Chapter 4

Our Happy (?) Marriage

“Baiklah, aku terima lamaranmu Chansung-ah. Aku bersedia menikah denganmu. Kamu benar, tidak ada ruginya aku menikah denganmu. Percuma juga membuang waktuku untuk bermain-main, ini semua lebih masuk akal. Yang aku lihat memang lebih baik kalau kita bersama, bekerjasama saling membantu dan mendukung untuk mencapai tujuan-tujuan kita nantinya, bukankah begitu partner?” Junho mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Chansung

Chansung menyambut uluran tangan Junho “Terimakasih partner, aku tau kamu tidak akan mengecewakanku” Chansung dan Junho saling berjabat tangan dan tersenyum.

“Aku juga tau kamu tidak akan mengecewakanku partner” jawab Junho.

Ya Junho dengan segala logikanya menerima lamaran Chansung dan bersedia menikah dengan Chansung. Bagi mereka berdua ini adalah hal yang sangat masuk akal dan saling menguntungkan. Junho kembali teringat awal-awal pertemuannya dengan Chansung dulu, ya mereka berdua memang sepemikiran

hidup tidak cuma butuh cinta saja bukan? kebahagiaan dan cinta itu hanya bonus dalam kehidupan, tapi begitulah kenyataan hidup, kita tetap harus menjalaninya sesuai dengan tanggung jawab kita entah kita bahagia atau tidak. Bukankah lebih baik bagi kita untuk hidup dalam realita saja?

Junho tersenyum mengingat kembali obrolannya dengan Chansung dulu dia tidak menyangka suatu ketika obrolan mereka itu benar-benar menjadi tumpuan dasar dalam hidup mereka selanjutnya.

Chansung tersenyum menatap Junho “Hmmm sebaiknya kita segera memberi tahu orang tua kita masing-masing mengenai rencana pernikahan kita. Kalau nanti kamu sudah membicarakannya dengan orang tuamu, aku akan segera menemui keluargamu. Bila memungkinkan kita bisa menikah secepatnya, bulan depan mungkin kita bisa menikah karena projek kita sudah selesai sepenuhnya bulan depan, apakah kamu setuju? Oiya mengenai pesta pernikahannya aku sendiri menginginkan tidak perlu adanya pesta cukup kita berdua saja pergi ke kantor catatan sipil untuk mendaftarkan pernikahan kita, tapi kalau kamu ingin pesta aku pun tidak keberatan, bagaimana Junho?”

“Kamu lupa bagaimana tidak sukanya kita pada pesta pernikahan? Jadi tentu saja aku setuju dengan idemu Chansung-ah tidak perlu mengadakan pesta berlebih-lebihan yang penting legal dan sah, selesai. Aku malas repot-repot mengurus pesta belum lagi biaya yang harus dikeluarkan. Mengenai waktunya bulan depan aku oke-oke saja mumpung aku belum ada projek baru dan projek kita juga sudah selesai 2 minggu lagi jadi aku ada waktu mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan”

“Oke, deal” ucap Chansung sambil tersenyum menatap Junho

“Deal” Junho juga ikut tersenyum ke arah Chansung

“Apakah besok kamu ada waktu Chansung-ah?”

“Iya, aku besok free kenapa Junho?”

“Kalo kamu memang free, bagaimana kalo besok kamu sekalian aku ajak ke rumah orang tuaku di Ilsan?” tanya Junho

“Oke siap. Heii sepertinya kamu bersemangat sekali mau menikah denganku? Hahaha” ejek Chansung

“Enak saja siapa juga yang bersemangat!! Aku cuma tidak mau berubah pikiran saja, mumpung aku belum berpikir terlalu macam-macam dan batal setuju untuk menikah denganmu, aku baik kan?” ejek Junho balik

“Hahahaha terserah kamu saja lah aku tau itu hanya kedokmu saja Junho, kamu sebenarnya juga menginginkan pernikahan ini segera terjadi kan? :p ” Chansung menjulurkan lidahnya ke arah Junho

“Tidaaaak !!!! baiklaah kita tidak usah ke Ilsan besok, kita tunda saja lain waktu siapa tau aku mendapatkan pencerahan dan bisa menolak lamaran untuk menikah denganmu” ancam Junho dengan muka merah padam karena malu dan emosi

“hahahaha maafkan Junho-yah, jangan ngambeg yaa, iyaa iyaaa kamu benar hwangjae, kamu baik sekali mau bekerjasama denganku, apapun asal kamu puas deh hwangjae, ku iyain saja biar cepat” ucap Chansung dengan muka memelas yang dibuat-buat

“Hwangjae?? Wae??” tanya Junho keheranan

“Karena kamu keras kepala dan selalu benar :p ” Chansung menjulukan lidahnya

“Ya!!!” bentak Junho sambil memukul bahu Chansung, Chansung lalu meringis menahan sakit sambil tertawa. Suasana diantara keduanya kini sudah lebih santai dan bersahabat.

“Kamu sudah makan?” tanya Junho, ya walaupun tampaknya Junho ceplas ceplos dan galak namun sebenarnya ia adalah orang yang sangat penyayang dan perhatian pada orang-orang terdekatnya.

“Belum, mau keluar makan malam?” ajak Chansung

“Hmm ide bagus, ayok !!” Junho lalu berdiri dan mengajak Chansung keluar

Mereka lalu keluar berjalan kaki menuju kedai pizza yang ada di sebrang gedung apartement Junho, di sepanjang perjalanan mereka terkadang bercanda atau kadang suasana kembali hening karena mereka sama-sama asik dengan pikirannya sendiri, well terlalu banyak hal yang terjadi dalam sekejap. Sesampainya di kedai pizza mereka segera memesan dan memilih duduk pada tempat duduk di lantai 2 yang didesain untuk 2 orang saja, kebetulan malam itu tempat tersebut sedang tidak begitu ramai sehingga mereka memutuskan untuk makan dan ngobrol di situ. Pesananan pun datang dan tentu saja Chansung maupun Junho langsung berlomba-lomba melahap pizza tersebut karena memang mereka berdua belum makan malam.

Saat Chansung sedang asik mengunyah pizzanya Junho tiba-tiba teringat sesuatu  “Chansung dengarkan, mulai besok aku akan memanggilmu Channie, jaga body languange-mu tampakkan kalo kita memang benar-benar saling mencintai, mengerti??”

uhhuuuuukkkkk uhhuuuuukkkkk uhhuuuuukkkkk Chansung tesedak, Junho segera berdiri mendekat menuju kursi Chansung, dengan tangan kiri menepuk-nepuk pundak Chansung dan tangan kanan mengambil segelas air putih di meja mereka “Aiish, makanya pelan-pelan kalau makan!!” omel Junho

Chansung meminum air putih tersebut dan Junho kembali ke tempat duduknya, “Wae??” tanya Chansung dengan muka yang penuh dengan tanda tanya

“Yaaaa!! Paboooo!! Tentu saja karena ada orang tuaku! Aku tau kamu tidak suka ide ini sama sepertiku yang juga merasa tidak nyaman, tapi kita harus tampil acting semeyakinkan mungkin agar orang tuaku tidak curiga akan hubungan kita, karena orang tuaku baru mengijinkan aku menikah kalau mereka lihat memang aku dan pasanganku terlihat saling mencintai, mereka tidak ingin aku tidak bahagia karena cinta yang bertepuk sebelah tangan” jawab Junho dengan telinga yang mulai memerah, ya pembicaraan semacam ini tentu saja membuat malu Junho

Chansung memiringkan kepalanya ke kanan masih dengan tatapan tanda tanyanya

Junho menarik nafas panjang “Aku tau, mungkin memang terdengar aneh tapi orang tuaku adalah orang yang percaya akan cinta dan hal-hal semacam itu, jadi mohon kerjasamanya tuan Chansung”

“Aaaaaaaaah......begitu ceritanya” jawab Chansung sambil mengangguk-anggukkan kepalanya “Kalo begitu aku akan memanggilmu Nuneo” Chansung kemudian tersenyum lebar, merasa bangga karena dia juga bisa membuat panggilan ‘sayang’ untuk calon pendampingnya tersebut

“Aiiiish!!!! Mollaaaa!!! Terserah kamu saja lah!!!!!” muka dan telinga Junho sudah sangat merah sekarang

Chansung yang melihat kejadian tersebut menjadi cekikikan karena merasa terhibur, menemukan sisi lain dari seorang Lee Junho

“Aigoooo Nuneoku menggemaskan sekaliiiii.....”

Plak Junho memukul bahu Chansung keras, Chansung meringis kesakitan namun masih tetap cekikikan, hingga Junho pun akhirnya ikut tertawa karena melihat wajah pabo Chansung walaupun telinga Junho masih merah tentunya.

Makan malam pun berlanjut dengan damai dan hangat, selesai makan Chansung segera berdiri menuju ke kasir dan membayar makan malam mereka kemudian mengajak Junho pulang.

“Besok kita berangkat naik kereta jam 9 ya Chansung-ah. Ketemu langsung di stasiun jam 8.30 jangan telat!” ucap Junho

“Siap Nuneo hwangjae!!!” jawab Chansung sambil mengangkat tangan kanannya ke dahi dengan posisi hormat

“Channie pabo!!!!” Junho memukul bahu Chansung dengan keras kemudian berlari kecil meninggalkan Chansung sambil menjulurkan lidahnya.

“Aaaaaakhh, awas kamu Lee Junhooo!!!”

Mereka kemudian berpisah pulang ke kediaman masing-masing. Sesampainya di apartemen Junho kemudian duduk di sofa yang ada di ruang tamunya ia menarik nafas panjang, mengambil hp nya kemudian mendial nomer telepon yang sudah tidak asing baginya, jantungnya berdebar menanti telpon tersebut diangkat

“Haloo.....”

“Haloo....eomma... apa kabar?”

“Nuneo.....eomma sehat nak, bagaimana kabarmu?”

“Sehat juga eomma, bagaimana kabar appa?”

“Sehat nak, ada apa Nuneo sayang? Tumben sekali kamu telepon malam-malam begini?”

“Hmmm, eomma sebenarnya besok aku mau pulang ke rumah?”

“Waaaaaaahhhhhh....akhirnyaaa pulang juga kamu nak, kebetulan sekali eomma dan appamu di sini juga merindukanmu, eomma kira kamu sudah lupa pada rumahmu di sini hihihi” jawab nyonya Lee dengan nada ceria

Deg untuk sesaat Junho merasa bersalah karena memang ia sangat jarang pulang karena pekerjaannya, selain itu memang dia malas karena nanti keluarganya akan bertanya tentang hal-hal itu-itu saja mengenai pasangan dan kapan menikah yang membuatnya semakin malas pulang “Eomma.... mana mungkin aku melupakan rumahku sendiri. Maafkan aku eomma belakangan ini aku agak sibuk jadi aku jarang pulang”

“Tentu saja eomma mengerti nak, tidak apa-apa Nuneoo tidak usah merasa bersalah seperti itu. Kalau memang kamu sedang sibuk, tidak usah dipaksakan untuk pulang nak.”

“Ehmmmmm.... eomma............. sebenarnya aku pulang ke rumah mau membawa calon pendampingku, aku mau memperkenalkannya pada eomma dan appa”

.....................................hening

“Eomma...halooo...Eommaa... apakah eomma masih di situ??”

“Iya nak......” kembali hening

“Eomma kenapa diam saja?? Apakah ada yang salah eomma?”

“Hmmm..... tidak....maafkan eomma Nuneo, eomma hanya kaget saja, sejak kapan kamu punya pacar? Kenapa tidak cerita pada eomma? Kamu kan biasanya cerita-cerita pada eomma”

“Ah maafkan aku eomma aku sengaja tidak cerita-cerita karena inginnya kalau memang sudah serius saja baru mau ku kenalkan pada eomma dan appa” ‘aiiiishh kebohongan macam apa ini Lee Junho’ batin Junho. Bagaimana mungkin ia bercerita karena memang kenyataannya dia tidak mempunyai pacar.

“Aigoooo..... uri Nuneo sudah dewasa tampaknya sekarang. Hihihi baiklah nak eomma akan sampaikan pada appa, besok sepertinya kita harus makan-makan ini menyambut calon menantu hihihi” suara dan tawa kecil nyonya Lee terdengar sangat bahagia

“Eomma tidak usah repot-repot, kami hanya sebentar eomma, malamnya kami langsung pulang”

“Ssssstttt!! Tenang saja Nuneo sayang eomma tidak akan repot-repot kok”

“Baik Eomma, sampaikan pada appa ya, aku mau tidur dulu, selamat malam eomma”

“Selamat malam Nuneo sayang”

Fyuuuh Junho lalu meletakkan hp nya. “Semoga nantinya eomma tidak pernah tau alasanku menikah dengan Chansung, setidaknya ijinkan eomma dan appa melihatku tampak bahagia agar mereka tidak terbebani pikiran tentangku lagi Tuhan” gumam Junho

Sementara itu di kediaman tuan dan nyonya Lee, usai menutup telpon nyonya Lee segera berteriak-teriak kegirangan menyampaikan pada suaminya bahwa putra kesayangan mereka, Lee Junho, besok akan pulang membawa calon menantu bagi mereka. Tuan Lee pun sama halnya dengan nyonya Lee yang antusias mendengar berita tersebut. Ya orang tua Junho memang sudah lama berharap Junho segera membawa calon pendamping hidup, beliau ingin memiliki menantu sejak lama, mereka sempat khawatir Junho tidak mau menikah karena beberapa kali Junho mengatakan tidak berminat untuk menikah sehingga sejak saat itu tuan dan nyonya. Lee selalu berusaha merayu Junho untuk segera menikah.

Keesokan harinya Chansung dan Junho bertemu di stasiun seperti yang mereka sepakati malam sebelumnya. Chansung nampak gagah dan tampan dengan kemeja putih dan celana coklatnya sedangkan Junho tampak manis dengan kaos putih dengan blazer dan celana hitam. “Apakah kamu sudah siap?” tanya Junho dengan senyum yang tampak menantang

“Tentu saja!” jawab  Chansung dengan mantap. Beberapa jam kemudian mereka telah sampai di Ilsan.

Tuan dan nyonya Lee sudah antusias menjemput kedatangan mereka berdua di stasiun. Junho melambaikan tangannya pada orang tuanya tersebut “Eomma !! Appa!!” ia lalu berlari kecil dan memeluk eomma dan appanya “Eomma, appa, aku merindukanmu..”

Tuan dan nyonya Lee menyambut pelukan Junho dengan hangat, “Kami juga merindukanmu nak” Junho lalu menggandeng lengan kedua orang tuanya, Junho berada di tengah-tengah tuan dan nyonya Lee dan berjalan ke arah Chansung dengan wajah yang tampak riang.

Chansung yang melihat kejadian tersebut mau tidak mau ikut tersenyum, menyaksikan untuk pertama kalinya Junho tampak seperti anak kecil yang manja di depan orang tuanya, berbeda dengan Junho yang keras dan mandiri seperti yang Chansung lihat biasanya.

“Ah eomma, appa, perkenalkan, ini.....errrrmmm..., Channie” ucap Junho sambil menunjuk Chansung yang sekarang berada di hadapan mereka, blush seketika pipi dan telinga Junho memerah, tuan dan nyonya Lee tersenyum geli melihat anaknya yang tampak malu-malu tersebut

“Perkenalkan saya Hwang Chansung” ucap Chansung sambil membungkukkan badannya, kemudian mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan tuan dan nyonya Lee. “Aigoo kamu tampan sekali nak, pantas saja Nuneo jatuh hati padamu hehehe” canda nyonya Lee

“Eomma !!!” teriak Junho sambil menyikut eommanya

“Ayolah Nuneo jangan malu-malu, tak apa kan memang kamu punya pacar yang tampan begini, kamu mestinya bangga” ucap tuan Lee tak mau kalah

“Appa !!!” kini Junho sudah merah padam karena kedua orang tuanya justru mem-bully-nya

“Ah anda bisa saja tuan dan nyonya Lee, justru saya yang beruntung bisa mempunyai pacar semanis dan sebaik Junho” jawab Chansung sambil tersenyum, terlihat sangat natural, Junho menatap Chansung dengan takjub, kagum pada akting Chansung yang benar-benar tampak meyakinkan

“Aigoooo dua anak ini tampaknya memang sedang dimabuk cinta chagiya.” ucap nyonya Lee sambil mengedipkan matanya ke arah tuan Lee “Oiya panggil saja kami eomma dan appa saja ya. Bukankah kamu kekasihnya Nuneo? Itu kan berarti kamu calon anak kami juga” nyonya Lee dan tuan Lee lalu tertawa jahil, sedangkan muka Junho dan Chansung memerah karena malu.

“Ayo kita segera pulang!” ajak tuan Lee. Mereka lalu pulang menunju kediaman tuan dan nyonya Lee dengan mengendarai mobil tuan Lee, sepanjang perjalanan tuan dan nyonya Lee berusaha menetralkan suasana dengan menanyakan hal-hal kecil kepada Chansung karena mereka tidak ingin Chansung merasa tersisihkan dari pembicaraan keluarga mereka.

Sesampainya di kediaman keluarga Lee mereka lalu makan dan dilanjutkan dengan mengobrol di ruang keluarga, dengan tuan dan nyonya Lee duduk berdampingan berhadap-hadapan dengan Junho dan Chansung yang juga duduk berdampingan “Mohon maaf sebelumnya, apabila appa dan eomma tidak keberatan, saya akan menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan hubungan saya dan Junho apakah diijinkan?” ucap Chansung dengan meyakinkan

“Tentu saja nak, jadi ada apa sebenarnya?” tanya tuan Lee

“Jadi kedatangan saya ke sini memang ada beberapa tujuan yang pertama saya bermaksud memperkenalkan diri saya, yang kedua saya ingin melamar Lee Junho”

“Melamar Nuneo??” tanya nyonya Lee dengan wajah keheranan

“Iya eomma, saya bermaksud serius dengan Nuneo dan ingin melanjutkan ke jenjang selanjutnya karena kami rasa kami cocok dan bisa melengkapi satu sama lainnya”

Tuan dan nyonya Lee tampak ragu dan sempat enggan menjawab lamaran Chansung karena mereka merasa belum begitu mengenal Chansung, namun setelah beberapa kali Chansung dan Junho berargumen berusaha meyakinkan kedua orang tua Junho tersebut, nyonya Lee akhirnya bersuara “Bagaimana ya ini.......hmm............. kalo eomma siih ikut apa kata Nuneo saja, eomma hanya ingin Nuneo bahagia, bagaimana denganmu chagiya?” nyonya Lee melirik ke arah tuan Lee

Tuan Lee tampak berpikir sejenak kemudian menjawab, “Appa juga akan menyerahkan keputusan ini padamu Nuneo, apa kamu yakin? Appa tidak akan menghalangimu nak, tapi appa hanya khawatir, kamu belum pernah membicarakan sama sekali tentang hal ini pada kami dan tiba-tiba saja kamu mau dilamar, sudahkah kamu pikirkan baik-baik? Appa masih ingat betul kamu sangat tidak suka membicarakan mengenai pernikahan, bahkan kamu selalu mengelak bila ditanyai mengenai hal ini” ya tuan Lee bahkan dengan terbuka mengatakan hal ini di depan Junho dan Chansung agar mereka berdua mengetahui apa yang membebani pikirannya tersebut

“Appa..Eomma...sebenarnya aku sudah cukup lama mengenal Channie hanya saja aku tidak berani mengenalkannya pada appa dan eomma sebelum aku benar-benar yakin, dan setelah menjalani hubungan dengan Channie aku merasa sudah yakin untuk memilih Channie menjadi pendamping hidupku, setelah bertemu dengan Channie membuatku berpikir bahwa memang tidak ada salahnya untuk menikah. Aku melakukan ini bukan karena paksaan ini murni karena keinginan kami sendiri dan aku harap appa dan eomma bisa mengerti dan merestui kami” jawab Junho

“Ya karena Nuneo sendiri sudah mau ya kami akan merestui kalian tapi ingat ya Channie kamu harus membahagiakan Nuneo, kalau sampai dia tidak bahagia bersamamu appa dan eomma tidak akan segan-segan membuatmu menderita” hardik tuan Lee

“Tentu appa, saya akan selalu berusaha untuk membahagiakan Nuneo, karena saya sangat beruntung bisa dipilih oleh Nuneo” jawab Chansung sambil tersenyum, berusaha menyembunyikan rasa takut di hatinya.

“Eiiiiiy, chagiyaa kamu menakut-nakuti calon menantu kita, sudahlah mereka berdua kan sudah dewasa pasti sudah bisa berpikir mana yang terbaik bagi diri mereka, biarkanlah mereka yang mengambil keputusan, toh nanti kalau ada apa-apa mereka sendiri yang menanggung akibatnya”

“Eommaaa.........”rengek Junho

“Hahahaha iyaa Nuneo sayang, eomma hanya mengatakan hal yang sebenarnya Nuneo, tidak ada maksud apa-apa. Eomma tidak menyangka Nuneo sudah sedewasa ini berani mengambil langkah besar dalam hidup Nuneo, eomma bangga padamu nak” jawab nyonya Lee sambil mengacungkan jempol tangan kanannya ke arah Junho

“Terimakasih banyak eomma dan appa atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Saya berjanji akan membahagiakan dan menjaga Nuneo dengan sepenuh hati” jawab Chansung

“Kami percaya padamu nak, kami titipkan Nuneo padamu. Oiya apakah kamu sudah membicarakan ini pada keluargamu?” tanya tuan Lee pada Chansung

“Sudah appa hanya saja saya belum membawa Nuneo ke rumah, karena memang saya bermaksud untuk meminta ijin pada appa dan eomma dulu sebelum membawa Nuneo ke keluarga saya, tapi orang tua saya sudah tau mengenai Nuneo dan sudah menyetujui rencana pernikahan kami.”

“Tunggu, rencana pernikahan??” tanya nyonya Lee keheranan

“Iya eomma, appa, sebenarnya kami sudah merencanakan untuk segera menikah”
“Sesegera apa itu???” nyonya Lee memotong pembicaraan Chansung “Bulan depan eomma” jawab Junho

“Apa bulan depan Nuneo???? Apa-apaan kamu ini kenapa semendadak ini kamu bahkan tidak memberitahu kami Nuneo??!!!” tanya nyonya Lee dengan panik

“Chagiya tenangkan dirimu dulu pasti mereka mempunyai alasannya sendiri” tuan Lee mengelus-elus pundak istrinya agar tenang

“Tapi tidak semendadak ini.....lalu bagaimana persiapan kita?? Bagaimana pestanya, bagaimana undangannya, bagaimana cateringnya, bagaimana bajunya, bagaimana gedungnya, bagaimana...”

“Eomma...” potong Junho menyela kata-kata ibunya yang sudah panjang seperti rangkaian gerbong kereta api tersebut “Tenanglah....kami memang tidak bermaksud untuk mengadakan pesta besar-besaran kami hanya ingin ke kantor catatan sipil berdua untuk mencatatkan pernikahan kami jadi tidak perlu persiapan aneh-aneh eomma. Karena itu juga aku baru memberi tahu eomma dan appa sekarang supaya eomma dan appa tidak perlu repot-repot memikirkan hal-hal tidak penting seperti ini” lanjut Junho

“Tapi nak, kamu putra satu-satunya keluarga Lee, bagaimana mungkin eomma dan appa tidak mengadakan pesta pernikahan untukmu??!!”

“Eomma.......eomma tau sendiri kan aku tidak suka pesta pernikahan, aku juga tidak ingin menghambur-hamburkan uang hanya untuk pesta yang jelas-jelas aku tidak menikmatinya eomma. Maafkan aku eomma........tapi aku mohon eomma mengerti inilah yang lebih membuatku nyaman eomma” jawab Junho dengan menatap memelas ke arah kedua orang tuanya

“Lalu kamu Channie apakah orang tuamu setuju pernikahan anaknya hanya akan seperti ini?” jawab nyonya Lee. Nyonya Lee berharap orang tua Chansung tidak setuju, karena ya tentu saja orang tua mana yang tidak menginginkan pesta pernikahan bagi anaknya.

“Sebenarnya kedua orang tua saya menyetujuinya eomma, saya sudah membicarakannya dan beliau setuju-setuju saja kalau tidak ada pesta. Karena kebetulan saya sama seperti Nuneo, tidak begitu menyukai pesta pernikahan” jawab Chansung

“Tuuuh kaan eomma, orang tua Channie saja mau mengerti keinginan kami, masa’ eommaku sayang gak mau ngerti?” rayu Junho

Nyonya Lee memejamkan mata lalu menarik nafas panjang, “Baiklah eomma setuju” jawab nyonya Lee kesal

“Ayolah eomma...masa’ eomma tidak bahagia jika aku bahagia, harusnya eomma senang aku mau menikah bukan ngambek seperti ini eommaaaa...” rengek Junho manja

“Iyaaa...iyaaa......eomma mengerti uri Hwangjae” jawab nyonya Lee sambil mengangguk-anggukkan kepalanya

“Baiklah kalau begitu saya sekalian mohon ijin pada eomma dan appa untuk minggu depan membawa Nuneo ke rumah saya untuk memperkenalkan Nuneo pada keluarga saya. Lalu mungkin sekitar 2 minggu lagi saya dan keluarga saya akan ke sini untuk melamar Nuneo dan memperkenalkan kedua orang tua saya dengan eomma dan appa, apakah diijinkan eomma, appa?” tanya Chansung

“Iya nak, kami ijinkan. Tampaknya memang kalian berdua sudah merencanakan semuanya matang-matang, kami ikut dengan rencana kalian saja” jawab tuan Lee pasrah melihat Chansung dan Junho yang tampaknya sudah menyusun rencana sendiri

“Terima kasih banyak eomma, appa” jawab Chansung sambil tersenyum kemudian membungkukkan badannya

“Terima kasih banyak eomma, appa” sahut Junho, ia kemudian bangkit dari tempat duduknya dan mencium pipi kedua orang tuanya tersebut. Tanpa mereka sadari, mereka menitikkan air mata karena perasaan haru dan bahagia yang membuncah di hati keluarga Lee. Chansung hanya tersenyum menyaksikan hal tersebut kemudian mengusap air mata Junho ketika Junho sudah kembali duduk di tempat duduknya, seketika telinga dan muka Junho memerah karena Chansung. Tuan dan nyonya Lee pun ikut tersenyum menyaksikan hal tersebut sedikit banyak mereka lega melihat Chansung yang tampak perhatian dan baik pada putra mereka tersebut.

Sore harinya Junho dan Chansung berpamitan untuk pulang ke Seoul karena besok mereka harus masuk kerja, mereka berjanji akan ke Ilsan 2 minggu lagi bersama orang tua Chansung. Tuan dan nyonya Lee mengantar Chansung dan Junho sampai di stasiun dan menitipkan salamnya untuk keluarga Chansung di Seoul.

Sesampainya di dalam kereta Junho langsung bertanya kepada Chansung “Chansung apa maksudmu dengan orang tuamu sudah setuju?, dan minggu depan aku ke rumahmu? Kita belum membicarakan hal ini Chansung-ah”

“Ayolah Nuneo, masa’ kamu tidak mengerti juga, kan sudah jelas, aku sudah membicarakan hal ini pada orang tuaku dan mereka sudah setuju dengan semua rencana kita. Lalu tentu saja orang tuaku ingin bertemu langsung denganmu aku rasa itu hal yang wajar dan weekend minggu depan bukankah kamu tidak ada kerjaan toh projek kita juga sudah tidak memerlukan pengawasan langsung. Aku tidak mengingat kamu ada hal penting weekend minggu depan”

“Tapi......bertemu dengan orang tuamu.......Ehmmmm......bagaimana kalo setelah bertemu denganku mereka tidak menyukaiku?, apakah aku harus menemui mereka??”

“hahahaha Lalu kamu berharap kamu tidak bertemu dengan orang tuaku dan langsung menikah denganku? ini tidak lucu Junho-yah, kita akan menikah tentu saja kamu harus menemui mereka dulu sama seperti aku bertemu orang tuamu, kita harus saling memperkenalkan keluarga kita, tenanglah Nuneo aku sudah menjelaskan kepada orang tuaku jadi kamu hanya tinggal berangkat saja dan semuanya beres”

Junho hanya terdiam, ya memang untuk sesaat Junho lupa bahwa pernikahan bukan hanya tentang dia dan keluarganya saja tapi juga Chansung dan keluarganya. Hal itu yang luput dari pemikiran Junho, Junho panik, grogi dan takut karena dia sama sekali tidak tau mengenai keluarga Chansung bagaimana kalau ternyata keluarga Chansung sangat menakutkan tidak seperti keluarganya yang ramah dan bersahabat? Tunggu......bukankah Chansung juga tidak mengetahui sama sekali mengenai keluarga Junho?, jadi sebenarnya Chansung juga berada di posisi yang sama seperti Junho, tapi Chansung membuktikan ia mau untuk menemui orang tua Junho dan ia mau menunjukkan keseriusannya pada orang tua Junho bahkan ia berhasil meyakinkan orang tua Junho. Itu berarti Junho juga harus melakukan hal yang sama pada Chansung, Junho berusaha meyakinkan hatinya. Ketika Junho masih asik dengan pikirannya tiba-tiba Junho dikejutkan dengan pertanyaan Chansung. “So, hwangjae bagaimana, kamu setuju kan?”

“Ahh, baiklah Chansung-ah sepertinya memang aku tidak ada pilihan lain” jawab Junho

Merasa Junho yang terlihat tidak tenang Chansung berusaha kembali menetralkan suasana “Hei aku tidak menyangka panggilanmu benar-benar Nuneo? Dan satu lagi aku lebih tidak menyangka lagi ternyata bahkan orang tuamu benar-benar memanggilmu hwangjae. Apakah itu berarti kamu benar-benar keras kepala dan tidak mau mengalah?hahaha” ejek Chansung

Plakk tangan Junho secara refleks memukul bahu Chansung

"Aaaakhh!! appooo kamu ini senang sekali melakukan KDRT padaku Nuneo" ucap Chansung sambil mengelus-elus bahunya

"Biarkan saja kamu yang memintanya weekk :p" Junho kemudian menjulurkan lidahnya ke arah Chansung

"Tuuh kan benar-benar hwangjae kamu Junho!!!" Chansung mencubit pipi Junho gemas melihat tingkah Junho

"Aaaakh appooo Channie, Ya!!! Kamu mau mati ya??" Sentak Junho

"Hahahaha tidak, kamu pantas mendapatkannya Junho kamu sangat cute"

Blushhhh seketika wajah Junho memerah

"Aahhh!! Molla!!! rayuan gombalmu tidak akan pernah manjur padaku Chansung-ah"

"Ayolaah kamu pasti senang kan aku puji seperti ituu........." ejek Chansung mereka melanjutkan saling bercanda dan asik pada dunia mereka sendiri sampai-sampai tidak menyadari tatapan tajam dari ahjussi-ahjussi yang duduk di bangku sebelah mereka "Sssttt dasar anak muda jaman sekarang, tidak tau sopan santun, berisik sekali mengganggu orang istirahat saja!" gertak ahjussi tersebut sambil memelototkan matanya ke arah mereka, sontak Chansung dan Junho terkejut lalu meminta maaf pada ahjussi itu, mereka saling memandang sambil tersenyum karena hal konyol tersebut, setelahnya mereka terdiam untuk sejenak, hingga Chansung sedikit berbisik kepada Junho “Nuneo tadi aku melihat ada foto yeoja di foto keluargamu, kalau aku boleh tahu itu siapa?”

“Oh itu noonaku, tapi sejak menikah ia pindah ke luar negeri ikut suaminya jadi ia jarang sekali bisa pulang, suatu saat nanti aku kenalkan kamu padanya”

“Ooh okee, pantas kamu tidak pernah bercerita mengenai saudaramu”

“Hmmm...........lalu kamu sendiri bagaimana Chansung-ah, apakah kamu memiliki saudara?”

“Yep, aku punya satu kakak laki-laki minggu depan pasti kamu akan bertemu dengannya”

“Baiklaah tampaknya minggu depan akan menjadi hari yang panjang” jawab Junho sambil memandang ke luar jendela

“Dan melelahkan......” sambung Chansung lirih.

 

 

Satu minggu kemudian hari dimana Junho akan bertemu dengan keluarga Chansung tiba, satu jam sebelum waktu yang dijanjikan Chansung menjemput Junho ke apartemen Junho.

“Kamu sudah siap Nuneo?”

“Kurasa iya, toh siap tidak siap aku tetap harus bertemu dengan keluargamu Chansung-ah”

“Tenanglah Nuneo....ini tidak akan semenakutkan yang kamu bayangkan, mereka tidak akan menggigitmu” ucap Chansung enteng sambil melirik ke arah Junho

“ha.... ha..... ha...... so...... funny Chansung-ssi” jawab Junho dengan kesal

Selama dalam perjalanan mereka lebih banyak terdiam, Junho terlihat sangat resah ia tidak bisa duduk dengan tenang selama di dalam mobil, namun hal tersebut tidak jauh berbeda dengan Chansung, ia hanya menatap lurus ke depan dengan tangan yang memegang erat pada setir mobilnya hanya sesekali ia tampak melirik ke arah Junho. Chansung paham betul sifat Junho yang selalu memikirkan banyak hal yang dapat membuat Junho stress sehingga Chansung berusaha terlihat tetap tenang di depan Junho.

Tak terasa mereka sudah memasuki area perumahan yang terbilang cukup elit. Junho mulai memperhatikan sekitarnya dan mulai mengerutkan keningnya berpikir keras. ‘Mungkinkah Chansung tinggal di area ini? kalo iya itu berarti dia....’ Junho menjadi semakin nervous, tangan dan kakinya mulai berkeringat dingin, tapi Junho masih berusaha untuk memikirkan kemungkinan lain ‘mungkin saja hanya lewat.....tapi .......’ dan kekhawatiran Junho mulai nyata ketika mobil mereka memasuki gerbang salah satu rumah mewah yang ada di perumahan elit tersebut.

Junho melirik ke arah Chansung, ia perhatikan Chansung dari ujung kepala hingga ke kakinya, Chansung memiliki wajah dan tubuh yang begitu sempurna, wajahnya sangat tampan tubuhnya proporsional tinggi sehingga menggunakan pakaian dengan model apapun ia akan tetap tampak gagah dan mempesona. Chansung memang tidak nampak seperti orang biasa, ia tampak diatas rata-rata sehingga wajar saja bila ia merupakan orang dari golongan atas. Junho masih memandangi Chansung dengan takjub hingga ia merasakan ada tangan yang menepuk bahunya “Nuneo-yah......” Junho mengedip-ngedipkan matanya karena terkejut dan bingung, Chansung tersenyum licik “Aku tau aku begitu mempesona tapi kamu tidak perlu terpesona sampai segitunya Nuneo-yah, nanti bisa-bisa orang tuaku mengurungmu karena takut kamu akan menerkamku hahahaha” Chansung tertawa penuh kemenangan.

Sadar maksud akan permbicaraan Chansung meskipun Junho malu ia berusaha menutupinya dengan berbicara dengan nada kesal pada Chansung “Oh jadi begitu pangeran berkuda satu ini ternyata sedang mencari Cinderella-nya? Siapa kamu sebenarnya? Apa maksudmu mengajakku menikah? Apakah kamu tidak salah orang? Aku bukanlah Cinderella yang kau cari pangeran” sindir Junho.

Chansung yang awalnya masih tersenyum kini berubah menatap tajam Junho “Apa maksudmu Junho?”

“Ayolah pangeran siapakah kamu sebenarnya? Apa motivasimu sebenarnya mengajakku menikah?”

“Aku adalah Hwang Chansung dan aku mengajakmu menikah karena aku memang ingin mengajakmu menikah, aku merasa kondisi kita memungkinkan untuk menikah, bukankah aku sudah mengatakannya dari awal padamu mengenai alasan kita menikah Junho? Ada apa denganmu kenapa tiba-tiba begini?”

“Karena aku tidak tau siapa kamu Hwang Chansung!!” nada Junho kini mulai meninggi, Chansung menghela nafas panjang agar tidak terbawa emosi Junho “Apa yang ingin kamu ketahui dariku Junho?”

“Semuanya, siapa kamu sebenarnya, siapa orang tuamu. Karena lihatlah rakyat jelata sepertiku tidak mungkin bisa tinggal di perumahaan elit seperti ini.”

Chansung kembali menghela nafas panjang sebelum menjawab Junho, berusaha menetralkan emosinya, karena bila salah berbicara sedikit saja maka bisa dipastikan emosi Junho akan lebih naik lagi, setelah dirasa cukup tenang Chansung-pun menjawab Junho

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

#Edited Chapter 4 sebelumnya mohon maaf bagi yang sudah terlanjur membaca chapter 4 kemarin ini saya edit ulang huuuu maafkan sayaa :'(

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
brat2104 #1
Chapter 8: Tolong sambung cerita ini... Please....
Galangaalpinia
#2
Chapter 8: Kakak dilanjut dong..... penasaran bgt soalnya, semangat.....!!!
Amaliaambar
#3
Chapter 7: Doorr sapaa tuh yg dtg hayooo ditunggu chap selanjutnya ya author-nim fighting
NobuMoru #4
Ditunggu thorrr chap selanjutnya, fighting!!
Amaliaambar
#5
Chapter 6: Ihh kok mereka ga sekamar sihhh ah ga seru nih chan cemen ga berani sekamar ama nuneo padahal kan udh sah hahahahah
thanks for update this chapter author-nim ditunggu kelanjutannya
Amaliaambar
#6
Chapter 5: Maaf baru bisa komen author-nim aaahh fav couple channuneo❤
Dasar channie pabbo wakakak
lanjut update author-nim semangaatt
adeloveskyu #7
Chapter 5: sweet channuneo ^^ chemistry..
ayudaantariksa #8
Chapter 4: Mwoo waee, kenapa mereka malah mau berantem di akhirrr, padahal awalnya manis, tapi kenapa jadi beginii authornimmm ㅠㅠ
ovygaara
#9
Chapter 3: Aahhh.... beautifull storyy... where i can find a man like chansung?? He is sooo gentle and sweet.... bener2 sosok laki2 yg bener2 'lakik' berkomiten dan ga banyak basa basi.

Ditunggu chap selanjutnya thornim~ fighting ^^
ayudaantariksa #10
Chapter 3: Kyaaaa, lanjut authornim , buat mereka menikah dan bahagiaaa ㅋㅋㅋㅋ 호이팅 .