7

The Three Kingdoms (BAHASA) (INDONESIAN)
Please Subscribe to read the full chapter

Apa aku bilang akan update dalam 2 hari? Well aq berhasil selesaiin malam ini juga hehe.. Gini nih kalau lagi semangat nulisnya. Tapi maaf ya karena watt tinggal tipis editnya gak bisa maksimal jadi maafkan kalau mungkin nemu typo sana sini.. Dan ini aq update nya pakai HP jadi agak susah.. 

Makasih buat teman-teman yang sudah baca. Makasih support dan komennya juga. Semoga menikmati cerita ini dan jujur ini ceritanya panjang banget lho... 

Warning : angsty everywhere.. Author aja nulis sambil nangis.. Gak tau deh para reader. Moga kuat bathinnya biar gak mewek bareng author.. 

 

 

 

 

Jin ingat bagaimana ia terbangun pagi itu dan hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamarnya, dan harum aroma lavender yang terasa tak asing lagi baginya, tentu saja itu adalah aroma sang pangeran yang menyeruak dari jubahnya yang entah sejak kapan menutupi tubuhnya begitu halus dan hangat, membalut tubuh kecilnya.

Semburat merah menghias pipi Jin setiap kali ia mengingat tentang hari itu, dan kehangatan menjalar di jemarinya tatkala ia sentuh pipinya yang memerah, dan ketika ia melihat bayangan wajahnya di air danau yang jernih segera ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya menyadari betapa malunya dirinya pada dirinya sendiri.

Usianya baru belasan tahun dan ia tak memahami bagaimana dan apa yang terjadi pada dirinya. Mengapa pipinya bersemu merah, bagaimana ratusan kupu-kupu menggelitik perutnya, dan mengapa dadanya berdebar, hanya dengan mengingat senyum dan tawa lepas sang Pangeran malam itu.

Dan mengingat itu semua kini membuatnya menunduk kembali menekuri air danau yang bergelombang oleh gerak sampannya. Sudah seminggu lebih Jin tak berbicara dengan Pangeran Min, jangankan bertemu untuk mengembalikan Jubah sang Pangeran, melihat sosoknya di istana kini terasa sulit, entah itu di perpustakaan istana, entah itu di labirin kebun rahasia, Jin tak pernah lagi melihat sosok Pangeran muda itu. Hanya beberapa kali saja, Jin melihatnya keluar masuk istana dengan langkah cepat ditemani Namjoon. Entah apa yang mereka kerjakan, namun Jin dapat melihat jelas gurat amarah di wajah Pangeran Min hari itu.

Dengan gesit, Jin menepikan sampannya dan megangkat keranjang berisikan tumpukan daun dan ranting basah dan dengan langkah berat menarik keranjang itu ke tanah. Nafasnya sedikit tersengal ketika ia sampai di tempat pembuangan. Usai membuang sampah yang ia kumpulkan sedari fajar, ia pun bergegas melangkah menuju dapur umum tempat para pekerja mengisi perut lapar mereka, dan sejujurnya perut jin sudah sangat lapar hingga ia mampu untuk melahap dua mangkuk bibimbap sekaligus.

“Aku akan mengambilkan lagi untukmu jika kau masih lapar Jin”

Jin mendongak ke arah suara tanpa sedikitpun berniat untuk menurunkan mangkuk makanannya dari bibirnya dan dengan bunyi “Sluurp” ia memasukkan cambah terakhir di mangkuknya ke dalam mulutnya yang bahkan masih penuh, membuat sang dayang tersenyum lebar sembari menahan tawanya, deretan giginya berjajar rapi dan bersinar seperti mentari pagi membuat beberapa pekerja berdecak kagum pada raut manis wajah dayang tersebut.

“Ti.. tidak kurasa ini sudah cukup, Hosuk-sshi”

Jawab Jin setelah berhasil menelan bulat-bulat nasi di mulutnya dan kini benar saja perutnya telah terasa penuh dan dia siap kembali bekerja. 
Dengan cepat Jin menenggak air dari cawannya dan beranjak dari tempat duduknya, namun belum sempat ia melangkahkan kaki, tangan Hosuk sang dayang menahan pundaknya sembari menyodorkan sebuah kotak yang telah terbungkus kain dengan rapi pada Jin. Jin mengernyitkan dahinya dan menatap Hosuk bingung, namun Hosuk justru tersenyum dan mendorong kotak itu kepada Jin yang terlihat kebingungan menerima kotak itu.

“Bukalah setelah kau menyelesaikan tugasmu, kau akan membutuhkannya nanti”

Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Hosuk sebelum akhirnya dayang itu berbalik kembali ke dapur bersama dengan para dayang lainnya yang tengah membersihkan sayuran sembari bercakap-cakap dan sesekali melempar senyum ke arah Jin, yang segera tertunduk malu dan berjalan menuju kembali ke tempat ia seharusnya bekerja.
                                    ##
Tanpa di sadari oleh Jin, Hosuk masih menatap punggungnya hingga ia menghilang di sudut jalan dan tak lagi terlihat. Hosuk tersenyum, pikirannya kembali pada hari dimana ia untuk pertama kalinya mengikuti kepala dayang bertemu dengan Pangeran Putra Mahkota, hari itu adalah hari dimana ia mempresentasikan masakannya pada anggota keluarga kerajaan untuk dapat di terima di Istana, dan Hosuk bersyukur ia memiliki kesempatan bekerja di Istana timur. 

“Siapa namamu?”Tanya Pangeran Min sembari meletakkan kembali sendok emas di tatakannya

“Ho..Hosuk, Jung Hosuk yang mulia”Jawab Hosuk gugup

“Hosuk-ah apa kau mau memberitahuku rahasianya? Bagaimana kau membuat nasi ini menjadi begitu manis namun juga gurih di waktu yang bersamaan?, aku sangat menyukainya, apa kau yang mengajarinya Dayang Seo?”

“Tidak yang mulia”Jawab Dayang Seo lembut, dan meski ia menahan dirinya terlihat jelas senyum bangga di wajahnya.

“Lalu… bagaimana kau menjelaskannya Hosuk-ah?”kembali Pangeran Min bertanya dan kali ini ia menatap pada Hosuk yang masih tertunduk, tangan kirinya menggenggam erat kain roknya, terlihat sekali kegugupan di raut wajahnya.

“Se..sebenarnya itu bukan ide hamba Yang Mulia”

Kali ini Pangeran Min mengernyitkan dahinya, namun ia hanya terdiam dan tak mengatakan apapun selain menanti jawaban Hosuk selanjutnya. 

Dengan terbata Hosuk mencertakan dirinya yang malam itu hendak berlatih, melihat seorang anak laki-laki yang mengendap-endap di dapur istana, awalnya Hosuk ingin menangkap dan memukulnya karena mengira bocah itu pencuri, namun saat ia melihat luka-luka di kakinya, Hosuk menjadi iba, dan ia pun terus memperhatikan bocah itu yang rupanya tengah merebus nasi di dalam sebuah batang bambu, awalnya Hosuk tak mengerti, namun begitu mencobanya sendiri ia sadar bahwa nasi yang dimasak di dalam bambu, rasanya menjadi manis. Hosuk mencampurkan beberapa bumbu dan rempah hingga membuatnya lebih kaya rasa, namun tetap saja ide sesungguhnya adalah milik bocah itu.

Pangeran Min terdiam sesaat, dan tersenyum membayangkan Jin yang mengendap-endap di dapur di tengah malam untuk memasak nasi karena tak lagi dapat menahan rasa laparnya. Tentu saja, siapa lagi bocah di dalam istana ini selain Jin, terlebih Hosuk juga menjelaskan tentang luka di kaki Jin.

“Baiklah, ini sedikit rumit…” Pangeran Min berhenti sesaat sembari berpura-pura berpikir. Sudut matanya mengamati wajah Hosuk yang kini mulai basah oleh keringat dingin, dan itu sedikit membuat Pangeran merasa Iba. Ia tak bermaksud untuk menakut-nakuti gadis malang itu.

“Tapi aku akan menerimamu sebagai dayang istana timur”

Seketika setelah mendengar perkataan Pangeran Min, wajah hosuk nampak sumringah dan tanpa sadar ia mendongak dan mendapati senyum di wajah sang pangeran. Buru-buru Hosuk menundukan kembali wajahnya dan kali ini sembari merutuki kebodohannya sendiri, namun ia juga tak bisa menutupi rasa senangnya yang entah karena ia diterima oleh Pangeran atau oleh senyum Pangeran itu sendiri.

“Namun dengan satu syarat” 

Sesaat jantung Hosuk seolah berhenti berdetak mendengar kalimat yang keluar dari mulut Pangeran Min, dan kembali ia dirundung rasa khawatir, namun sepertinya itu tak bertahan lama karena begitu Pangeran menjelaskan syarat itu pada Hosuk, segurat senyum menghias wajahnya dan dengan bersemangat ia menganggukkan kepalanya menyetujui permintaan sang Pangeran.

Dan di sini lah Hosuk sekarang, berjongkok di atas rumput taman istana timur yang sepertinya baru saja dipotong rapi oleh bocah yang kini terlelap tepat di hadapannya. Masih tercium aroma harum rumput basah yang baru dipotong, dan kembali mata bulat Hosuk menekuri wajah lelah tepat di hadapannya. Matanya terpejam rapat dan dapat dilihatnya helai lentik bulu mata yang sesekali mengerjap ketika Hosuk menyingkirkan wajahnya hingga membuat matahari kembali menyinari wajah bocah itu.

Hosuk melakukannya berkali-kali hingga membuat Jin, bocah itu tak lagi merasa nyaman dengan istirahat siangnya. Kembali matanya mengerjap namun kali ini ia berusaha membuka kelopak matanya dan samar-samar ia dapati sosok gadis tepat di atas kepalanya menatap lekat-lekat. Sedikit terkejut, ia segera terbangun dan mengerjapkan kembali matanya sembari menatap balik wajah gadis itu dan kembali mengusap-usap matanya.

“AaaaaH”

Jin berteriak kaget begitu menyadari gadis di hadapannya itu nyata dan ia tidak sedang bermimpi, sementara pelaku yang membuat ia berteriak seperti gadis itu justru kini tertawa terbahak-bahak seperti orang hilang akal.

“Hahahaha… kau lucu sekali!, kau seharusnya melihat dirimu sendiri tadi! Kau lucu sekali!” Ujar Hosuk sembari memegangi perutnya yang kini mulai saki

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
JinPlumplips
Fic BTS pertamaku.. Please give me some support..

Comments

You must be logged in to comment
Noonaawan #1
Chapter 13: Uu yess minjoon... Seneng bgt sama kapal ini, unyu2 gemesin pengen nyaplok??
4ur0r4 #2
Chapter 13: Fic ini...bener2 yach gereget nya. Dr awal dulu sampe skrng feelnya dapet banget. Semua partnya mudah tergambar dgn jelas dlm imajinasi (atleast buat ku sih gitu). Tutur bahasanya jg rapi & teratur. Klopun gw hrs sabar agak lama demi nungguin update yg berkualitas kya gini, ga apa2 deh gw rela asal yg penting lambat2 asal sampe tamat aka ga terbengkalai ditengah jalan. Btw, wah tebakanku benar Yoongi mo dijodohin sama Park Jimin. Tp yg ga terduga Park Jimin disini gendernya cewek. Jd teringat member girl band atau artis cewek yg namanya Jimin jg deh. Ini Jimin yg BTS atau yg artis cewek itu yach. LOL. Oke deh. Ditunggu updatenya terutama part Jungkook dgn Jin & reaksi Taehyung nanti klo tahu Yoongi dijodohin dgn Jimin. Ugghh..JD ga sabaran deh nunggu updatenya
ameysitompul
#3
Chapter 12: aku bener" menikmati baca fic ini. belum pernah sejarahnya baca fic ttg kerajaan yg bener" buat aku nangis. :( . aku seneng sm pair yoonjin disini, feel nya dpt bgt. cuman sedikit di awal sempat bingung dgn perbedaan umur jin ( ketika bocah ) dengan pangeran yoongi dan karakter yg lain. but after all this fic is so good . :) i love it. :)
4ur0r4 #4
Chapter 12: Siapa itu diatas genteng/atap; Taehyung kah? Ga mungkin Namjoon atau Jungkook khan?! Yg dia maksud pangeran ceroboh yg selalu ingin tahu itu ttg si Jin waktu masih kecil dulu diistana mereka khan?! Ih jd penasaran.. Duh bagaimana ini? Ada tanda2 kya Yoongi mau dijodohkan (dgn keluarga Park??). Bener ga ya?? Klo iya gimana dong? Siap2 patah hati deh.. Udah yoonjin melangkah sejauh itu (berhubungan intim) lagi.. Please author mudah2an bisa segera update. But anyway, selamat ya buat job barunya.. Tp please klo bisa jgn sampai cerita ini terbengkalai & bisa diselesaikan selesai/tamat. Thank you
Noonaawan #5
Chapter 12: Uwu... Uwu ... Uwu... Never ending uwu...
SOCJ11 #6
Chapter 11: Your story is cute and interesting author nim. You can do it. Pursue your dreams :
Noonaawan #7
Chapter 11: Uncchh jangan sedih ya.. Semoga nanti dapat pengganti yg lebih baik plus gajinya lebih gede?... Still love your story so much.. Keep fighting authornim