Chapter 5

Our Happy (?) Marriage

“Jadi karena itu kamu jadi seperti ini?, kamu tidak perlu emosi Junho aku bisa menjelaskannya satu per satu, aku tidak ada maksud menyembunyikannya darimu Nuneo.... lagipula kamu tidak pernah bertanya padaku, aku kira kamu memang tidak tertarik pada hal-hal seperti ini, maafkan aku”

Junho hanya terdiam, benar juga Junho memang selama ini lebih fokus pada dirinya sendiri ia melupakan hal-hal detail mengenai Chansung, jadi bukan salah Chansung sepenuhnya bila Chansung tidak mengatakan padanya, tapi tetap saja ia merasa telah tertipu oleh Chansung sehingga Junho hanya menunduk terdiam.

Chansung kemudian melepas seatbelt-nya, menghadapkan tubuhnya ke arah Junho

“Aku anak tiri dari tuan Horvejkul, ib....”

“Apa?????, jadi saat kamu bilang kamu bekerja pada Horvejkul corp itu apa?,kamulah pewarisnya??, heol....pantas saja untuk projek biasa seperti itu Horvejkul corp tiba-tiba mau bergabung, lalu kenapa kamu memakai nama Hwang Chansung??untuk menyamar??” sindir Junho

“Dengarkan dulu penjelasanku Nuneo, kamu jangan buru-buru memotong pembicaraan orang lain.”

“Hhhhh apalagi penjelasanmu pangeran?!!!,kejutan apalagi yang mau kamu berikan padaku?”

“Appa kandungku adalah tuan Hwang beliau meninggal sejak aku masih bayi, kemudian saat aku berusia 1 tahun ibuku menikah lagi dengan tuan Horvejkul. Saat itu tuan Horvejkul juga merupakan seorang single parent dan memiliki anak laki-laki yang berusia 2 tahun diatasku, namanya Nichkhun, setelah beliau menikah aku menjadi anak tiri tuan Horvejkul dan aku jadi memiliki seorang kakak tiri laki-laki. Namun untuk menghargai mendiang ayahku aku tetap menggunakan marga ayahku. Jadi aku bukanlah pewaris Horvejkul corp seperti yang kamu bayangkan Junho, aku hanyalah pegawai biasa di sana, aku merasa tidak pantas untuk mewarisinya, aku merasa kakakku lah yang berhak untuk mewarisinya, aku sudah sangat beruntung sekali bisa dirawat dan dibesarkan oleh tuan Horvejkul, beliau merawatku dan ibuku dengan baik dan bagiku itu sudah lebih dari cukup. Mengenai rumah mewah, ini adalah rumah ayah Horvejkul Junho, ini adalah rumah keluargaku, bukan rumah pribadiku. Aku bukanlah pangeran sempurna seperti yang ada di bayanganmu, aku hanyalah rakyat jelata seperti orang pada umumnya, jadi maaf kalau aku tidaklah seperti yang kamu bayangkan Cinderella, sekarang setelah mengetahui semuanya, apakah kamu masih mau menikah denganku?”

Seketika Junho merasa sangat bersalah pada Chansung, lidahnya terasa kelu ia menatap mata Chansung dalam, tersirat kejujuran pada diri Chansung, mata Junho mulai berkaca karena membayangkan beratnya hidup Chansung dan dia sudah menuduh yang tidak-tidak mengenai Chansung tentu saja ini akan menyakiti perasaan Chansung “Mm...maafkan aku Channie, maaf...tidak seharusnya aku tidak mempercayaimu dan menuduhmu yang bukan-bukan maafkan aku sungguh...” kini setetes air mata mengalir di pipi Junho, Chansung kemudian mengambil tissue yang ada di dashboard mobilnya dan menghapus air mata Junho dengan lembut “Nuneo....tidak apa-apa, aku senang kamu ingin tau mengenai keluargaku. Hei itu artinya kamu tertarik padaku kan? hehehe” Chansung berusaha mencairkan suasana “Sudahlah jangan menangis Nuneo, nanti matamu akan semakin hilang..aaaawwww...appoo, yakh!!!!”

Disela-sela tangisannya Junho mencubit lengan Chansung kemudian tersenyum kecil, “Maafkan aku.....”

“Eiiiy dasar hwangjae.... Oiya aku berpesan padamu nanti saat bertemu keluargaku aku mohon bersikaplah seperti biasa, keluargaku tidak suka jika mereka dianggap keluarga sambung atau apapun itu, anggaplah kami seperti keluarga biasa karena keluargaku tidak suka membeda-bedakan hal seperti itu,oke? Dan satu lagi, aku minta percayalah padaku, bila memang kamu bingung tanyakan saja padaku aku akan menjelaskannya padamu daaaaan jangan kamu sela jika aku sedang memberimu penjelasan biar tidak terjadi salah paham lagi, oke?”

“Siap boss!!” Junho tersenyum, menampakkan lekukan manis di matanya, Chansung pun ikut tersenyum melihat senyum Junho.

“Ayok kita masuk, keluargaku pasti sudah menunggu” Chansung menganggukkan kepalanya sambil menatap Junho, ia lalu keluar dan berjalan menuju ke pintu mobil di sisi Junho menyambut Junho dengan mengulurkan tangannya, Junho menyambut uluran tangan Chansung mereka saling mengaitkan jari mereka dan berjalan menuju ke dalam rumah Chansung.

“Ibu...ayah...Khun-hyung....aku dataaang..”

“Aigooo uri Chansungie sudah datang, sinisinisini nak langsung ke ruang makan ya ini kami sedang menyiapkan makanan untuk makan siang” teriak ibu Chansung dari arah dapur, Chansung langsung berjalan menuju ke arah ruang makan dengan tanpa melepaskan genggamannya pada tangan Junho.

Di ruang makan tampak seorang pria tampan sedang menata piring dan peralatan makan, seorang ahjussi yang sedang menata buah dan seorang ahjuma yang sedang sibuk menata masakannya di dapur, mereka bertiga menghentikan kegiatannya sejenak, melihat ke arah pasangan Channuneo, mereka kemudian tersenyum tulus. Senyum yang cukup melegakan bagi Junho yang sedari turun dari mobil tadi terus-terusan berdebar-debar karena takut.

“Selamat datang anak-anakku sayang, ayokk sini bantu ibu mu biar kita bisa segera makan” satu-satunya wanita yang ada di sana melambaikan tangannya ke arah Chansung dan Junho, sedangkan dua pria yang ada di sana menganggukan kepala tanda setuju dan memberi senyuman pada mereka.

“Siapp boss” jawab Chansung sembari menarik Junho ke arah dapur, Junho hanya bisa tersenyum canggung dan pasrah dengan keadaan tersebut. Selama kurang lebih 10 menit lamanya mereka di dapur menyiapkan makanan yang telah dimasak oleh nyonya Horvejkul, Junho mulai merasa nyaman karena ia tidak perlu banyak berbicara dan nyonya Horvejkul pun tampak sangat bersahabat padanya, beliau tanpa canggung menginstruksikan Junho apa yang harus dilakukan tanpa canggung seolah-olah Junho adalah anaknya sendiri. Setelah selesai menyiapkan makanan mereka lalu duduk bersama di ruang makan dengan kursi yang ditata mengelilingi meja makan. Junho duduk di sebelah Chansung behadapan dengan Nichkhun, sedangkan di ujung meja ada tuan dan nyonya Horvejkul yang saling berhadapan.

“Ayo segera dimakan nanti keburu dingin” pimpin tuan Horvejkul, tanggannya menunjuk ke makanan yang ada di meja, kemudian beliau mulai mengambil beberapa makanan, diikuti oleh  nyonya Horvejkul, Nichkhun, Chansung dan Junho, mereka lalu mulai menyantap masakan yang ada. “Bagaimana Junho-yah apakah enak?” tanya nyonya Horvejkul sambil menatap Junho dengan harap-harap cemas “Ah ini enak sekali nyonya Horvejkul” jawab Junho dengan tersenyum manis memperlihatkan eye smile nya yang sangat manis. “Panggil aku ibu Junho-yah, aku kan juga ibumu”

“Baik ibu, maafkan saya..” Junho menunduk

“Tidak apa-apa sayang nanti lama-lama kamu pasti terbiasa, anggap aku seperti eommamu sendiri yaa. Oiya maaf ya sayang  hari pertamamu di sini malah disambut dengan bantu-bantu ibu di dapur. Hihihi sebenarnya ibu sudah mempersiapkan masakan dari tadi tapi dua gentlemen ini bingung sendiri waktu mau bertemu denganmu dan tidak bergegas membantu ibu, jadinya telat deeh.”

“hahaha maaf chagiya aku tidak bermaksud begitu tapi wajar kan kalau aku nervous mau bertemu calon menantuku” tuan Horvejkul mencoba membela dirinya

“Iya ibu ini kan juga baru pertama kalinya untukku bertemu dengan calon adik iparku jadi wajar lah ibu kalo aku juga bingung” timpal Nichkhun

“Eiiiiy, kalian pikir aku juga tidak nervous mau bertemu calon menantuku yang tampan ini. Tapi tetap saja kalian tidak boleh melupakan tugas kalian, ini kan weekend.” Jawab nyonya Horvejkul

Ekspresi Junho tampak bercampur antara senang, malu dan bingung, dan tampaknya nyonya Horvejkul dapat melihatnya dengan jelas, beliau kemudian mencoba memberikan pencerahan “Jadi Junho-yah karena sebentar lagi kamu akan menjadi bagian dari keluarga ini mohon diingat yaa, setiap weekend itu adalah family time, itu artinya kita nanti punya waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan keluarga kita mempunyai rutinitas tersendiri tiap weekend, kita akan berkumpul untuk masak dan makan bersama atau keluar bersama dan mengobrol untuk mejaga keharmonisan keluarga kita, oke?, jadi nanti tugasmu juga untuk mengingatkan Channie karena dia yang paling teledor untuk masalah ini.”

“Ah...baik bu” jawab Junho

“Ibuuuuu.....aku tidak teledor aku hanya lupa” jawab Chansung

“Itu sama saja Chan baboooooo” jawab Nichkhun sambil mengejek adiknya tersebut keluarga tersebut lalu tertawa bersama.

Selesai makan nyonya.horvejkul langsung mengajak mereka ke ruang tamu "ayok kita pindah biar nanti dibersihkan oleh nanny-nanny saja" titah beliau. Mereka kemudian berjalan menuju ruang tamu dipimpin oleh tuan dan nyonya Horvejkul yg berjalan berdampingan diikuti Nichkhun chansung dan junho, sesampainya di ruang tamu mereka lalu duduk dengan posisi yg mirip seperti saat di ruang makan tadi hanya saja kini mereka duduk di sofa yg cukup besar

"Ehm jadi ibu, ayah, khun-hyung, hari ini aku ke rumah bersama dengan calon pendampingku, perkenalkan ini Lee Junho  calonku yg aku ceritakan pada kalian kemarin"

Chansung menoleh ke arah Junho dan menatapnya yakin lalu menganggukkan kepalanya, Junho yg paham dengan kode chansung lalu membalas tatapan mata chansung dan menganggukkan kepalanya, kemudian ia membungkukkan badannya ke arah tuan dan nyonya Horvejkul  serta Nichkhun, "Mohon maaf saya belum memperkenalkan diri saya secara langsung, perkenalkan saya Lee Junho"

"Aah tentu sayang tidak usah meminta maaf begitu, Channie sudah bercerita tentangmu jadi sedikit banyak kami juga merasa telah mengenalmu walaupun ini pertama kalinya kita bertemu secara langsung" jawab nyonya horvejkul diiringi dengan senyuman ramah di wajahnya. Junho lalu membalasnya dengan eye smile yang selalu menjadi ciri khasnya.

“Jadi, kapan kami bisa ke rumahmu untuk menemui orang tuamu Junho?” tanya tuan Horvejkul.

“Rencananya minggu depan ayah” Chansung menjawab

“hahaha Aigoooo uri Chansungie....sebegitu protektifnya kamu pada Junho sampai-sampai Junho yang ditanya kamu yang menjawab” sahut nyonya Horvejkul

Junho hanya tersenyum malu, tuan Horvejkul dan Nichkhun ikut tertawa sedangkan Chansung memasang wajah merajuknya “Ayolah ibu jangan menggodaku seperti itu di depan calonku, aku kan malu” sahut Chansung

“Tidak apa-apa Chansungie ibu hanya berharap ini juga keinginan Junho bukan hanya keinginanmu saja, bagaimana kalo sebenarnya Junho hanya terpaksa karena menurutimu yang manja dan rewel itu”

“Ibu......” Chansung memasang wajah kesal namun justru tampak sangat menggemaskan, karena biar bagaimanapun Chansung adalah maknae dalam keluarga tersebut. Junho yang baru kali ini melihat wajah Chansung yang seperti itu pun tidak bisa menahan rasa gemasnya pada Chansung sehingga akhirnya ia ikut tertawa bersama keluarga Horvejkul

Sontak Nichkhun yang dari tadi memperhatikan Junho hanya terdiam saja menjadi berkomentar “Aaaaa akhirnya, calon adik ipar tertawa juga, kalau begitu kan kamu lebih manis” goda Nichkhun

Seketika wajah Junho menjadi merah padam sedangkan wajah Chansung berubah menjadi tegang dan menatap tajam ke arah Nichkhun, nyonya Horvejkul yang menyadari suasana yang bisa berubah menjadi tidak nyaman tersebut segera berusaha menetralkan suasana kembali “Sudah-sudah Nichkhun jangan begitu kasian Junho pasti dia stress menghadapi kita semua, jadi Junho bagaimana minggu depan, apakah kamu setuju?”

“Ah...ehmm..... iya ibu, saya setuju, saya memang sudah membicarakan ini dengan Chansung sebelumnya, jadi ayah dan ibu tidak perlu khawatir”

“Baiklah minggu depan ya, nanti biar Chansung menjemputmu kita berangkat bersama-sama ya..”

“Ibu, sebenarnya Junho mau pulang sehari sebelum kedatangan kita karena Junho memang ada urusan keluarga dulu”

Junho melihat ke arah Chansung karena terkejut dengan jawaban Chansung, namun demi menampakkan kesan yang ‘baik-baik saja’ Junho hanya mengangguk menyetujuinya dan ia bertekad akan menanyakan pada Chansung nanti

“Ibu, ayah, Khun-hyung, maaf aku ada urusan sehabis ini, jadi aku dan Junho pamit dulu” lagi-lagi Chansung membuat Junho terkejut namun Junho hanya bisa terdiam dan mengikuti Chansung

“Tapi......” nyonya Horvejkul hampir memprotes Chansung namun tuan Horvejkul segera menatap istrinya tersebut sambil memegang tangannya untuk menghentikan protes nyonya Horvejkul karena sesungguhnya tuan Horvejkul dapat merasakan aura yang tidak menyenangkan terpancar dari Chansung, sehingga beliau langsung mengiyakan saja permintaan anaknya tersebut.

“Baiklah, hati-hati di jalan ya nak, sampaikan salam kami pada appa dan eommamu ya Junho, sampai jumpa minggu depan” ucap tuan Horvejkul saat mengantarkan Chansung dan Junho keluar dari rumahnya

Di dalam mobil Junho yang masih menyimpan banyak pertanyaan terus memandangi Chansung, mencoba mencari saat yang tepat untuk bertanya pada Chansung karena sedikit banyak Junho juga dapat merasakan aura yang tidak menyenangkan keluar dari Chansung. Merasa terus diperhatikan Chansung kemudian menatap Junho “Ada apa Junho-yah? Mengapa kamu terus memandangiku? Masih terpesona padaku?”

Melihat Chansung yang sudah bisa menggodanya Junho memberanikan diri mengajak bicara Chansung “Eiiiy, aku hanya memperhatikan hidungmu yang ternyata memang benar-benar besar padahal di keluargamu tidak ada yang seperti itu hahaha”

“Kau mau ku turunkan di tengah jalan?”

“hahaha ngambek niiih ceritanya?”

Chansung lalu mencubit pipi Junho gemas

“Aaakh!!......sakit Chansung-ah”

“Kamu yang memintanya, wekk :p”

“Moodmu sudah membaik tampaknya” Chansung memandang Junho sesaat, lalu tersenyum

“Jadi bahkan sekarang kamu sudah bisa merasakan moodku juga? Sebegitu perhatiannya kah kamu padaku Nuneo?”

Seketika wajah dan kuping Junho memerah karena malu

“Tentu saja tidak, untuk apa aku perhatian padamu, jangan geer Chansung-ah!” Junho menjawabnya sambil memajukan bibirnya dan memandang keluar jendela, menghindari tatapan Chansung karena saat ini ia terlalu malu

“Hahahaha i know, i know. Aku cuma senang saja tampaknya kamu perhatian padaku”

“Terserah kamu saja lah....hmm...... Kalo kamu tidak keberatan untuk bercerita sebenarnya tadi kamu kenapa Channie? Tadi kamu tampak kesal dan tidak nyaman”

Wajah Chansung berubah menjadi serius, namun tidak menampakkan kemarahan “Kamu benar lagi Nuneo, aku keberatan untuk bercerita, tapi itu bukanlah sesuatu yang harus kamu khawatirkan jadi tidak usah kamu pikirkan tentang itu, lebih baik kamu pikirkan tentang pernikahan kita”

“Baiklah, tapi aku harap suatu ketika kamu mau menceritakan semuanya padaku, bukankah nantinya aku akan menjadi pasanganmu? Jadi sudah seharusnya aku juga memahami apa yang membuatmu tidak nyaman”

“Aku akan selalu merasa nyaman saat bersamamu Nuneo-yah”

“Thanks, tapi gombalanmu tidak akan mempan padaku Channie”

“Hahahaha kamu kesal padaku karena aku tidak mau menjawab pertanyaanmu ya Nuneo? Ehm....tenang saja aku akan menceritakan hal-hal penting padamu Nuneo, kalaupun aku tidak bercerita itu berarti hal tersebut tidak penting Nuneo dan aku juga berharap kamu pun begitu, ceritakanlah semua padaku Nuneo kalau memang ada yang ingin kamu bicarakan”

“Oke, kenapa kamu mengatakan pada keluargamu bahwa aku harus pulang dulu ke rumah orang tuaku?, seingatku aku tidak mengatakan apa-apa kepadamu”

Chansung menghela napas panjang, lalu menjawab pertanyaan Junho “Bukankah kamu akan merasa sangat canggung bila harus berangkat ke rumah orang tuamu bersama keluargaku? Jarak Seoul-Ilsan tidaklah sedekat itu, tentunya dalam perjalanan itu kamu harus berkomunikasi dengan keluargaku, apakah kamu nyaman?”

“Kamu benar Channie, terima kasih banyak.” Junho tidak dapat berkata banyak karena dia merasa bersalah, ternyata Chansung sangat perhatian padanya dan dia lah yang tidak mempercayai keputusan Chansung tersebut tadinya

“Hei mana Nuneo yang usil dan suka memprotesku?, kenapa terdiam Nuneo?”

“Aku hanya tidak menyangka kamu akan sangat perhatian padaku seperti itu, aku terharu” Junho memasang wajah berpura-pura menangis untuk menutupi rasa grogi yang sebenarnya ia rasakan karena jujur saja tidak ada orang yang memperhatikan perasaannya sebegitu tulus, bahkan orang tersebut sudah dapat memahaminya sebelum Junho mengatakan padanya tentang apa yang dirasakannya.

“hahahaha maka kamu juga seharusnya perhatian padaku sayang, lihat ini sudah sampai di apartemenmu, apakah masih ada yang kamu bicarakan lagi padaku?”

Junho sedikit terkejut mereka sudah sampai di apartemen Junho karena sedari tadi Junho asik dengan pikirannya sendiri, hingga dengan refleks ia menjawab Chansung “Iya, aku masih ingin berbicara denganmu”

Chansung terheran melihat Junho yang biasanya tidak berinisiatif untuk menghabiskan waktu lebih lama dengannya, kali ini justru tampak masih ingin bersama Chansung

“ehm....baiklah aku akan mampir ke tempatmu”

Setelah memarkirkan mobil mereka berdua lalu turun dan berjalan menuju apartemen Junho. Sesampainya di apartemen Junho, Junho lalu mempersilahkan Chansung untuk duduk di sofa ruang tengahnya dan menawarkan minuman untuk Chansung, namun Chansung menolaknya dan berkata akan meminta minum jika nanti ia sudah benar-benar haus. “Jadi apa yang ingin kamu bicarakan padaku Nuneo?”

Junho menggerak-gerakkan jarinya pada pahanya tanda jika ia sedang gugup namun mau tidak mau ia harus tetap menanyakan hal ini pada Chansung sehingga ia mengumpulkan keberanian untuk bertanya pada Chansung “Ehmm... ini mengenai setelah kita menikah, di manakah kita akan tinggal?” Junho menundukkan kepalanya karena ia terlalu gugup menanyakan hal-hal seperti ini, namun ia harus bertanya pada Chansung karena ia benar-benar penasaran dan khawatir jika ia nantinya ternyata harus tinggal bersama di kediaman tuan Horvejkul, ayolah siapa menantu yang tidak khawatir untuk tinggal bersama keluarga mertuanya.

Chansung menyeringai jahil ke arah Junho “Tentu saja kita akan tinggal bersama, untuk apa kita menikah kalau kita tidak tinggal bersama”

Junho menatap Chansung kesal “Kau tau maksudku yang sebenarnya Chansung-ah!!”

“Hahahahaha baik-baik. Hmmm aku berniat untuk mengajakmu tinggal di apartemenku saja, bagaimana Nuneo apakah kamu setuju?”

“Di apartemenmu? Itu artinya hanya kita berdua?”

“hahahaha Tentu saja Nuneo, kamu berharap ada siapa lagi yang ketiga? setan?”

“Channie aku tidak sedang bercanda.....”

“Begitu pun aku Nuneo..... tapi tenang saja apartemenku memiliki 2 kamar sehingga kita bisa tidur terpisah kalau kamu memang keberatan untuk tidur bersamaku, atau kamu mau tinggal di sini yang hanya memiliki satu kamar sehingga kita bisa tidur bersama?” Chansung tampaknya memang memahami kekhawatiran Junho sebelumnya

“Yakh!! Jangan harap yaa! baiklah aku setuju tinggal di tempatmu dengan catatan kita tidur di tempat terpisah” jawab Junho dengan telinga yang memerah

“Siap hwangjae, oiya mulai packing barang-barangmu nanti biar aku menyuruh kurir untuk mengantarkannya ke apartemenku, kalau bisa sebelum kita menikah kita bisa mulai menata calon kamarmu nantinya”

Blush..... mendengar penjelasan Chansung tersebut seketika wajah dan telinga Junho memerah padam, ia tidak bisa membayangkan tampaknya hidupnya benar-benar akan segera berubah.

“Oiya berkas-berkas yang diperlukan untuk dibawa ke catatan sipil juga jangan lupa disiapkan yaa Nuneo”

“Iyaa, aku sudah mempersiapkannya dulu jauh sebelum kamu menyuruhku”

“Waah tampaknya ada yang benar-benar bersemangat niiih mempersiapkan pernikahannya” ejek Chansung

Plakk Junho memukul bahu Chansung kemudian tertawa puas melihat Chansung yang kesakitan

“Akkhhhhhhh appoooo kamu ini benar-benar hobi KDRT tampaknya, oh noo rumah tanggaku....”

“Hahahaha rasakan... :p”

“Apa ada yang ingin kamu tanyakan lagi Nuneo?”

“Tidak ada Channie, apakah kamu mau minum?, akan aku ambilkan”

Chansung lalu tertawa terbahak-bahak, Junho hanya melongo memandang Chansung heran “Wae?” tanyanya pada Chansung

“Lihatlah apakah saat ini kita sedang cosplay menjadi pasangan pengantin baru dengan kamu yang sedang melayaniku?” Chansung menyeringai

Sadar akan kesalahannya Junho lalu membentak Chansung “Ya!!! Aku hanya menawarkanmu minum saja kamu saja yang berpikiran aneh-aneh” jawab Junho kesal

“Hahahaha i know, i know, tapi kalaupun kamu sedang mengajakku bermain peran aku akan mengikutimu Nuneo. Hmmm baiklah sayang tolong ambilkan aku air putih ya, aku haus sepulang dari kantor” jawab Chansung sambil menggoda Junho

Tentu saja Junho kesal sehingga dengan cekatan Junho mengambil bantal sandaran yg ada di sofanya kemudian memukul-mukulkannya ke kepala dan bahu Chansung bertubi-tubi

“Nyalimu Hwang Chansuuung!!!!”

“A..aa....aa........” hanya rintihan-rintihan tersebut yang keluar dari mulut Chansung, Junho lalu tertawa terbahak-bahak dan seketika muncul  ide jahil di kepala Junho ia langsung menubruk tubuh Chansung dan membekap wajah Chansung dengan bantal tersebut, karena terkejut Chansung jadi tidak siap untuk menerima serangan Junho sehingga ia ambruk rebah di sofa dan Junho terjatuh di atasnya, mengetahui posisi tersebut dengan cepat Junho menjauhkan dirinya dari tubuh Chansung “Maaf Channie, aku tidak sengaja, aku akan mengambilkanmu minum” ucap Junho dengan cepat sambil berlari kecil menuju dapurnya menutupi rasa malu yang teramat sangat ia rasakan, sesampainya di dapur segera Junho meneguk air putih untuk menenangkan dirinya yang saat ini sangat merasa gugup setelah merasa agak tenang barulah ia mengambilkan air minum  untuk Chansung

Sementara itu Chansung di ruang tengah kini terengah-engah karena kehabisan nafas, ya Junho tadi benar-benar membekapnya tidaktidak tidak hanya membekapnya namun juga menindih tubuhnya, Chansung lalu tersenyum mengingat tingkah lucu Junho tersebut. Ia lalu berteriak memanggil Junho, melanjutkan kejahilannya

“Ya!! Lee Junho, belum juga menikah kau sudah mau membunuhku, kamu ingin masuk berita dengan judul ‘seorang pemuda tampan mati dibunuh oleh calon pendampingnya yang sangat agresif’ iya?”

“Tentu saja tidak, aku tidak sejahat itu tau, yg ada judul beritanya adalah ‘seorang pemuda mati karena lubang hidungnya yang terlalu besar menghisap bantal sofa calon pendampingnya”

“Eiiiiy kau kira hidungku vacuum cleaner -_____-“”

“Waah ide bagus sayang, nanti kita tidak perlu membelinya lagi ahahaha ini minumlah” Junho meletakkan segelas air putih di meja yang segera diminum oleh Chansung

Setelah itu mereka melanjutkan obrolan mereka sejenak, kemudian Chansung berpamitan pulang pada Junho “Minggu depan aku akan mengantarkanmu dulu Junho-yah,”

“ehmm tidak perlu Chansung-ah aku bisa berangkat sendiri, lagipula bukankah kamu harus ke rumah orang tuamu dulu?”

“Baiklah kalau begitu aku pulang dulu ya”

“Hati-hati di jalan dan sampai jumpa minggu depan” balas Junho, sejenak perasaan hangat menjalar di dada Junho karena sedikit demi sedikit urusan pernikahannya sudah mulai terlewati ‘hanya begini saja sudah cukup menguras waktu dan tenagaku lalu bagaimana dengan orang-orang yang harus mempersiapkan sebuah pesta, aku tidak bisa membayangkannya, mengapa orang-orang itu mau repot-repot melakukan hal itu benar-benar tidak masuk akal’ batin Junho.

 

 

 

 

Seminggu kemudian

Sesuai rencana awal sehari sebelum Chansung dan keluarganya ke Ilsan, Junho sudah berangkat terlebih dahulu ke rumah orang tuanya dan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyambut kedatangan keluarga Chansung keesokan harinya. Setelah makan malam keluarga Lee saat ini bersantai di ruang keluarga, ditengah-tengah obrolan keluarga Lee tak lupa Junho menceritakan mengenai kondisi keluarga Chansung agar eomma dan appanya tersebut tidak terkejut nanti dan mendengar penjelasan Junho mengenai keluarga Chansung tentu saja tuan dan nyonya Lee terkejut namun berjanji akan bersikap biasa saja kepada mereka nantinya.

Nyonya Lee kemudian berusaha menanyakan kembali pada Junho “Nuneo sayang, besok calon menantu dan calon keluarga besan eomma akan ke sini bukan? Namun sebelum mereka ke sini eomma ingin menanyakan padamu dulu Nuneo. Benarkah kamu sudah yakin pada Chansung?” wajah nyonya Lee tidak tampak marah ataupun khawatir hanya tampak wajah seorang ibu yang sangat sayang pada anaknya.

Junho sedikit terkejut dengan pertanyaan eommanya tersebut, ia berusaha tampak setenang mungkin agar eommanya tidak tau apa yang sebenarnya terjadi “Iya eomma aku yakin, kenapa eomma bertanya lagi? Bukankah kita sudah membahasnya dulu?”

Nyonya Lee tersenyum “Tidak ada apa-apa Nuneo, hanya untuk memastikan kembali saja bahwa Nuneo eomma akan bahagia dan ini memang keinginanmu sayang.”

Sebenarnya bukan itu yang ingin ditanyakan oleh nyonya Lee namun ia tidak tega melihat putra kesayangannya yang tampak rapuh di matanya, walaupun Junho berusaha tampak tidak apa-apa namun sebagai seorang ibu tentu nyonya Lee paham benar dengan kondisi putranya. Melihat istrinya yang tidak berani bertanya maka tuan Lee segera mengambil alih, “Nuneo, maksud appa dan eomma, mengapa begitu terburu-buru? Kalau memang kalian saling mencintai bukankah bisa kalian lebih santai, jadi kita bisa lebih mempersiapkannya mengenal keluarganya”

Junho akhirnya paham akan maksud kedua orang tuanya “Appa, eomma, aku tau ini tampak sangat buru-buru dan akan mengecewakan appa dan eomma, tapi Nuneo mohon mengertilah, kami tidak terburu-buru kami sudah mempersiapkan semuanya”

Nyonya Lee dan tuan Lee tampak menarik nafas panjang, “Baiklah Nuneo bila itu memang benar-benar yang kamu inginkan, asal kamu bahagia nak. Sepertinya memang keputusanmu sudah bulat.”

“Terimakasih appa, eomma, Nuneo sayang appa dan eomma” Junho kemudian memeluk kedua orang tuanya dan dalam pelukan tersebut kedua orang tua Junho menitikkan air mata haru karena akan segera melepas putra kesangannya keluarga Lee tersebut

 “Tidak appa sangka secepat ini putra kesayangan appa sudah akan diambil orang”

“Nuneo, berjanjilah untuk bahagia bersama Chansung dan jadilah pendamping yang baik, eomma harap Chansung dan keluarganya juga menyayangimu nak...” sahut nyonya Lee

 Junho terdiam, kata-kata tulus dari kedua orang tuanya benar-benar menyentuh hatinya, matanya terasa memanas dan mulai berkaca-kaca, karena ia membalas ketulusan tersebut dengan kebohongan, namun demi melihat orang tuanya turut berbahagia, dalam hatinya ia berjanji apapun yang terjadi ia tidak akan membuat orang tuanya khawatir padanya lagi.

 

 

 

Keesokan harinya

Hari ini adalah hari di mana Chansung dan keluarganya akan berkunjung ke kediaman keluarga Lee. Nervous? Tentu saja itu yang dirasakan Junho saat ini, sesiap apapun dia, dia hanyalah orang biasa yang akan nervous bila akan dilamar oleh seseorang. Namun semua itu menghilang dengan sendirinya karena ia terlalu sibuk mempersiapkan hal-hal yang diperlukan nanti hingga bunyi getar hp di meja mengejutkannya

“Haloo.....”

“Halo Nuneo, kami sudah hampir sampai”

“Baiklah Channie, kami akan segera bersiap-siap keluar, sampai jumpa”

Setelah menutup teleponnya Junho segera memberitahukan kepada orang tuanya bahwa tamu yang mereka nantikan tersebut sudah hampir sampai, keluarga Lee segera bersiap-siap keluar untuk menemui tamunya tersebut dan benar saja tak lama kemudian Chansung dan keluarganya sudah tiba di kediaman keluarga Lee.

Tanpa berlama-lama menunggu di luar, keluarga Lee mempersilahkan Chansung dan keluarganya masuk dan duduk di ruang tamu. Tuan Horvejkul kemudian memperkenalkan dirinya, begitupun dengan nyonya Horvejkul dan Nichkhun yang tentunya disambut dengan hangat oleh tuan dan nyonya Lee. Setelah memperkenalkan diri tuan Horvejkul menyampaikan maksud kedatangannya untuk melamar Junho dan juga untuk membicarakan mengenai rencana pernikahan Chansung dan Junho. Kedua keluarga tersebut kemudian membahas mengenai pernikahan Chansung dan Junho dengan lancar karena sebelumnya Chansung dan Junho sudah membicarakannya jadi pada dasarnya pertemuan keluarga hari ini hanyalah untuk mempertemukan secara langsung keluarga kedua calon mempelai tersebut.

Selesai membicarakan masalah inti mereka lalu mengobrol santai dan dilanjutkan makan siang bersama, suasana yg tercipta diantara kedua keluarga tersebut terasa hangat terutama nyonya Horvejkul dan nyonya Lee mereka langsung akrab dan banyak berbicara seolah2 mereka adalah teman lama, maklum ibu-ibu akan cepat akrab kalau sudah dipancing sedikit

Nyonya Lee sempat mengatakan pada nyonya Horvejkul mengenai keberatannya akan acara pernikahan putranya “Mereka berdua ini benar-benar ya jeng... nikah direncanakan sendiri ndak mau melibatkan orang tuanya, sebel saya....”

“Iyaa jeeng saya juga kesal sebenarnya sama mereka, tapi mau bagaimana lagi ya namanya orang tua mau ndak mau ya ngalah sama anaknya. Oiya jeng tapi saya sudah punya rencana lain untuk mereka........” hihihihi terdengar suara ketawa cekikikan khas ibu-ibu antara nyonya Lee dan nyonya Horvejkul, entah apa yang mereka berdua rencanakan namun sepertinya hal tersebut tidak membuat namja-namja yang ada di sana memperhatikan ibu-ibu tersebut.

Lain ibu-ibu lain pula bapak-bapak, seperti mendapatkan kesempatan untuk membicarakan masalah olah raga dan bisnis tuan Lee, tuan Horvejkul dan Nichkhun pun asik dengan dunia mereka sendiri. Hingga tinggallah Chansung dan Junho, mereka berdua saling menatap sejenak seolah-olah saling memberikan kode untuk menjauh dari kumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak tersebut, mereka berjalan ke taman di belakang rumah Junho kemudian mulai berbicara berdua

“Junho-yah, apakah kamu sudah selesai mengemasi barang-barangmu? Jumat depan kita sudah menikah dan aku tidak mau kalau harus membantumu menata barang-barangmu dengan sistem kebut semalam”

“Aiiiiishhh!! Kau ini mengapa tidak percaya padaku? Tentu saja aku sudah mulai mengemasi barang-barangku mungkin senin nanti sudah selesai”

“Baguslah kalau begitu nanti aku panggilkan kurir untuk mengambil barang-barangmu”

“Tidak perlu kurir Chansung-ah, barangku tidak begitu banyak, aku bisa membawa seperlunya saja nanti kalau ada yang kurang kapan-kapan bisa kuambil lagi”

“Yakiiin?? Aku tidak yakin seorang Lee Junho hanya akan membawa sedikit barang :p”

“Eiiiiiyy!!! Lihat saja nanti kalau memang bawaanku ternyata sedikit kamu lah yang harus mengangkat barang-barangku, kalau bawaanku banyak aku akan membantumu membawa barang-barangku”

“Tunggu dulu.... kenapa aku merasa aku tidak mendapatkan keuntungan dari taruhan ini ya?” jawab Chansung dengan wajah pabonya

Melihat Chansung yang masih lugu  tersebut Junho tidak menyia-nyiakan kesempatan

“Ayolaah ini menguntungkan bagimu Channie, setidaknya kamu kan ku bantu membawa kalau kamu menang”

“Tapi......”

“Aishhh kamu berani bertaruh tidak?? Aaa dasar penakut , mana nyalimu Chansung-ah”

Merasa tertantang oleh Junho Chansung menjawab “Call !! Deal !!”

hahaha Junho tertawa puas dalam hatinya “Deal. Asa !!!! kamu sudah berjanji yaa berarti”

Dalam hati Chansung masih belum begitu yakin ‘Tapi aku rasa aku tidak mendapatkan apa-apa dari taruhan ini, tunggu......... bukankah itu berarti memang pada akhirnya aku harus tetap membantunya membawa barang-barangnya entah itu menang atau kalah aiiish!!!’

Junho masih tersenyum-senyum asik dengan pikirannya sendiri karena merasa ia telah ‘berhasil’ menjebak Chansung ketika tiba-tiba Chansung menggodanya

 “Eiiiiiiy aku tidak bodoh tau! aku tau biar bagaimanapun aku tetap harus membantumu karena aku adalah suami yang baik. Huuuu dasar hwangjae!!”

“Aaakh!! Sakiiiiit!!!” teriak Junho dengan mengelus-elus pipinya yang memerah karena dicubit gemas oleh Chansung

“Hahahaha rasakan :p”

“Kauu!!!” plakplakplak secepat kilat Junho memukul-mukul bahu Chansung membalasnya. Tanpa mereka sadari ternyata ‘pertengkaran’ kecil mereka tersebut disaksikan oleh keluarga Lee dan keluarga Horvejkul yang sebenarnya memang dari tadi mencari mereka yang sedari tadi tidak menampakkan batang hidungnya karena keluarga Horvejkul akan segera berpamitan pulang. “Aaah lihatlah anak muda jaman sekarang.......” ucap tuan Lee

“Sepertinya memang tidak salah kalau memang mereka meminta untuk segera menikah, sudah kebelet tampaknya” sahut tuan Horvejkul yang disambut gelak tawa dari kedua keluarga tersebut.

“Nuneoo!! Channie!! Kalian di mana? Sini nak, ini ayah dan ibu Horvejkul sudah mau berpamitan” teriak nyonya Lee berpura-pura tidak tau di mana pasangan tesebut

“Iya eomma kami akan segera ke sana!!” sahut Junho

Pasangan Channuneo kemudian berjalan bersama ke arah ruang tamu dengan wajah polos mereka namun disambut dengan senyuman-senyuman jahil dari kedua keluarga mereka

“Sudah mesra-mesraannya?? Aigoo kalian ini tinggal berapa hari lagi sudah menikah saja sudah tidak tahan begitu” goda nyonya Horvejkul

Sadar dengan maksud nyonya Horvejkul sontak muka Junho dan Chansung memerah karena malu, apalagi ditambah dengan kedua keluarga mereka yang kemudian tertawa melihat mereka.

Keluarga Horvejkul kemudian berpamitan untuk kembali pulang, keluarga Lee mengantarkan mereka hingga ke depan rumahnya, mereka lalu saling melambaikan tangan. Sementara itu Chansung dan Junho merasa lega, ya setidaknya urusan keluarga mereka sudah selesai dengan lancar, tinggal mereka berdua saja yang harus mempersiapkan pernikahan mereka minggu depan. Ya satu minggu lagi.......

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

 

 

:”)  https://www.youtube.com/watch?v=FYAb_hFu0yM

https://www.youtube.com/watch?v=tX81vO0t0WQ

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
brat2104 #1
Chapter 8: Tolong sambung cerita ini... Please....
Galangaalpinia
#2
Chapter 8: Kakak dilanjut dong..... penasaran bgt soalnya, semangat.....!!!
Amaliaambar
#3
Chapter 7: Doorr sapaa tuh yg dtg hayooo ditunggu chap selanjutnya ya author-nim fighting
NobuMoru #4
Ditunggu thorrr chap selanjutnya, fighting!!
Amaliaambar
#5
Chapter 6: Ihh kok mereka ga sekamar sihhh ah ga seru nih chan cemen ga berani sekamar ama nuneo padahal kan udh sah hahahahah
thanks for update this chapter author-nim ditunggu kelanjutannya
Amaliaambar
#6
Chapter 5: Maaf baru bisa komen author-nim aaahh fav couple channuneo❤
Dasar channie pabbo wakakak
lanjut update author-nim semangaatt
adeloveskyu #7
Chapter 5: sweet channuneo ^^ chemistry..
ayudaantariksa #8
Chapter 4: Mwoo waee, kenapa mereka malah mau berantem di akhirrr, padahal awalnya manis, tapi kenapa jadi beginii authornimmm ㅠㅠ
ovygaara
#9
Chapter 3: Aahhh.... beautifull storyy... where i can find a man like chansung?? He is sooo gentle and sweet.... bener2 sosok laki2 yg bener2 'lakik' berkomiten dan ga banyak basa basi.

Ditunggu chap selanjutnya thornim~ fighting ^^
ayudaantariksa #10
Chapter 3: Kyaaaa, lanjut authornim , buat mereka menikah dan bahagiaaa ㅋㅋㅋㅋ 호이팅 .