1.
The Three Kingdoms (BAHASA) (INDONESIAN)Kembali ke masa di akhir abad ke 16 dimana tiga kerajaan besar memimpin dan menjalankan pemerintahan di semenanjung Korea, yakni Gongjun yang berdiri di bagian utara hingga ke timur laut Korea dan merupakan Kerajaan terbesar pada masa itu, kemudian Yuk-san yang memerintah di bagian barat dan berada diantara wilayah Gongjun dan GwangJeon yakni kerajaan ketiga dan terbesar kedua dan yang paling tertutup. Tak banyak data yang mencatat mengenai kerajaan yang memerintah dibagian selatan semenanjung Korea itu. Sebuah tembok raksasa bahkan dibangun untuk mencegah pendatang datang, perdagangan pun hanya dilakukan di balik tembok dengan penjagaan ketat oleh para prajurit.
“Dukk”
Pangeran Min menutup bukunya dan memasukkannya kembali ke dalam kantong yang juga berfungsi sebagai ransel perbekalannya itu. Raut kesal terlihat jelas diwajahnya yang disinari cahaya temaram api unggun yang mulai padam namun sesaat kemudian kembali menyala oleh balok kayu yang dilemparkan Namjoon sang pengawal pribadi Pangeran Min.
“Apa gerangan yang membuat anda gelisah, tuanku?”
Pangeran min tak langsung menjawab sesaat ia menengok ke belakang dan memperhatikan Namjoon yang terlihat kesulitan menata sebuah balok untuknya duduk, balok itu terus saja menggelinding ke arah depan sehingga namjoon berkali-kali memungutnya dan meletakkan kembali hanya untuk melihatnya menggelinding kembali.
Pangeran min tersenyum kecil sebelum akhirnya kembali menatap api yang perlahan memercik dari balok-balok kayu yang mulai retak, namjoon mungkin seorang prajurit dan pengawal yang handal dan tangguh tak hanya itu namun dia juga cerdas dan jenius dalam mengatur strategi ia tak akan heran jika dalam waktu dekat ia mungkin akan diangkat sebagai seorang panglima termuda, namun dibalik baju zirah di medan perang, di mata Pangeran Min, namjoon adalah Namjoon seorang pemuda naif yang ceroboh dan terkadang bertingkah konyol dan sejujurnya Pangeran min terkadang merasa kagum melihat Namjoon yang tak pernah sekalipun memotong jarinya sendri ketika memegang pedang, karena bocah ceroboh itu telah berkali-kali mematahkan gagang pintu kamar sang Pangeran atau bahkan secara tak sengaja merobek lukisan hadiah dari utusan Wunan, yang bahkan belum sempat disentuh sang Raja. Pangeran pun tertawa mengingatnya dan kerutan pun terlihat dari wajah sang pengawal yang kini lebih memilih duduk beralas rumput di samping sang pangeran putra mahkota.
“Anda baik-baik saja tuanku?”Tanyanya penuh khawatir.
Mereka tengah berada di hutan dan setelah tiga hari perjalanan panjang tak satupun hewan buruan besar yang mereka peroleh selain seekor kelinci dan beberapa ekor burung untuk dimakan, tidak heran jika sang Pangeran mungkin mengalami stress dan gelisah namun menjadi gila?, Namjoon tak pernah dipersiapkan untuk menghadapi situasi seperti itu.
“Tentu saja, kau pikir aku kenapa?”Jawab Pengaran seolah membaca apa yang ada dipikiran sang pengawal
“Aku hanya berpikir, kau dan aku bahkan telah berhasil melakukan perjalanan hingga ke illbon (Jepang) melewati laut timur atau bahkan ke mongolia namun tak pernah sekalipun aku melihat seperti apa GwangJeon, apa yang mereka sembunyikan?, selama ini mereka hanya mengirim perwakilan dalam pertemuan tiga kerajaan dan menolak menjadi tuan rumah, tak ada satupun data atau tulisan tentang mereka dalam 30 tahun terakhir ini, apa yang terjadi pada kerajaan sebesar itu? Namjoon-ah ap…”
Pangeran tak melanjutkan pertanyaannya ketika dilihatnya sang pengawal yang kini terlelap sembari menyandarkan dagunya pada pegangan pedang. Hanya dapat menghela nafas panjang, sang pangeran pun kembali melempar balok pada api unggun hingga api itu kembali membesar menghangatkan tubuh sang pangeran, sesaat ia berpikir untuk masuk ke perkemahan yang dibuat Namjoon untuknya, sekedar untuk beristirahat sejenak sebelum esok mereka kembali ke Kerajaan. Belum sempat pangeran Min berbalik, matanya menangkap cahaya api dari dalam hutan yang bergerak liar ke sana kemari, mata sang pangeran memicing dan ia melihat di kejauhan tampak seorang bocah tengah berlari di kegelapan malam entah dari kejaran apa, atau siapa?
“Namjoon-ah… Namjoon-ah!!”
Pangeran Min segera berdiri dan meraih pedang serta panahnya dari dalam perkemahan sebelum akhirnya menendang Namjoon yang membuat pemuda malang itu terjatuh tertelungkup ke hadapan hingga membuatnya gelagapan
“A—apa… ada apa?”Ujarnya terkejut
“Ikuti aku, Cepat!” Jawab Pangeran yang kini sudah duduk diatas kudanya
Keduanya pun memacu kuda mereka menembus hutan belantara, di tengah kegelapan itu Pangeran kembali menemukan cahaya obor itu dan dengan sigap mengejar cahaya obor itu sementara namjoon mengikutinya tepat dibelakang.
“Mau kabur kemana lagi kau bocah brengsek?!”
Seorang pria dengan tubuh gemuk mengenakan baju dari kulit hewan dan raut wajah yang nampak mengerikan itu kini mengarahkan pedangnya kepada seorang bocah bertubuh kurus dengan raut wajah kuyu yang begitu mengenaskan ditambah luka di sana sini, kau bahkan dapat mencium aroma anyir darah dari jarak beberapa meter terkuar dari tubuh kurus yang nampak tak terurus dengan pakaian seadanya yang sepertinya terbuat dari bekas karung gandum, ia terlihat begitu mengenaskan.
“Kumohon… jangan jual aku!, aku berjanji akan bekerja lebih keras lagi” Ujar sang bo
Comments