3.
The Three Kingdoms (BAHASA) (INDONESIAN)“Brakk!!”
Pangeran Min menutup pintu kamarnya kuat-kuat hingga salah satu engsel nya hampir terlepas, sedangkan beberapa dayang dan kasim yang berjaga di luar ruangan memegang dada mereka masing-masing berharap jantungnya tak terlepas, sementara itu dari dalam terdengar bunyi barang yang berjatuhan dan merekapun semakin tertunduk, hingga kedatangan Namjoon membuat mereka sedikit dapat bernafas lega, dan dengan segera Kasim mempersilakan Namjoon untuk berdiri di depan pintu kamar Pangeran sebelum akhrnya mengumumkan kedatangan sang Komandan.
Belum sempat Kasim itu berseru, Pangeran Min dengan segera membukakan pintu, sang Kasim pun terkejut begitu melihat pangeran muncul dari balik pintu namun ia lebih terkejut melihat kondisi kamar yang berantakan. Sesaat ia hanya dapat mengecap bibirnya seolah ia sudah menduga hal itu akan terjadi, kamar yang ia siapkan dengan begitu rapi selama tiga hari kepergian sang Pangeran putra mahkota kini telah berubah menjadi seperti kapal karam hanya dalam waktu kurang dari semenit.
“Pria tua itu tidak benar-benar sakit rupanya!!, atau pikirannya yang mulai….!” Teriak Pangeran Min begitu pintu kamarnya tertutup namun belum sempat ia meneruskan sumpah serapahnya, Namjoon segera memotongnya
“Pria tua itu ayahmu, dan terlebih dia adalah Raja”
Jika itu orang lain, mungkin orang itu akan berakhir di tiang pancung, tapi Namjoon bukanlah orang lain bagi Yoongi, ia sudah seperti saudara dan bahkan lebih dekat dari saudara se ayahnya sendiri, Pangeran Jungkook.
“Kau tahu? Ketika kau berkata benar, kau menjadi sangat menyebalkan” Ujar Pangeran Min gusar
“Terimakasih” Sahut Namjoon dengan santai
“Jadi.. apa yang dikatakan Pria tua itu?”
Kali ini Pangeran Min tersenyum mendengar pertanyaan Komandan muda itu, ia selalu tahu bagaimana merubah suasana hati sang Pangeran yang terkadang hilang kendali terlebih setelah kepergian ibundanya sang Ratu yang menjadi satu-satunya tumpuan hidup sang pangeran yang dengan kejam direnggut oleh permainan politik hingga dibuang dan dibiarkan mangkat tanpa satupun penghormatan.
Namjoon ingat, Usia sang pangeran baru menginjak 10 tahun saat itu, terlalu dini untuknya merasakan kehilangan seorang yang begitu ia cintai, trauma itu terlalu dini untuk ia terima dan jika Namjoon mengingatnya, terkadang ia berharap ia tak ada di sana untuk menyaksikan. Terlalu menyakitkan melihat Pangeran Min yang meronta-ronta di balik pintu gerbang istana sementara jenazah sang bunda berada di luar ditelantarkan dan tak diperkenankan masuk untuk mendapatkan penghormatan yang selayaknya ia dapatkan.
“Dia mengatakan pajak akan dinaikan untuk tahun ini” Ujar sang Pangeran yang seketika membuat Namjoon yang sedari tadi terdiam kini mengerutkan dahinya
“Lagi? Untuk apa? Panen rakyat tahun ini bahkan tidak ada kenaikan, para pedagang juga mengeluhkan cuaca buruk yang membuat perdagangan ke Ilbon terhambat, belum lagi para nelayan, apa dia…..”
Namjoon berhenti tepat sebelum dia membuat umpatan pada Rajanya sendiri dan meski putra mahkota di depannya tidak akan melakukan apapun selain memujinya karena keberaniannya, ia tetap menjaga lisannya, bagaimanapun ia adalah seorang prajurit kerajaan. Namun sepertinya Pangeran Min tidak senang melihatnya menahan diri seperti itu, terlihat sekali dari matanya yang menatap malas ke arah namjoon.
“Entahlah, aku terlalu kesal untuk mendengar kelanjutannya”Jawab Pangeran Min sembari terduduk di kursinya sementara meja di depannya terbalik karena tendangannya tadi.
“Lalu apa yang akan kau lakukan?”Tanya Namjoon yang kini duduk dihadapan Pangeran Min sembari membalik kembali meja di depannya.
“Aku?, kali ini… Kita!” ucap pangeran Min sambil tersenyum penuh arti
Sementara yang di tatap justru kini hanya bisa memutar bola matanya dan mengistirahatkan kepalanya di atas meja,tak terkejut dengan apa yang akan ia dengar. Keinginan sang Putra Mahkota yang lebih sering memberontak Keputusan ayahnya sendiri.
“Tamat sudah Karir militerku”
Comments