Chapter 7

Our Happy (?) Marriage

Keesokan harinya

 

Mentari mulai menampakkan sinar terangnya, dinginnya udara malam pun kini mulai menghangat, menyambut pergantian hari.

Di sebuah kamar di bangunan apartemen mewah seorang namja tampan berbadan tegap mulai membuka matanya perlahan dan menggeliat ke kanan ke kiri menghilangkan kelelahan pada tubuhnya. Ia lalu melirik jam yang ada di meja nakas kamarnya dan bergegas untuk bangun memulai aktivitas paginya, membuat sarapan.

Namja tersebut tak lain dan tak bukan adalah Hwang Chansung, perutnya yang senantiasa mudah lapar membuatnya selalu bangun lebih awal untuk segera membuat makanan walau hanya ala kadarnya.

Seperti pada pagi ini, Chansung memutuskan untuk memanggang roti dan membuat telur mata sapi yang simpel, karena ia merasa masih lelah dan ingin segera tidur lagi sesudah sarapan. Chansung kemudian berjalan menuju dapur dan mulai memasak sarapannya, dua lembar roti dan dua butir telur.

Sementara itu, di lain ruang di apartemen yang sama, tidur seorang namja tampan bermata sipit yang mendengar suara berisik dari arah luar kamarnya kini mulai terusik, masih dengan memejamkan matanya ia mulai berpikir

Kenapa ada suara berisik pagi-pagi, siapakah yg ada di dapur? Jangan-jangan ada pencuri yang kelaparan? Noooooo!! Ini tidak boleh terjadi, apa yg harus aku lakukan untuk melindungi diri? haruskah aku berteriak? Suaraku cukup nyaring, haruskah kupukul dia?tapi nanti tanganku sakit, haruskah kucakar dia?tapi aku tak punya kuku...bagaimana ini??’ pikir Junho, namun setelah ia melihat pemandangan di sekitarnya ia tersenyum geli sendiri, aaaah benar juga itu pasti suara Chansung, suaminya yang sedang memasak sarapan untuk mereka berdua. Untuk sesaat ia lupa bahwa ia telah menikah dan sudah tidak tinggal sendiri lagi.

Senyum geli Junho kini berubah menjadi sebuah senyuman penuh arti, membayangkan pagi-pagi sudah ada makanan untuknya dan lebih istimewa lagi disiapkan oleh suami yang baru dinikahinya kemarin, aaah suaminya perhatian sekali, dan tentu saja dia senang karena kalau boleh jujur ia juga sudah lapar lagi.

Siapa yang tidak lapar jika semalam hanya makan ramyeon kemudian bekerja lembur? Ia lalu melihat ke cermin untuk merapikan rambutnya sebelum memutuskan untuk keluar kamar menuju dapur menyambut sarapan pagi dan suaminya .

Usai memasak Chansung segera melahap roti dan telurnya ia duduk dengan khidmat menyantap makanannya di meja makan, setelah makanan sudah hampir lebih dari setengahnya ludes, tiba-tiba seorang namja melihatnya dengan wajah yang tidak dapat diartikan, entah itu marah atau malu atau bahkan keduanya karena wajahnya tampak merah namun tatapan mata sipitnya terlihat tajam melihat ke arah Chansung.

Sontak Chansung menghentikan gerakan tangannya yang sudah mengarahkan makanan yang ia pegang masuk ke mulutnya, mata besarnya membulat terkejut mulutnya masih terbuka lebar untuk menyambut makanannya tadi, ‘astaga!!!!! Aku lupa ada Nuneo....’ keringat dingin mulai terbentuk di dahinya, jantungnya mulai berdetak lebih kencang, ‘God, aku harus bilang apa ini??gawaat... oke untuk awal ucapkan selamat pagi dulu tampaknya bukan ide buruk..’ pikiran Chansung sudah mengarah ke mana-mana dalam sepersekian detik keheningan

“Pagi Nuneo, kk..kaauu sudah bangun?” ‘What??? Pertanyaan macam apa ini Channie, tentu saja dia sudah bangun babo.....’ Chansung berusaha mengeluarkan senyuman maut dan wajah polosnya ke arah Junho

“Pagi...tentu saja aku sudah bangun, kalau belum mana mungkin aku ada di sini melihatmu menikmati sarapan pagimu!!” balas Junho dengan ketus

O’ow...tampaknya memang Junho kesal dengan Chansung. Tidaktidaktidak untuk apa dia kesal? Apa karena ini salah Chansung? Tentu saja bukan, ini karena salahnya sendiri yang sudah berharap lebih pada Chansung. Atau karena ia sedang lapar sehingga ia lebih sensitif? Yap bisa jadi karena yg ini, semua orang akan sensitif bila sedang lapar bukan? Menyadari hal ini, Junho mencoba mengontrol tatapan matanya agar tidak begitu tajam pada Chansung

“Hmmm... apakah kamu mau sarapan Nuneo? Aku akan membuatkanmu sarapan”

“Tidak perlu, aku bisa membuatnya sendiri. Kau habiskan saja makananmu!” ucap Junho berusaha normal, namun tetap tampak ketus di mata Chansung

Yap, Chansung sadar kata-kata biasa tidak akan bisa meluluhkan hati Junho, maka Chansung memutuskan untuk mengeluarkan jurus selanjutnya, rayuan gombal...

“Maafkan aku Nuneo......aku sengaja tidak membuatkanmu makanan karena aku tidak ingin mengganggu tidurmu, kamu pasti lelah semalaman membantuku mengerjakan pekerjaanku. Aku ingin membuatkanmu sarapan saat kamu sudah terbangun supaya makanannya masih tetap hangat” ucap Chansung dengan tatapan bersalahnya

#blush......kini wajah Junho kembali memerah merona, bukan lagi karena emosi melainkan ia terkejut mendengar kata-kata manis yang keluar dari bibir Chansung tersebut

“Ehmmm....ttii...tidak apa-apa Channie, aku hanya terkejut saja melihatmu di dapur sepagi ini....”

Melihat ekspresi Junho Chansung menyeringai jahil, “Bernarkah??, aah syukurlah kalau begitu, ku kira kamu akan marah. Sekarang duduklah aku akan membuatkanmu sarapan, kamu mau makan apa?”

Sebenarnya Junho masih gengsi dan ingin menolaknya, namun dengan kondisi perutnya yg minta diisi dan karena sejujurnya dia malas untuk memasak maka ia menyetujui usul Chansung, dengan sedikit tertunduk malu ia berucap “Baiklah, terima kasih Channie. Aku...... makan seperti apa yg kamu makan saja sepertinya enak.”

“Oke tunggu sebentar ya”

Chansung kemudian memasukkan semua sisa makanannya ke dalam mulutnya dalam sekali suap dan berdiri untuk segera memasak makanan untuk Junho, tentu saja Junho tersenyum geli melihatnya, moodnya pun berubah menjadi baik kembali

“Makanlah pelan-pelan Channie, aku tidak akan merebut makananmu meski aku lapar, apakah ada yg bisa ku bantu Channie?”

“mmmmm.......” Chansung hanya menjawab  dengan sebuah gumaman dan gelengan kepala karena saat ini mulutnya penuh dengan makanan membuat Junho kembali tersenyum sambil memperhatikan tingkah lucu suaminya tersebut.

“Silahkan dinikmati Hwangjae...” ucap Chansung sambil meletakkan piring yang berisi sarapan untuk Junho di hadapan Junho.

“Terimakasih Channiee.....” kini wajah Junho menampakkan senyuman tulus yang diiringi dengan eyes smilenya

“Mmmm...” Chansung membalasnya dengan senyuman dan menatap Junho dari seberang tempat duduk Junho

“Apakah kamu akan melihatiku makan?”

“Tentu saja, apakah tidak boleh?”

“Aku hanya khawatir kau akan mengambil makananku :p ”

“Eiiiiyyy....tapi itu masakanku”

“Tapi kau sudah memberikannya padaku” kini Junho tampak memajukan bibirnya

“hahahaha baiklaahbaiklaah..... makanlah dengan tenang aku akan pergi”

“itu tidak perlu, kau di sini saja tidak apa-apa” jawab Junho dengan cepat

“Jadi........ kau ingin ku temani???” goda Chansung

“Arrrrghh tak perlu, pergipergipergi....”

“hahahaha....” Chansung tertawa dengan berdiri dan mengusap-usap rambut di puncak kepala Junho dengan gemas, ia kemudian melangkah meninggalkan Junho sambil membawa piring kotor miliknya ke wastafel, berniat untuk mencucinya

Junho yang menyaksikan hal tersebut kemudian mencegahnya “Tinggalkan saja di situ Channie biar aku yg mencucinya kau kan sudah memasak”

“Baiklaah, kalau begitu ku tinggalkan di sini ya, terimakasih Nuneo” Chansung kemudian beranjak keluar dari dapur menuju ruang tamu dan menyalakan TV, sedikit banyak ia tau bahwa Junho akan merasa canggung bila Chansung hanya memperhatikannya saat makan sehingga Chansung memilih untuk pergi agar Junho bisa makan dengan nyaman

Setelah beberapa saat kemudian Junho yang sudah selesai mencuci piring dan merapikan dapur menyusul Chansung di ruang tamu, namun sebuah senyuman segera berkembang di wajah Junho tatkala melihat suaminya tersebut tertidur damai sembari duduk di sofa dengan tangan yang masih menggenggam remote tv, suara dan cahaya TV yang masih menyala pun tampak tidak dapat mengusik tidur lelaki berbadan tegap tersebut.

“Aisshhh, pantas saja kau memiliki badan sebesar itu Channie, bagaimana tidak bila habis makan saja kau langsung tidur begitu” gumam Junho yang kemudian mengambil tempati duduk di sebelah Chansung.

Awalnya Junho menikmati acara TV yang ditonton oleh Chansung sebelumnya, namun lama-lama rasa bosan menyapa Junho, ia berniat ingin mengganti channel TVnya tetapi ia melihat kembali remote TVnya saat ini sedang digenggam erat oleh Chansung sehingga Junho hanya bisa pasrah menyaksikan acara TV yang ada di hadapannya.

Setelah beberapa saat tampak Junho mulai membuka lebar mulutnya, tanda rasa kantuk kini tengah menghampirinya, tak lama kemudian sang TV tertinggal mengoceh sendirian. Baik Junho maupun Chansung kini tengah tertidur lelap di sofa. Mengingat perut yang kini sudah terisi dan semalam mereka tidur cukup larut, serta hari libur tanpa pekerjaan tentu saja merupakan cobaan yang terlalu berat untuk tetap terjaga, siapapun pasti akan memilih tertidur dengan kondisi tersebut tak terkecuali Junho dan Chansung.

 

Beberapa jam kemudian Chansung membuka mata dengan perasaan yang kurang nayaman karena ia mimpi buruk, Chansung bermimpi ia menjadi kuli panggul, tentu saja mimpi ini bukanlah pengalaman yang menyenangkan bukan?

Ternyata rasa tidak nyaman pada pundak kirinya yang terasa berat dan pegal pada mimpinya tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah karena ulah Junho. Ya Junho kini sedang tertidur dengan lelapnya, dengan kepalanya yang menumpu pada pundak kiri Chansung entah sudah berapa lama mereka berada dalam posisi tersebut hingga Chansung merasakan pegal-pegal pada pundaknya, namun melihat wajah damai Junho Chansung hanya bisa pasrah mengorbankan pundaknya dan tidak berani mengusik tidur Junho.

Setelah beberapa saat bertahan dalam posisi tersebut kini permasalahan baru muncul, perut Chansung kini mulai bergejolak meminta untuk segera diisi kembali. Chansung pun mulai gelisah dan sedikit pergerakan kecil yang ia lakukan ternyata menyebabkan tidur Junho terusik sehingga kini Junho mulai mengerjapkan mata sipitnya. Junho tersentak karena ia terkejut dengan posisi tidurnya, seketika ia mengangkat kepalanya dan dengan wajah yang memerah ia meminta maaf pada Chansung

“Aaah....maafkan aku Channie... Aku tidak sengaja.....aku....aku tertidur, aku......” belum sempat Junho menyelesaikan kalimatnya Chansung sudah menjawabnya

“Tidak apa-apa Nuneo, aku mengerti, sudah lupakan saja. Sekarang katakan padaku apakah kamu lapar?, Karena aku akan memesan makanan untuk makan siang, apakah kamu mau?”

“Ehm....boleh. Terimakasih Channie”

Dengan secepat kilat Chansung menyambar telepon rumahnya dan mendial beberapa digit nomor yang ia sudah hafal di luar kepalanya, nomor telpon restoran langganan Chansung dan mengatakan pesanannya, usai menelpon kini Chansung dan Junho hanya terdiam menanti pesanan tersebut datang.

Tidak ada yang ingin memulai pembicaraan, karena di satu sisi Chansung sedang sangat lapar sedangkan di sisi lain Junho masih malu, hingga beberapa saat kemudian terdengar bunyi bel pintu apartemen Chansung yang tidak lain dan tidak bukan adalah pengantar makanan.

Melihat Chansung yang berjalan ke arah pintu depan menerima pesanan, Junho dengan sigap bergerak menuju ruang makan dan mempersiapkan air putih serta peralatan makan. Chansung pun kini menyusul Junho dengan senyuman terkembang di bibirnya, ya sebuah senyuman tulus karena perutnya yang kosong akan segera terisi oleh makanan yang ia harapkan.

“Terimakasih Nuneo, selamat makan” ucap Chansung setelah Junho membantunya menata makanannya tersebut

“Sama-sama Channie, terimakasih juga atas makanannya, selamat makan” kemudian mereka berdua mulai menyantap makanan yang ada di hadapan mereka tersebut

“Hmmmm...ini enak sekali Channie”

“Tentu saja Nuneo, seleraku bagus bukan? Ini adalah resto take away langgananku, mereka mempunyai berbagai menu dan lokasinya tidak begitu jauh dari sini jadi kita bisa memesan makanan dengan cepat.”

“Waah boleh jugaa, bisa menjadi alternatif saat kita tak punya waktu”

“Tentu saja, aku akan menuliskan nomornya di notes dekat telepon rumah jadi kau bisa menelpon sewaktu-waktu juga”

“Asa!!! Berarti aku bisa terbebas untuk tidak memasak hehehehe”

“Eiiiiy, tidakkah kau ingin memasakkan sesuatu untuk suamimu ini?”

#blush wajah Junho memerah mendengar kata ‘suami’ tersebut

“Untuk apa aku repot-repot memasak kalau ada tempat makan langganan yg kamu sukai, kan sudah sesuai dengan seleramu, bukankah itu juga berarti aku melayani suamiku dengan baik?” Junho membalas Chansung dengan memincingkan matanya

“Eiiiiiiyyyy, terserah kamu sajalah Hwangjae” Chansung hanya bisa menjawab pasrah diiringi tawa dari bibir Junho

Tiba-tiba Junho teringat akan sesuatu, meski sebenarnya ia enggan membahas masalah ini, namun ia harus mengutarakannya pada Chansung, hingga dengan sedikit ragu ia bertanya pada Chansung

“Ehm....mengenai nanti malam, bagaimana Channie?”

“Apanya yang bagaimana Nuneo?” Chansung menjawab dengan nada dan wajah polosnya

“Ehm....apa yang harus kita lakukan?”

“Tentu saja makan” jawab Chansung simple

“Yakh!!! Aiish!!” Junho kini sudah mengangkat sumpitnya siap untuk memukulkan ke kepala Chansung, namun Junho mengurungkan niatnya karena ia tidak ingin ada bekas-bekas KDRT tampak dihadapan keluarga mereka nantinya.

Chansung yang sebenarnya memahami maksud Junho pun tersenyum jahil, kemudian menjelaskan dengan sabar

“Tidak ada yg perlu kamu khawatirkan Nuneo, kita hanya akan makan malam bersama keluarga saja, paling-paling hanya mengobrol sedikit, jawab sebisanya saja toh salah juga tidak akan ada remidinya :p ”

“Chaaaaan!!!” Junho sedikit memberi penakanan pada nada bicaranya

“Hahahahaha kamu ini lucu sekali kalo sudah grogi begini Nuneo. Sudah jangan terlalu dipikirkan, kan ada aku” Chansung menggerak-gerakkan alisnya

“Yaakhh!!”

“Hahahaha percayalah padaku Nuneo...tenang, kau bahkan bisa melewatkan malam pertama kita dengan lancar, apalagi ini hanya makan malam pasti kamu bisa” Chansung masih menggoda Junho dengan seringai jahilnya

“Tapi malam pertama kita tidak melakukan apa-apa....” jawab Junho pasrah

“Jadi kau mau kita melakukan apa-apa?”

#blush ya kini Junho benar-benar malu ia baru tersadar akan kesalahannya dalam menjawab Chansung tadi

“Bukan begitu maksudku!! Aaaaahhh aku frustasi mengajakmu berbicara babobear!”

“Hahahahaha lalu kamu mau megajakku apa?” kini Chansung menatap Junho dengan tatapan ‘nakal’

“Hwang Chansung!!!!” sekarang Junho mulai terdengar membentak Chansung

“Tenanglah Junho, kamu tidak perlu berpikir macam-macam, ini hanya makan malam bersama. Toh biar bagaimanapun kita sudah menikah tidak ada lagi yang bisa diubah, mau tidak mau keluarga kita hanya bisa merestuinya, jadi kamu tidak perlu khawatir” bujuk Chansung dengan tenang “Lebih baik kau habiskan makananmu sekarang, lalu tenangkan dirimu atau bersiap-siaplah untuk nanti malam biar aku yang mencuci piring dan membersihkan dapurnya, oke?”

Junho hanya mengangguk pelan, ia tak tau harus berbuat  apa. Jujur saja perasaan grogi tersebut tidak mudah hilang meski Chansung berusaha menenangkannya. Junho lebih memilih untuk menghabiskan makan siangnya dalam keheningan. Usai menyantap makan siangnya sesuai saran Chansung Junho lebih memilih untuk menenangkan pikiran di dalam kamarnya.

Karena tak juga mendapatkan ketenangan Junho lebih memilih untuk menyalurkan energinya pada hal lain, ia mengeluarkan laptop dan peralatan game VR nya kemudian memilih untuk bermain tinju. Ya untuk sejenak Junho dapat membebaskan pikirannya dari acara makan malam keluarga yang menyeramkan baginya tersebut.

Tak terasa matahari kini mulai menghilang dari peraduan menandakan siang mulai berganti dengan malam. Hal Itu juga berarti pasangan Chansung dan Junho harus mulai bersiap-siap untuk berangkat makan malam bersama keluarga besar mereka.

Tak butuh lama bagi keduanya untuk bersiap-siap, tepat pukul 6.30 sore mereka keluar dari unit apartemennya menuju basement parkir. Junho sudah berjalan ke arah sebuah mobil BMW biru yang  sudah ia kenali dengan baik kini, mobil Chansung. Namun ada yang aneh di sini ketika Chansung justru bergerak berlawanan arah dengannya.

“Nuneo-yah, ke sini..” Junho menoleh dan berbalik arah menuju Chansung dan masuk ke dalam sebuah mobil Porsche putih yang hanya mampu untuk menampung 2 orang. Meski masih keheranan Junho memilih untuk diam.

Kini mereka mulai berjalan meninggalkan pelataran basement apartemen menuju sebuah hotel berbintang di pusat kota Seoul.

“Jadi ini?” tanya Junho sambil menunjuk mobil yang mereka kendarai ketika mereka sedang berhenti di sebuah lampu merah

“Mmm?” Chansung menoleh dengan wajah polosnya

“Maksudku mobil ini...mmmm...kenapa?”

“Kenapa apanya?”

“Kenapa aku tidak pernah melihatnya? Apakah kamu sengaja menyewanya untuk malam ini?” tanya Junho dengan wajah tanpa dosa

“hahahahaha untuk apa aku menyewa sebuah mobil hanya untuk makan malam Jjuneo? Kau ini lucu sekali, kamu kira kita artis yang akan menghadiri red carpet? hahahaha”

Yap Junho kesal “Yaakh!!”

“Aaaakhh! Appooo!!” Chansung mengelus-elus lengannya yang dicubit Junho

“Kenapa kau tidak pernah memakainya?”

“Oooh, aku hanya memakainya untuk acara-acara tertentu saja. Pada acara yang menurutku spesial.”

“Berarti makan malam ini spesial untukmu?”

“Tentu saja, ini untuk pertama kalinya aku mengajak makan malam bersama keluarga pasanganku setelah menikah”

#Deg seketika detak jantung Junho berpacu lebih cepat diiringi dengan perasaan hangat yang menjalarinya, semburat kemerahan pun kini terpancar di wajah tampan Junho. Salahkah bila kini ia mulai berharap lebih? Entahlah, yang jelas kini Junho hanya bisa terdiam asik dengan pikirannya sendiri hingga tanpa ia sadari kini ia sudah berada di depan lobby sebuah hotel berbintang.

“Kau siap?” tanya Chansung disertai uluran tangannya ke arah Junho

“Mmm” Junho mengangguk mantap dan kini turut menyambut tangan Chansung, mereka berjalan saling merangkul, tampil semeyakinkan mungkin di hadapan keluarga besar mereka yang sudah menanti mereka dengan senyuman hangat.

Tampak di hadapan mereka keluarga Lee dan keluarga Horvejkul sudah duduk manis di tempat yang memang sudah dipesan khusus pada restoran di sebuah hotel berbintang lima. Tempat tersebut tampak elegan dan mewah ditambah dengan senyuman kedua belah pihak keluarga yang menambah nuansa hangat dan nyaman sehingga sedikit banyak membantu pasangan pengantin baru tersebut mengatasi rasa canggungnya.

“Selamat datang sayang” sambut nyonya Horvejkul

“Ayok segera duduk, supaya kita bisa segera memulai acara makannya” tambah nyonya Lee.

“Baik eomma..”

Chansung dan Junho kini duduk bersebelahan, tak lupa layaknya seorang gentleman, Chansung menarikkan kursi untuk Junho duduk yang membuat keluarga mereka tersenyum-senyum melihatnya.

Makan malam berjalan dengan lancar tidak ada pertanyaan yang menyudutkan dari kedua belah pihak keluarga , berusaha tetap pada topik netral untuk mendekatkan keluarga baru mereka. Hingga di satu titik dengan jahilnya nyonya Horvejkul meminta sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya “Naah jadi karena tidak ada upacara pernikahan setidaknya sekarang ibu ingin melihat kalian saling berciuman”

“Itu benar sekali bukankah itu yang biasanya kita nantikan usai mengucap janji suci pada saat prosesi upacara pernikahan berlangsung?” tambah nyonya Lee

“Ibu.....” “Eomma...” sahut Chansung dan Junho hampir bersamaan dengan tatapan horor menatap kedua perempuan yang melahirkan mereka tersebut.

“Kenapa sayang apa ada yang salah?” tanya tuan Lee dengan suara beratnya

“Bukankah itu bukan sesuatu yang berat untuk dilakukan nak?” tuan Horvejkul ikut bersuara

“Ayolaah kalian tidak usah malu-malu pada kami, kami kan keluargamu sendiri, kan kalian sudah menikah” Nichkhun dengan wajah malaikatnya pun kini turut serta dalam konvoi keluarga tersebut

“cium cium cium cium cium....” kini kedua keluaga tersebut tampak mulai menyoraki pasangan yang baru saja meresmikan pernikahannya satu hari yang lalu

‘Bagus tambah-tambahkan saja terus, belum lagi kalau ada noona di sini pasti akan semakin ramai..Kenapa ti’ #Cup sebuah sentuhan lembut kini mendarat pada pipi putih mulus Junho, menghentikan Junho dari rangkaian pikirannya. Matanya kini terbelalak, jantungnya hampir serasa berhenti menyadari apa yang sedang terjadi, Hwang Chansung menciumnya.

#blush kini tidak hanya wajah Junho yang memerah telinganya pun kini ikut memanas karena tindakan Chansung tersebut belum selesai akan keterkejutannya sebuah sinar menyilaukan kini menerpa kedua mata sipitnya

#cklik

“Yaaay aku mendapatkan foto yang bagus” teriak nyonya Lee kegirangan

“Akan aku pastikan mereka memasangnya di rumah mereka jeng” dengan tangan yang memegang erat tangan besannya tersebut dan tawa kini terdengar di sana

Semua kejadian tersebut berlangsung sangat cepat bagi Junho untuk memprosesnya, ia hanya bisa menunduk terdiam karena ia malu dan bingung harus berkata apa

“Ibu....tidak cukupkah dengan mengambil foto kami saja, untuk apa memajangnya?”

“Tapi kalian tidak mempunyai foto pernikahan yang bagus nak, jadi ibu rasa ini bisa menggantikannya”

“Tapi.....” Chansung sudah hampir berargumen dengan ibunya ketika nyonya Lee, sang ibu mertua, menginterupsinya “Tidakkah kalian kasian pada kami sudah tidak ada pesta pernikahan, tidak ada foto pernikahan pula”

Meski tidak berani menjawab namun tampak jelas raut wajah Chansung menunjukkan ketidak-setujuannya.

Melihat hal tersebut Nichkhun bereaksi, ia berbisik dengan wajah seduktif pada nyonya Horvejkul kemudian berlanjut pada nyonya Lee, dan kini terlihat seringai yang tampak ‘menakutkan’ bagi Chansung dan Junho terpancar dari ketiga orang tersebut

“Kalau kalian tidak mau memajang foto kalian ini maka kalian harus berciuman yang sesungguhnya” ucap Nichkhun santai sambil menunjuk bibirnya menampilkan gesture untuk meminta ciuman bibir dari pasangan tersebut yang kemudian disertai senyuman ‘licik’ dari nyonya Lee dan nyonya Horvejkul.

‘Aish!! Aku selalu melupakan fakta bahwa Khun-hyung adalah iblis berwajah malaikat yang pasti selalu bisa memanipulasi keadaan sesuai keinginannya’ pikir Chansung dengan menatap tajam ke arah Nichkhun, yang hanya dibalas dengan seringai jahil oleh Nichkhun

“Baiklah kami akan memajang foto itu” Junho menegakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk, mencoba membela dirinya dan Chansung dari situasi tersebut.

“Di ruang tamu yaa” pesan nyonya Horvejkul.

“Dan harus yang besar” titah nyonya Lee.

Chansung melirik ke kiri, ke arah Junho yang duduk di sampingnya, dari sudut matanya tampak tangan Junho mengepal dengan erat hingga menampakkan urat-urat tangannya.

“Ibu...Eomma...dengan segala kerendahan hati saya mohon hentikan ini, bukan berarti kami lancang atau tidak mau menuruti kata orang tua, tapi topik seperti ini apalagi berciuman di tempat umum tentu saja akan tampak tidak etis meskipun kami sudah resmi menikah. Saya khawatir nanti akan ada orang lain yang merasa tidak nyaman menyaksikannya” ujar Chansung berusaha melindungi keluarga barunya, Junho

“Ehm aku rasa itu benar Chagi...” tuan Horvejkul menengahi

“Iyaa sudahlah kasihan mereka berdua, biarkan mereka berbahagia dengan cara mereka sendiri” ucap tuan Lee bijak

“Baiklah, tapi untuk janji memasang foto itu sudah janji ya jadi harus ditepati”

“Ya kalian berdua berhutang paling tidak melakukan hal itu untuk kami”

“Baik ibu... eomma..” jawab Chansung disertai dengan senyuman dan anggukan kepala Junho. Kepalan tangan Junho pun kini sudah lebih mengendur, tidak lagi menampakkan tonjolan urat-uratnya.

Setelah percakapan tersebut makan malam kembali berlangsung dengan tenang dan damai, percakapan mereka pun kembali pada topik-topik netral hingga tak terasa kini waktu telah menunjukkan pukul 10 malam. Keluarga tersebut kemudian mengakhiri makan malam kali ini dengan hangat dan berjanji untuk sering-sering berkumpul lagi nantinya.

Mereka lalu saling berpamitan, tak lupa Junho memeluk eomma dan appanya karena kedua orang tuanya tersebut memutuskan untuk langsung pulang ke Ilsan.

“Baik-baik bersama Channie ya nak, jangan lupa sering-sering telpon kami dan mainlah ke rumah bila kalian ada waktu” pesan nyonya Lee

“Appa titip Nuneo ya Chan, jaga baik-baik Nuneo” ucap tuan Lee sambil menepuk bahu Chansung

“Baik appa, saya akan berusaha untuk menjaga Nuneo dengan baik” jawab Chansung diiringi senyuman tulus dan tatapan mata penuh kesungguhan

“Beristirahatlah, sampai jumpa minggu depan di rumah” nyonya Horvejkul melambaikan tangannya usai mengucapkan hal tersebut.

“Sampai jumpa minggu depan ibu” balas Junho

Mereka kemudian beranjak meninggalkan hotel berbintang tersebut menuju kediaman masing-masing.

Dalam perjalanan pulang Junho dan Chansung lebih banyak terdiam, enggan untuk membahas apa yang terjadi saat makan malam tadi. Setibanya di depan unit yang mereka tinggali, Chansung segera menekan beberapa tombol kombinasi angka untuk membuka pintu apartemennya tersebut agar mereka bisa segera beristirahat melepaskan penatnya pikiran mereka.

“Terimakasih banyak Nuneo” tiba-tiba Chansung memecah keheningan

“Untuk?” Junho menoleh ke arah Chansung

“Kerjasamamu, terimakasih untuk tidak menamparku saat aku dengan lancangnya menciummu” Chansung mengucapkannya dengan tulus, menatap lekat kedua mata Junho

“Mmm, aku rasa kita memang tidak ada pilihan lain. Terimakasih juga sudah membelaku” ucap Junho kemudian diiringi dengan senyuman manisnya.

“Istirahatlah, aku yakin kamu pasti lelah”

“Kamu juga, selamat malam Channie”

“Selamat malam Nuneo”

Dan kini mereka kembali berjalan menuju kamar masing-masing untuk beristirahat, meredapak luapan emosi mereka yang berfluktuasi karena kejadian saat makan malam tadi.

 

Hari demi hari berlalu tanpa ada sesuatu yang istimewa, ciuman saat makan malam tersebut pun sudah mulai terlupakan. Hingga tidak terasa seminggu sudah berlalu dan kini weekend sudah di depan mata kembali. Itu artinya mereka harus bersiap-siap untuk berangkat ke kediaman  keluarga Horvejkul untuk memenuhi rutinitas mingguan mereka.

Sebelum mencapai kediaman keluarga Horvejkul, Chansung dan Junho berhenti dulu pada sebuah toko buah untuk membeli buah-buahan sesuai pesanan nyonya Horvejkul via telpon pada hari sebelumnya. Setelah membeli apa yang mereka perlukan, mereka melanjutkan perjalanan dengan tenang.

Karena ini sudah kesekian kalinya Junho berkumpul bersama keluarga Horvejkul, ia mulai terbiasa dan meski perasaan grogi itu masih ada namun perasaan itu sudah tidak sekuat dulu lagi.

Setibanya di kediaman Horvejkul, pelukan hangat nyonya Horvejkul segera menyapa mereka

“Nuneo, Channie, ibu merindukan kalian. Ayo masuk, hari ini kita akan barbeque-an di taman belakang” setelah meletakkan buah-buahan yang mereka bawa di dapur Chansung dan Junho segera menyusul Nichkhun dan tuan Horvejkul yang sedang mempersiapan peralatan di taman belakang, tak lupa Chansung dan Junho menyapa kedua orang tersebut terlebih dahulu sebelum akhirnya mereka turut berkutat dalam persiapan tersebut.

Meski merasa sedikit terasing karena tidak tinggal bersama dengan tuan dan nyonya Horvejkul serta Nichkhun, Junho merasa mulai nyaman dengan keluarga barunya tersebut, tuan dan nyonya Horvejkul memperlakukannya seperti anak sendiri, sedangkan Nichkhun yang notabenenya adalah kakak iparnya yang awalnya ia kira akan menyeramkan juga ternyata tampak sangat ramah dan baik hati.

Nichkhun terlihat cekatan dalam membantu kedua orang tuanya, seketika memory Junho kembali pada satu minggu yang lalu ketika makan malam bersama keluarga, Nichkhun juga memperlakukan orang tua Junho dengan baik, seperti pada orang tuanya sendiri.

‘Khun-hyung benar-benar seperti seorang malaikat, sudah memiliki wajah tampan, ia memiliki hati yang baik pula. Beruntung sekali aku punya kakak ipar seperti itu’ pikir Junho saat itu, ya setidaknya inilah kesan pertama Junho pada Nichkhun.

Mereka sibuk dengan tugas masing-masing ketika nyonya Horvejkul memanggil Junho, “Nuneo... ibu lupa membawa gunting untuk memotong dagingnya saat dibakar nanti, bolehkah ibu minta tolong ambilkan ke dapur?”

“Baik bu..” Junho kemudian berjalan ke dapur mencari barang yang diminta ibunya tersebut. Junho asik berkutat meneliti satu per satu barang yang ada di kabinet dapur, hingga tak ia sadari ada sesosok namja tampan kini juga berada di dapur bersamanya.

Setelah menemukan apa yang ia cari Junho langsung berbalik arah dan tanpa sengaja kini bahunya menyapa bahu orang tersebut

#Brugh

“Ah...”

“Ah....mm-mmaaf hyung, saya tidak sengaja” yap, orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah Nichkhun yang sedang ke dapur untuk mengambil buah-buahan dan sayur sebagai pelengkap untuk makan nanti.

“Tidak apa-apa lain kali berhati-hatilah” Nichkhun mengeluarkan kata-kata lembutnya disertai dengan senyuman ramah yang bertengger di wajah tampannya, benar-benar seperti malaikat

“Kenapa kamu memandangiku terus, awas hati-hati terpesona padaku” ucap Nichkhun seduktif membuyarkan lamunan Junho “Atau jangan-jangan kamu sekarang baru sadar kalau seharusnya akulah yang kamu pilih bukan Channie?”

“......ttt-ttentu saja tidak hyung”

“Ah itu sudah cerita lama....” Junho masih terlalu terkejut ketika sebuah teriakan terdengar

 

Sementara itu di taman belakang

Chansung yang baru kembali dari gudang untuk mengambil arang terkejut karena ia tidak melihat adanya Junho di taman belakang dan lebih terkejut lagi ketika ia menyadari Nichkhun juga tidak ada di sana

“Ibu di mana Nuneo?”

“Aah ibu menyuruhnya mengambilkan gunting”

“Lalu mana Khun-hyung?”

Tuan Horvejkul yang sedang berkutat menata meja pun bersuara “Ayah menyuruhnya mengambil buah dan sayur”

Chansung sangat terkejut dengan fakta tersebut, ‘jadi Junho dan Khun-hyung di dapur bersama’ kekhawatiran mulai menjalari pikirannya, segera ia memanggil Junho

“Nuneo!! Kamu di mana???”

 

Suara teriakan Chansung menginterupsi kalimat Nichkhun yang belum terselesaikan tadi

“Lihat suami ‘tercinta’ mu sudah mencarimu, sana cepat pergi” Nichkhun memberikan penekanan pada kata ‘tercinta’ yang membuat Junho bertambah bingung,

“Nuneo....”

“Nuneo-yah...”

Namun lagi-lagi karena suara teriakan Chansung yang terdengar semakin keras mau tidak mau membuat Junho harus segera meninggalkan Nichkhun meski dengan sejuta tanya masih tersimpan dalam pikirannya

“Saya permisi dulu hyung” dengan segera ia meninggalkan dapur menuju ke taman belakang kembali.

“Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu lama sekali?” cecar Chansung ketika ia melihat Junho berjalan ke arahnya.

Junho terkejut dengan sikap Chansung tersebut karena sehari-hari Chansung bukan merupakan orang yang mudah terpancing emosinya

“Apakah kamu tersesat?” Chansung menambahkan dengan nada yang lebih bersahabat, seolah-olah menyadari ketakutan Junho

“Tidak...aku hanya bingung mencari tempat guntingnya. Aku belum hafal....”

Nyonya Horjevkul yang mendengar hal tersebut membelanya

“Aaah iyaa, ibu lupa memberitahukannya padamu Nuneo, maafkan ibu yaa”

Kekakuan pada wajah Chansung yang sempat terlihat di mata Junho kini melunak, membuat Junho kembali bisa bernafas lega.

Usai kejadian tersebut pertemuan keluarga berlangsung seperti biasa kembali, hingga tiba saatnya Junho dan Chansung berpamitan. Tidak ada kejadian yang aneh lagi terlihat, tampak seperti keluarga normal lainnya.

Dalam perjalanan pulang, rasa penasaran Junho semakin memuncak, ia memberanikan diri bertanya pada Chansung

“Channie bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”

“Mmm....tentang apa?” jawab Chansung dengan tetap fokus pada jalananan di depannya

“Khun-hyung..” begitu mendengar kata tersebut Junho dapat melihat sedikit perubahan ekspresi wajah Chansung, namun tampak Chansung menutupinya, ia berusaha biasa aja

“Ada apa dengan Khun-hyung? Apakah dia berbuat aneh-aneh padamu?”

Tentu saja Junho terkejut dengan jawaban Chansung tersebut

“Tentu saja tidak, justru aku mengira kamu lah yang ada masalah dengannya. Apakah kamu ada masalah dengan Khun-hyung?”

“Syukurlah..... Tidak, aku baik-baik saja dengan Khun-hyung, tidak ada masalah apa-apa. Apakah aku terlihat dalam kondisi buruk dengan hyung-ku?”

Sebenarnya Junho masih tidak puas dengan jawaban Chansung, namun Junho khawatir bila ia mendesak Chansung lebih lanjut, Chansung akan tersinggung.

Ya setidaknya memang dari luar hubungan Chansung dan Nichkhun tampak berjalan dengan baik-baik saja, sehingga lebih baik Junho mengikuti Chansung

“Tidak juga, kalian tampak baik-baik saja” ‘dari luar’ namun kata-kata terakhir tersebut hanya Junho ucapkan dalam hati.

“Aku hanya membayangkan saja, sepertinya menyenangkan ya punya hyung? Kalian bisa bermain dan bercanda sepuasnya, tidak perlu mempermasalahkan hal simpel” tambah Junho berusaha mengalihkan perhatian Chansung

“Oooh, karena itu, ya begitulah ada menyenangkannya ada juga tidaknya. Tapi aku rasa semua saudara seperti itu, bukankah kamu juga memiliki noona pasti kamu juga merasa ada yang menyenangkan ada tidaknya bukan?”

“Mmm...kau benar juga ya..hehehe”

“Eiiiiiy kau ini. Pasti kau sering mengomentari noona-mu ya?”

“Tentu saja, kalau seorang yeoja tentu saja tidak boleh memakai pakaian terlalu ketat atau rok terlalu mini, aku harus ikut menjaga kehormatan kakakku”

“Hahahaha itu terdengar sangat kamu sekali Hwangjae-nim, cerewet untuk hal sepele”

“Yaa!!!”

“hahahaha...” kini mereka kembali bercanda santai sepanjang sisa perjalanan pulang.

Fyuh Junho bisa bernafas lega, tampaknya Chansung tidak terlalu mempermasalahkan mengenai Nichkhun tadi, namun Junho berjanji dalam hati suatu ketika ia akan mendapatkan kenyataan yang sebenarnya.

 

Hari-hari berlalu kembali dengan cepat, Chansung dan Junho mulai menikmati peran baru mereka sebagai pasangan. Mereka mulai menemukan ritme yang sesuai dalam hal pekerjaan dan urusan rumah, sehingga tidak menghambat satu sama lain, meskipun sebenarnya memang tidak banyak terjadi perubahan karena setiap harinya mereka disibukkan dengan pekerjaan masing-masing, sedangkan urusan rumah, tugas sudah dibagi dengan baik oleh Junho.

Weekend kini sudah menyapa mereka kembali, nyonya Horvejkul lagi-lagi mewanti-wanti pasangan Chansung-Junho untuk datang ke rumahnya tepat waktu. Ayolaah ini sudah merupakan jadwal mingguan yang tidak mungkin mereka lupakan, karena ini sudah menjadi rutinitas wajib mereka.

Namun nyonya Horvejkul yang kita bicarakan di sini, tentu saja ia akan selalu mengingatkan mereka sampai benar-benar muncul di depannya, oiya jangan lupakan beberapa hari setelah acara barbeque minggu lalu, datang sebuah paketan besar di kediaman pasangan Channuneo.

Tentu saja keduanya sangat terkejut ketika paketan tersebut datang, karena merasa tidak membeli sesuatu online (meskipun berbelanja online adalah hobby Junho) namun kali ini ia benar-benar tidak melakukan order apapun, sesaat ia melihat tulisan yang tertera pada bungkus paketan tersebut ‘untuk Junho dan Chansung’ tidak salah lagi, itu adalah untuk mereka.

Junho melirik Chansung, namun tampak Chansung juga hanya bisa memandang takjub pada ukuran paketan tersebut. Bagaimana tidak, sebuah bingkai berukuran 2X1 m terbungkus dengan rapi. Dan rasa shock tersebut seakan tidak berakhir begitu saja ketika Chansung membuka bungkusnya tampak foto Chansung tengah mencium Junho saat makan malam bersama keluarga mereka 2 minggu lalu. Dan foto tersebut tampak sangat elegan dengan kualitas yang menyerupai foto yang diambil oleh fotografer profesional saat pernikahan, membuat mereka berdua bersemu.

“Aaarghhh...ibuuu........” Chansung mengerang frustasi, dan seolah terdapat ikatan batin yang kuat ponsel Chansung pun berbunyi, menampakkan ‘Ibu’ pada ID penelponnya

Segera Chansung mengusap layar ponselnya untuk menjawab panggilan ibunya tersebut “Halo Channieee...”

“Halo ibu ke...”

Nyonya Horvejkul memotong ucapan Chansung “Mana Junho? Ibu mau berbicara dengan Junho”

Chansung memberikan ponselnya pada Junho, seolah mengerti kode Chansung, Junho segera menerima ponsel tersebut tanpa bertanya apapun pada Chansung

“Halo ibu...”

“Halo Nuneo sayang...aah keputusan tepat untuk memilih berbicara denganmu. Hihihi sekarang alihkan ponselnya agar menjadi loud speaker nak, biar Channie juga ikut mendengarkan” meskipun Junho bingung, ia menuruti kata-kata mertuanya tersebut, ia kemudian menjauhkan ponsel Chansung dari telinganya dan menekan tombol loud speaker pada layarnya

“Halooo...Chan..Nuneoo..”

“Ya ibu...”

“Apakah kalian sudah menerima kiriman dari ibu?”

“Mmmm.......apa maksud ibu?” jawab Chansung dengan kesal

“Tentu saja kalau ibu membiarkan saja kalian tidak akan segera memajang foto pernikahan kalian tersebut, jangankan memajang mencetaknya pun pasti kalian enggan. Karena itu sebentar lagi akan ada pesuruh ibu datang untuk memasangkan foto tersebut di ruang tamu kalian, kalian jangan pergi keluar dulu ya dan jangan usir orang suruhan ibu karena itu sangat tidak sopan, mengerti?”

“Tapi bu....”

“Tidak ada tapi-tapian Channie...biarkan orang suruhan ibu nanti yang memasang dan menata ruang tamu kalian kembali, ibu sudah memberi instruksi pada mereka, kalian berdua cukup membukakan pintu saja, dan awas saja kalau sampai kalian usir mereka”

“Tapi....”

“Ssssshhh..ibu tidak mau mendengar adanya bantahan Channie. Nuneo pastikan suamimu tidak menghambat pesuruh ibu, oke?”

Chansung menatap Junho tajam, mengisyaratkan agar Junho menolak keinginan ibunya tersebut

“Tapi...”

“Ayolaah Nuneo sayaang....apakah kamu akan menolak keinginan ibu mertuamu ini?” yap, nyonya Horvejkul kini mengeluarkan kartu AS yang pasti ditakuti oleh semua menantu,  ‘keinginan ibu mertua’, membuat Junho mau tidak mau takluk dan pasrah akan kata-kata mertuanya tersebut

“Baik ibu....”

“Naaah begitu kan lebih baik. Hihihi okee deeh kalau begitu sampai jumpa weekend nanti Channie, Nuneo, love you... mmuaaah” tuut....tuuut....tuuuut.....dan seiring dengan bunyi tersebut berakhirlah sambungan telpon dari nyonya Horvejkul yang tak lama kemudian disambung dengan bunyi bel rumah yang kembali berdering menandakan ada tamu datang ke apartemen pasangan tersebut.

Ya sesuai dengan titah nyonya Horvejkul, orang suruhan nyonya Horvejkul sudah tiba di kediaman pasangan Channuneo dan segera melaksanakan tugasnya. Mau tidak mau Chansung dan Junho hanya bisa pasrah menyaksikan pesuruh nyonya Horvejkul mendekorasi ulang ruang tamu mereka.

Setelah pekerja tersebut pulang, kini tinggallah Chansung dan Junho memandang pasrah foto mereka berdua yang terpajang dengan sangat jelas di ruang tamu. Rasa bersalah pun mulai menghantui Junho

“Channie...maafkan aku, aku tidak bermaksud...”

“Tak apa, aku mengerti Nuneo, begitulah ibuku kalau sudah punya keinginan. Maafkan aku juga, sudah membuatmu berada dalam situasi ini”

Hembusan nafas panjang kini terdengar dari keduanya, tampak mereka berdua saling memahami apa yang mereka rasakan saat ini

“Sudahlah tidak ada yang salah dalam hal ini” ucap Junho bijak

“Mmm....kau benar..” Chansung hanya bisa mengangguk pasrah

Tak lama kemudian ponsel Junho berdering, dengan ID ‘Eomma’ Junho memutar matanya, tampaknya ia paham akan apa yang sebenarnya terjadi dibalik insiden foto tersebut

“Nuneo sayaang....bagaimana bingkai fotonya apakah kamu suka? Eomma dan appamu sendiri yang memilihnya”

“Mmm......” Junho hanya menjawab dengan sebuah gumaman

“Bagaimana Channie? Apakah dia menyukainya”

“Mmm....iya dia menyukainya”

“Apakah sudah kalian pajang?”

“Mmm......”

“Sungguhan? Di ruang tamu kan?”

“Iyaa eomma....”

“Syukurlah, eomma minta buktinya nak, kirimkan fotonya yaaa, eomma tunggu... Kalau begitu sampaikan salam kami untuk Channie ya sayang, byee...” tuut....tuuut....tuuuut.....dan dengan bunyi tersebut berakhir pula sambungan telpon dari nyonya Lee

Junho hanya bisa memandang Chansung dengan tatapan pasrah dan seolah memahami apa yang terjadi Chansung hanya bisa menganggukkan kepalanya pada Junho dan membalasnya dengan tatapan yang tak jauh berbeda, mereka berdua kembali menghembuskan nafas panjang sembari memandang foto tersebut.

 

Kembali pada saat ini, Junho hanya bisa memandang tajam foto besar yang terpajang di ruang tamunya tersebut sambil mengingat kembali memorinya beberapa hari yang lalu. Kedua orang tua mereka benar-benar ‘menghukum’ mereka dengan setimpal.

“Nuneo...foto tersebut tidak akan ikut mengecil hanya karena kamu memandanginya dengan mata kecilmu, ayo berangkat, ibu sudah menelpon lagi”

Tangan Junho segera menarget lengan Chansun

#Plakk

“Akkkhhh...sakit Nuneo..”

“Kau yang memintanya :p”

 

Kini mereka berdua sudah tiba di kediaman Horvejkul, namun ada yang aneh di sini. Bila biasanya nyonya Horvejkul akan segera keluar menyambut anak dan menantunya tersebut, kini justru hanya keheningan menyapa mereka berdua.

Chansung dan Junho segera berjalan ke arah dapur untuk memastikan apakah keluarganya tersebut ada di sana dan benar saja tampak mereka sedang asik bercengkerama dengan akrabnya di dapur. Dan tunggu dulu, siapakah orang yang berperawakan mirip dengan Junho yang saat ini sedang membelakangi Chansung dan Junho?

Suara Chansung menginterupsi pikiran Junho “Kami datang...”

Sontak keluarga tersebut menoleh ke sumber suara yang menyapa mereka tak terkecuali sosok asing tersebut

“Selamat datang....” sapa tuan Horvejkul ramah

“Halo Channie....” sapa sosok yang yang berperawakan mirip Junho tersebut. Dan betapa terkejutnya Junho ketika sosok tersebut tersenyum dengan sangat manis ke arah mereka, menampakkan tidak hanya perawakannya yang mirip namun juga wajah yang sangat mirip dengannya.

#Deg..... mengapa kini firasat buruk mulai menyapa Junho........

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
brat2104 #1
Chapter 8: Tolong sambung cerita ini... Please....
Galangaalpinia
#2
Chapter 8: Kakak dilanjut dong..... penasaran bgt soalnya, semangat.....!!!
Amaliaambar
#3
Chapter 7: Doorr sapaa tuh yg dtg hayooo ditunggu chap selanjutnya ya author-nim fighting
NobuMoru #4
Ditunggu thorrr chap selanjutnya, fighting!!
Amaliaambar
#5
Chapter 6: Ihh kok mereka ga sekamar sihhh ah ga seru nih chan cemen ga berani sekamar ama nuneo padahal kan udh sah hahahahah
thanks for update this chapter author-nim ditunggu kelanjutannya
Amaliaambar
#6
Chapter 5: Maaf baru bisa komen author-nim aaahh fav couple channuneo❤
Dasar channie pabbo wakakak
lanjut update author-nim semangaatt
adeloveskyu #7
Chapter 5: sweet channuneo ^^ chemistry..
ayudaantariksa #8
Chapter 4: Mwoo waee, kenapa mereka malah mau berantem di akhirrr, padahal awalnya manis, tapi kenapa jadi beginii authornimmm ㅠㅠ
ovygaara
#9
Chapter 3: Aahhh.... beautifull storyy... where i can find a man like chansung?? He is sooo gentle and sweet.... bener2 sosok laki2 yg bener2 'lakik' berkomiten dan ga banyak basa basi.

Ditunggu chap selanjutnya thornim~ fighting ^^
ayudaantariksa #10
Chapter 3: Kyaaaa, lanjut authornim , buat mereka menikah dan bahagiaaa ㅋㅋㅋㅋ 호이팅 .