehun memegang tiket dengan kedua tangannya, “Tidak apa-apa, kan…”

“Gak apa-apa sih. Aku bisa komentar apa selain terima kasih karena sudah diajak ikut bersamamu secara gratis.”

Pengunjung beruntung kedua; Zhang Yixing.

“Ehhh… kau pasti menggunakan kekuatanmu kan, Lu?” Yixing setengah berbisik.

“Kenapa kau berpikiran begitu?” Luhan menanggapinya kalem.

“Soalnya aku yakin, banyak orang lain yang lebih banyak memasukkan kertas miliknya dibanding diriku.”

“Hmm… aku bisa saja berkata ini hanyalah kebetulan, atau aku memang menggunakan kekuatanku. Kau terlihat sangat ingin mendapatkan voucher liburan ini.” Luhan menatap dua tiket yang tergeletak di meja mereka.

“Aku memang ingin ke sana sih… banyak yang bilang tempatnya indah, dan akan ada festival disana. Kurasa itu akan jadi pemandangan yang bagus untuk lensa kameraku.”

“Heeh~ bukan karena Kim Junmyeon?”

Wajah Yixing bersemu, “Bukan kok.”

“Hmm…” Luhan menatapnya dalam.

“Jangan membaca pikiranku, Lu!”

“Apa gunanya aku memiliki kekuatan istimewa, kalau tidak untuk dimanfaatkan?”

“Kau harus memanfaatkannya demi kebaikan!”

“Aku berbuat baik. Mungkin…” Luhan menatap meja yang dihuni Sehun. Pemuda itu terlihat bahagia dengan tiket yang dipegangnya.

“Oh ya, Yixing, karena kau mendapat dua tiket, satunya untukku, kan?”

XoXo-XoXo-XoXo

List orang yang akan pergi liburan; dari pihak staff café Moonlight adalah manajer-nim, Kim Minseok, Kim Jongdae, Do Kyungsoo, Byun Baekhyun, Kim Himchan, Bang Yongguk dan Kim Junmyeon.

Pengunjung beruntung; Oh Sehun dan Kim Jongin (sahabatnya), Zhang Yixing dan Xi Luhan (sahabatnya).

Outsider yang bayar sendiri namun ikut rombongan mereka; Park Chanyeol.

Junmyeon nyaris membatalkan rencananya untuk ikut liburan begitu mengetahui nama-nama pemenang undian. Tentu saja, hal itu dicegah oleh yang lain.

Jongdae berseru penuh penekanan, “Sayang banget dong hyung. Ini gratis loh, gratis!”

Chanyeol berkata, “Loh, kenapa? Aku sudah bayar demi bisa ikut liburan denganmu. Uangnya tak bisa di refund, masa kamu meninggalkanku di sana?”

Setelah perjalanan yang panjang, mendapati pemandangan yang indah ini membuat semua orang terkesima. Jauh di depan mata terlihat pegunungan yang menjulang dengan warna kehijauan. Cuaca terasa sejuk dan pemandangan hijau menyegarkan mata. Aroma hutan, dan gemerisik air terdengar dari kejauhan. Angin lembut khas pegunungan menyapa langkah mereka yang lelah begitu menapakkan kaki menuju penginapan yang jalannya menanjak.

“Selamat datang di penginapan ini, aku sudah menunggu kalian, para tamuku dari jauh.” Seorang pemuda tampan menyapa mereka di depan pintu penginapan.

“Ehh…” Jongdae mengenali pemuda yang menyapa mereka, begitu pula dengan Junmyeon.

“Namaku Shim Changmin, pemilik penginapan ini. Aku harap kalian bisa menikmati liburan kalian. Ada beberapa tempat bersantai dan permainan di sini. Kalian bisa bertanya pada staff jika membutuhkan sesuatu.”

“Kupikir aku tahu, apa alasan kita menginap di tempat ini.” Jongdae setengah berbisik pada Junmyeon. “Karena Changmin-ssi berteman dengan owner, biaya sewa tempat ini pasti lebih murah.”

“Itu… sepertinya logis.” Junmyeon berujar.

“Ini namanya berbisnis.” Manajer-nim menimpali obrolan mereka berdua.

Beberapa diantara mereka tampak duduk beristirahat sambil menunggu pembagian kamar untuk menginap.

“Aku sekamar denganmu.” Chanyeol merangkul bahu Junmyeon terlebih dahulu. Membuat pemuda itu merapat padanya.

“Aku tidak masalah sih.” Ujar Junmyeon kemudian. Bersama dengan Chanyeol memang lebih aman dibanding bersama manusia biasa, atau… hunter.

“Kau yakin tidak ingin bersama yang lain? Misalnya aku, hyung?” Jongdae menawarkan diri.

Junmyeon tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, “Lebih baik begini.”

“Oke.” Jongdae mengerti. “Kalau begitu, aku dengan Minseok-hyung ya.”

“Aku dengan Yongguk!” seru Himchan.

Beberapa suara terdengar ramai karena berucap bersamaan.

“Aku sendirian…” manajer-nim mengedarkan pandangan pada semua rombongan yang berjumlah ganjil dengan dirinya. “Oke. Tidak masalah.” Manajer-nim menghela napas. “Baiklah, mari kita lakukan pembagian kamar dan kuncinya.”

XoXo-XoXo-XoXo

Kamar nomor dua lantai dua.

Jendela yang dibuka membuat Chanyeol mendapat hembusan angin dari arah hutan pinus. Sementara Junmyeon sibuk menarik koper dan ransel miliknya. Kamar mereka cukup luas, ada dua kasur yang tersedia dengan dua lemari dan pintu menuju kamar mandi. Ada sebuah televisi besar dengan beberapa kursi sofa hijau dan meja dengan warna senada. Ruangan terbuat dari kayu jati memberikan kesan hunian yang alami.

“Jadi hyung, kamu mau kasur yang dekat jendela, kasur yang dekat pintu keluar, atau… satu kasur denganku?” Chanyeol mengerling.

“Tidak, terima kasih. Aku dekat dengan jendela saja.”

“Yakin gak mau tidur bareng? Aku hangat loh.”

Ada suatu sore ketika Himchan mendapati seorang pemuda yang hanya memakai celana tanpa atasan, dan Junmyeon yang baru selesai mandi dengan handuk di kepalanya ketika berkunjung ke kamar nomor dua itu. Pemuda itu bersikap begitu santai.

“Maaf mengganggu…”

“Masuklah, Junmyeon-hyung baru selesai mandi. Kau bisa menunggu di dalam.”

Chanyeol menoleh pada Junmyeon. “Hyung, kau tidak mengeringkan rambutmu dengan benar. Sini aku bantu.”

Ada pula suatu malam, dimana Himchan melihat Junmyeon dan Jongdae sedang mengobrol di ruang tengah lantai bawah, menikmati makan malam berdua dengan suasana yang hangat.

“Bagaimana dengan kimchi, apa kau juga dapat memakannya?”

“Aku cukup menyukainya.”

“Heeh~ kalau begitu coba cicipi ini.” sepotong kimchi disodorkan Jongdae dengan sumpit kepada Junmyeon, sehingga menyuapnya adalah hal yang dilakukan Junmyeon.

“Enak.” Junmyeon mengacungkan jempolnya. “Berikan aku lagi.”

“Haha.”

Himchan bingung. Junmyeon itu punya hubungan dengan siapa sih sebenarnya.

XoXo-XoXo-XoXo

Air sungai yang jernih mengalir dengan tenang. Bebatuan alami besar memberikan kesan indah untuk dipandang. Sehun mencelupkan kaki pada dinginnya air dan berjalan pelan di antara batu-batu kecil yang terasa menarik untuk dilihat, ia memandang bayangannya sendiri di air hingga Sehun tidak sengaja mendapati seseorang berdiri di aliran sungai tidak jauh dari tempatnya berada.

“Halo Junmyeon-hyung.” Dengan berani Sehun menghampiri.

“Halo… Sehun. Aku tidak menduga bertemu denganmu di sini. Kupikir kau akan berjalan-jalan dan dikerumuni oleh gadis-gadis cantik.”

“Aku… sudah makan siang dengan beberapa dari mereka tadi. Eh, ya tentu saja dengan Jongin juga. aku ingin mencari suasana yang tenang. Kuharap aku tidak mengganggumu, hyung.”

“Kau tidak mengganggu.”

Sehun terlihat bersikap biasa, dan itu pula yang Junmyeon lakukan.

Sehun menyingsing celananya, menelusupkan kedua kakinya ke bagian sungai yang lebih dalam, berjalan-jalan, lalu berdiri pada batu besar. “Aku ingin mencoba hal ini sedari tadi.”

“Hati-hati, kau bisa terjatuh.”

Pemuda itu tersenyum lalu kembali menghampiri Junmyeon.

“Di sini ada banyak ikan kecil—ah di sana ada yang besar. Kupikir kau tadi kau sedang melamun. Apa kau sebenarnya memperhatikan ikan besar dan berpikir untuk menangkap dan membakarnya? Mereka memang terlihat enak sih, untuk dibakar.”

Junmyeon terkekeh, “Sejujurnya aku tidak berpikir begitu. Namun membakar ikan di tempat adalah ide yang bagus.”

Sehun menggaruk pipinya sendiri dengan telunjuk, “Iya… pemandangannya bagus, air jernih, bahkan batu-batunya yang kecil juga bagus!”

“Batu?”

“Ya, coba saja lihat.”

Junmyeon menatap kumpulan batu kecil di bawah kakinya. Memang, tadi dia hanya memandang bayangannya saja di air. Dia tidak memikirkan ikan, batu maupun pemandangan bagus di sekitarnya. Ia memikirkan dirinya yang berbeda. Dia menunduk, pandangannya tertuju pada batu-batu untuk menemukan yang menarik untuk dipungut.

Sehun turut melakukan hal yang sama.

Itu kejadian tadi siang.

Jongin menggeleng pelan, mendapati temannya duduk sambil memandang sebuah batu di meja. “Oke, kemarin kamu nyengir memandang tiket, aku memakluminya. Sekarang kau senyum-senyum sendiri sambil memandangi sebuah batu?”

Sehun menatapnya tenang, “Ini kudapat dari Junmyeon-hyung ketika kami main air!”

“Kau senang meskipun hanya mendapat batu?”

“Kau akan senang ketika mendapat sesuatu dari orang yang kau sukai, tidak peduli apapun bentuknya. Meskipun orang-orang menganggapnya tidak berarti, sebagian menganggapnya sebagai hal berharga.”

Jongin menatap batu yang di pegang Sehun.

Batu kecil bercorak unik dengan sepuhan warna alami yang cantik.

Jongin pernah mendapat gelang bermanik kayu dari seseorang. Benda yang sederhana, murah dan dapat ditemukan di jual di toko-toko. Ini tentang siapa yang memberikannya dan perasaannya ketika mendapatkan benda itu. Rasa senang yang membuncah. Sesuatu yang berharga bagi seseorang memang relatif.

Jongin mengerti hal itu.

“Itu—batu yang cantik.”

XoXo-XoXo-XoXo

Beberapa dari mereka memutuskan untuk sedikit mendaki menuju bukit. Changmin mengatakan kalau pemandangan di atas sangat indah. Pepohonan tinggi yang menjulang ketika dilalui, awan-awan yang terlihat begitu dekat hingga memberikan kesan dapat dijangkau, bunga-bunga liar bermekaran pada sisi jalanan setapak yang mereka lalui.

Beberapa potret cantik dari helaian kelopak bunga berada di jangkauan kamera Yixing. Awan yang tampak berbentuk seperti kelinci telah turut tersimpan, begitu pula dengan orang-orang yang ikut mendaki.

Rerumputan masih terkena embun pagi, tanahnya ditumbuhi Lili liar, Dandelion, Edelweiss, dan Kosmos. Bahkan ada tanaman liar yang dapat dijadikan obat herbal.

Klik.

Yixing mendekat dan memotretnya. Hamparan Edelweiss.

“Edelweiss, mereka menyebutnya bunga abadi.”

“Heeh, kau tahu?” Junmyeon menoleh padanya. Masih dengan posisi berjongkok menatap bebungaan itu.

“Err—yeah. Aku membaca. Kau tahu, semenjak kesalahanku waktu itu. Tentang bunga.”

“Ohh…”

“Itu cukup memalukan bagiku.”

“Begitu.”

“Dan aku jadi menyukai mereka. Maksudku, mereka masing-masing memiliki makna yang bisa disampaikan. Mereka kecil namun juga kuat menghadapi terpaan angin gunung. Mereka tetap tampil dengan kelopak terindah mereka yang berayun. Bahkan tanaman di sana bisa dipakai mengobati luka! Ya, meskipun lebih mudah menggunakan energi healing milikku sih.”

Tangkai bunga berayun-ayun dengan wangi yang menyebar. “Ah, ya, meskipun kecil, mereka mampu bertahan ya. Itu hebat sekali.”

Right? “ Yixing menerawang, “Suatu hari nanti, aku ingin memiliki tanah yang luas. Sangat luas. Aku akan memenuhinya dengan aneka bunga dan tanaman. Mereka akan tumbuh dengan indah.”

Yixing membayangkan; dengan pakaian berkebun dan topi dari anyaman, dia mencabuti rumput, menanam bibit bunga dan memupuknya. Ketika berbunga, dia akan mengajak tambatan hatinya mengitari tamannya dengan bergandengan tangan. Bunga terindah akan dia selipkan pada sisi telinga sosok itu.

Eh? Tambatan hatiku?

Memangnya aku punya seseorang yang seperti itu?

Yixing menoleh pada Junmyeon yang memetik tangkai Dandelion. Bunganya ditiup hingga beterbangan searah hembusan angin. Sebuah potret yang kembali tersimpan di kamera Yixing.

“Mereka akan tumbuh dan bertahan hidup di tempat baru.” Junmyeon menoleh pada Yixing.

“Benar. Mereka akan tumbuh dengan cantik dan kuat.”

XoXo-XoXo-XoXo

Ini perjalanan yang cukup menyenangkan, hingga—

Di jalan, mengambil arah pulang yang berbeda, bau anyir darah menyapa indera penciuman Junmyeon. Ada beberapa bercak darah kering di tanah. Beberapa hewan mati dengan bekas luka yang aneh.

Junmyeon dan Chanyeol berpandangan, begitu pula Yixing dan Luhan. Sesuatu telah terjadi di tempat ini. Pastinya, bukan sesuatu yang bagus.

XoXo-XoXo-XoXo

 [Trip - tbc]

XoXo-XoXo-XoXo

Next chapter: Monster.

03/11/2018 (wp)

03/12/2018 

-Kirea-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Dee_wizzard
#1
No 3 plezzzz yifannnnT_T
Dee_wizzard
#2
No 3 plezzzz yifannnnT_T
Nadira12
#3
Chapter 9: Nomor 3 nomor 3 nomor 3 nomor 3 nomor 3 nomor 3 nomor 3 ????
Sweet_cheesecake
#4
Chapter 9: Aku pilih nomor 3 kkkk
rhe3a_1891 #5
Chapter 9: Nomer 3
NoorKyra
#6
Chapter 8: Another vampire.....?????


O.O.....!!!!!
NoorKyra
#7
Chapter 7: Jongdae can't be hypnotized.....????


O.O..........
RossaAulia
#8
Chapter 6: Chapter 6: Ceritanya manis banget, ngenes2 tp fluffy bikin baper gitu. Kadang ngakak
Tp seriusan, ngakak as bagian "Jl. Tentara" lmao

Ditunggu lanjutannya~
NoorKyra
#9
Chapter 6: Chen.....??? Aiye....

*facepalm*
NoorKyra
#10
Chapter 5: So ...... Joonmyeon is been shipped with every members...???

His uncle is the hunter.???.and he meet Yixing, a hunter ..

Hmmmm... This is getting more interesting...