Chapter 1

Our Happy (?) Marriage

Seorang namja bermata sipit berdiri di sudut taman yang terletak tepat di sebelah ballroom sebuah hotel. Namja tersebut memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong dan segelas minuman di tangan kirinya.  Di sisi lain seorang namja berhidung mancung berbadan tinggi tegap berjalan keluar dari dalam ballroom menuju ke taman, matanya berkeliling melihat pemandangan hingga tatapannya kemudian terfokus pada seorang namja yg berdiri di sudut taman tersebut. Ia lalu berjalan mendekati namja yang sedikit lebih pendek darinya itu, namun tampaknya namja tersebut tidak memperhatikannya hingga langkahnya terhenti tepat di samping namja itu.

"Hai" sapa namja yg lebih tinggi "....." hening tanpa reaksi dari namja satunya, namja yg lebih tinggi tersebut lalu memberanikan diri menyapa dengan lebih keras. "Haloo" namja bermata sipit itu lalu mebelalakkan matanya karena terkejut kemudian menoleh ke sumber suara yang ada tepat di sampingnya "Ah maaf anda berbicara apa?tadi saya tidak fokus." namja bermata sipit itu akhirnya mengalihkan pandangannya ke namja tinggi yg ada di hadapannya sambil menunduk dan melempar senyum manis yg membuat matanya tampak seperti bulan sabit

"Hahaha saya belum berbicara banyak, saya hanya menyapa anda,tapi tampaknya anda sedang melamun" jawabnya sambil tersenyum dengan mata yang masih terus memandang kagum pada namja yg memiliki eye smile tersebut.

"Aah begitu.....maafkan saya" jawab pemilik eye smile tersebut sambil menggaruk tengkuknya

"It's ok, tampaknya saya yg harus meminta maaf karena sudah mengganggu lamunan dan apapun bayangan yg ada di pikiran anda" jawabnya

"Hahahaha tidak perlu meminta maaf, lagipula itu hanya lamunan bukankah lebih baik menghadapi suatu kenyataan yg ada di depan mata dibanding hidup dalam angan-angan?" balasnya

'menarik juga pemikiran namja ini' batinnya setelah mendengar jawaban dari namja yg ada di hadapannya. Belum sempat ia menyelesaikan pikirannya namja dengan eye smile di hadapannya sudah bertanya kembali "Mohon maaf, siapa nama anda? sepertinya saya belum pernah bertemu dengan anda sebelumnya"

"Ah, anda benar, maaf saya juga lupa memperkenalkan diri saya, nama saya Chansung,Hwang Chansung, kalau anda?"

"Junho, Lee Junho" jawabnya sambil mengulurkan tangannya,Chansung tersenyum dan kemudian menyambut tangan Junho yang tentunya dibalas dengan eye smile khas milik Junho

 “Oiya, Junho-ssi kenapa kamu justru melamun di sudut taman seperti ini saat sedang pesta?Apakah ada yg mengganggumu?" tanya Chasung dg wajah serius

"Tidak...hanya saja aku tidak suka dg suasana pesta seperti ini...tidak bisa ngobrol akrab dg mempelainya, tidak begitu kenal dg tamu-tamu yg lain...dan malas berbasa basi dg org yg aku bahkan tidak tertarik untuk berbicara dengannya"

Chansung menampakkan ekspresi terkejut, merasa terserang dg pernyataan Junho, namun tampaknya Junho menyadarinya, sehingga cepat-cepat Junho menambahi "tenang saja Chansung-ssi, ini tidak berlaku padamu, tentu saja kalo aku tidak tertarik berbicara denganmu aku tidak akan memperkenalkan diri dan masih berdiri di sini ngobrol denganmu....." sanggah Junho disertai senyuman yg tulus.

“hahaha kamu tau saja Junho-ssi.......hmmm kalau menurutku, pada acara seperti ini  lebih kesal lagi dengan pertanyaan orang-orang yang pasti menanyakan mana pasanganmu? Kamu kapan menikah? Tidakkah mereka tau itu.............”

“...................sangat menyebalkan dan benar-benar merusak mood...” sahut Junho sebelum Chansung menyelesaikan kalimatnya.

Chansung terkejut lalu berkomentar "Wuaaa tampaknya kau bisa membaca pikiranku Junho-ssi, luar biasa, itulah yang ingin aku ucapkan tadi, tapi sudah kamu dului. Hahahaha" jawab Chansung dengan wajah takjub sambil berpura-pura tepuk tangan

"Nooononooo...aku bukan cenayang Chansung-ssi hanya saja wajahmu menampakkannya" jawab Junho sambil tersenyum jahil.

"Hmmm tampaknya aku harus lebih berhati-hati padamu Junho-ssi. Hehehe Oiya aku tertarik dengan jawabanmu Junho-ssi, sepertinya kamu sepemikiran denganku, aku setuju dengan pendapatmu mengenai suasana pesta pernikahan"

"Karena itu kah kamu juga memilih keluar dari ballroom dan menemukanku di sini?" jawab Junho

"Ya sepertinya begitu, dan karena aku sudah menemukanmu maka setelah ini tolong jangan terlalu formal lagi padaku Junho-ssi" jawab Chansung sambil tersenyum ke arah Junho

“Hmmm akan aku usahakan Chansung-ssi, tapi benarkah tidak apa-apa bila aku tidak berbicara formal padamu? tampaknya kamu adalah seniorku” jawab Junho

“Eiiiiiiy, walaupun wajahku tua seperti ini namun usiaku awet muda Junho-yah dan aku sangat yakin kita seusia”

“Bagaimana kamu bisa yakin Chansung-ah sementara kamu terlihat begitu tua dan aku  masih seperti anak-anak begini?” jawab Junho dengan wajah jahilnya, Chansung kini mengerti bahwa sebenarnya Junho setuju dengannya dan hanya menggoda Chansung sehingga Chansung bisa sedikit lebih tenang “Berarti aku juga sama anak-anaknya sepertimu :p ”

“Mana ada anak-anak sebesar dirimu Chansung-ah?”

“Dan mana ada anak-anak bosan dengan pesta sepertimu Junho-yah?”

“Tapi buktinya kamu juga bosan kan dengan pesta ini”

“Tuuuh kan................ berarti aku sama sepertimu Junho-yah :P”

Merasa terjebak akan pertanyaanya sendiri Junho hanya memajukan bibirnya kesal namun justru tampak lucu di mata Chansung dan begitulah mereka mengobrol dan bercanda ringan sekedar untuk membuang waktu sampai pesta penikahan itu selesai.

"Sayang sekali aku rasa obrolan kita harus berakhir sampai di sini Chansung-ah,pestanya sudah selesai dan aku harus segera kembali" ucap Junho sambil melirik jam tangannya dan melihat sekelilingnya yg mulai riuh karena tamu yg lain sudah mulai keluar meninggalkan ballroom.

"Kamu benar Junho-yah...waktunya pergi...Terimakasih sudah mau mengobrol denganku dan menyelamatkanku dari pesta yg membosankan ini" jawab Chansung sambil mengulurkan tangannya ke junho

"With pleasure tuan Chansung, kamu juga menyelamatkanku, terimakasiih" jawab junho sambil menjabat tangan chansung

"Sampai ketemu lagi, aku harap kita bisa bertemu lagi secepatnya" ucap Chansung

"Yap sampai ketemu lagi....senang bisa bertemu dan ngobrol denganmu Chansung-ah" jawab junho sambil tersenyum sehingga menampakkan eye smilenya

Mereka lalu berpisah setelah berjabat tangan, melempar senyuman dan mengucapkan perpisahan dan tentu saja tanpa ada harapan entah kapan bisa bertemu kembali, karena siapa juga yg akan berpikiran untuk bertemu kembali dg seseorang yg baru dikenal pada saat pesta pernikahan, walaupun dalam hati keduanya berharap suatu ketika mungkin Tuhan mengijinkan mereka bertemu kembali. Karena jujur walaupun hanya singkat pertemuan mereka namun keduanya merasa nyambung saat mengobrol dan bercanda.

 

 

Keesokan harinya

Mentari pagi bersinar, langit pun menampakkan warna biru cerah menandakan cuaca hari ini menyenangkan namun tidak bagi seorang namja bermata sipit yang sudah bersiap-siap untuk berangkat kerja “Aiishh menyebalkan sekali pagi-pagi begini sudah harus meeting di luar kantor, aku kan jadi harus berangkat lebih pagi” gerutu Junho sambil mengenakan sepatunya. Ia lalu mengendarai mobilnya untuk berangkat ke kantornya dulu untuk mengambil berkas-berkas yang diperlukan untuk meeting sebelum berangkat ke tempat meeting, karena dia sebenarnya bukanlah orang yang seharusnya ditugaskan untuk berangkat meeting pagi itu namun karena Jo Kwon (seniornya) tidak dapat berangkat maka dia sebagai junior ditunjuk untuk menggantikannya dan karena dia adalah pegawai termuda pada divisinya ia hanya bisa pasrah mengiyakan ketika dititah oleh seniornya.

Selesai mengambil berkas ia langsung tancap gas ke tempat meeting karena tampaknya ia akan terlambat bila tidak ngebut. Meeting berjalan dengan lancar selama kurang lebih 4 jam. Junho lalu mengemasi barang-barangnya dan berpamitan sambil membungkukkan badannya pada mitra kerjanya yang lain. ‘Aiiiishhh kepalaku pusing, perutku perih, siaal......aku sangat lapar karena tadi pagi belum sarapan, untung tadi saat berangkat aku sempat melihat cafe di depan kantor ini jadi aku tidak perlu bingung mencari tempat makan, coba kalau aku tidak memperhatikan lingkungan sekitar pasti aku bisa pingsan kelaparan karena mesti keliling cari tempat makan hahaha luar biasa Lee Junho untung kamu adalah pria dengan kepekaan yang bagus wkwkwkwk’ batin Junho menyemangati dirinya sendiri sambil berjalan keluar dari gedung perkantoran tersebut untuk makan di cafe seberang kantor tersebut. Sesampainya di cafe Junho segera memesan makanan dan duduk di meja yang didesain untuk 2 orang di sudut ruangan cafe. Junho memakan makanannya dengan perlahan walaupun ia lapar karena ia malas untuk segera kembali ke kantornya. Junho hampir melahap potongan ketiga burgernya ketika ia melihat namja yang cukup tinggi sedang memesan makanan ‘sepertinya aku familiar dengan orang itu’ batin Junho sambil menatap lekat namja tersebut sampai-sampai ia tidak menyadari namja tersebut sudah berbalik menghadap ke arahnya dan................

 “Chansung.....” Junho bergumam.

Di saat yang bersamaan Chansung yang selesai memesan makanan dan merasa sedari tadi diperhatikan orang lain segera membalikkan badannya untuk melihat sekitar dan sekaligus mencari tempat duduk hingga matanya tertuju pada namja yang duduk di meja sudut ruangan tersebut sedang menatapnya ‘Junho........’ batin Chansung. Ia lalu mengatakan pada pelayan untuk membawakan pesananannya nanti ke meja tersebut sambil menunjuknya.

Chansung tersenyum dan berjalan ke arah Junho, ia lalu menunjuk kursi kosong di hadapan Junho sambil menatap Junho. Chansung belum mengucapkan sepatah kata pun namun tampaknya Junho sudah memahami maksud Chansung, ia lalu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum menampakkan eye smile terbaiknya. Chansung segera duduk di hadapan Junho dan mereka saling menatap dan tersenyum penuh arti, seakan-akan cukup dengan tatapan mata saja sudah dapat membicarakan isi pikiran mereka.

 “Wah jumpa lagi Junho-yah, bagaimana kabarmu?” Chansung membuka pembicaraan. “hahaha iya Chansung-ah tidak kusangka secepat ini sudah bisa bertemu lagi denganmu, kabarku ya begini saja Chansung-ah, kamu sendiri?” Junho menjawab sambil tersenyum. “Aku juga begini-begini saja Junho. Sedang apa kamu di sini?........selain makan tentunya” Chansung menambahkan.

“hahaha tau saja kamu kalo aku mau menjawab sedang makan Chansung-ah, tampaknya kamu ketularan kemampuan cenayangku. hahaha tadi kebetulan aku ada rapat di gedung seberang sana lalu aku lapar, jadi disinilah aku bertemu denganmu” Junho mengedipkan sebelah matanya yang sebenarnya sangat sulit ia lakukan karena matanya yang sipit tersebut

“hahahaha syukurlah ku kira kamu kabur dari pesta pernikahan lagi, apalagi melihatmu duduk di pojokan sendirian”

“eiiiiiy kamu kira setiap kali aku di pojokan berarti aku sedang menghindari pesta pernikahan?”

“Sepertinya begitu, sepertinya memang kamu akan selalu mojok untuk menghindari pesta pernikahan, apa aku salah?”

“hahahaha tidak sepenuhnya salah tapi tidak sepenuhnya benar juga”

“Wae?” Chansung bertanya dengan wajah keheranan

“Well karena aku rasa menikah itu hanya sebuah komitmen untuk bekerjasama sebagai partner, mendukung partnermu supaya berhasil dan tidak mempermalukannya di depan publik dengan tingkah emosional dan ketidak-setiaan, that’s it, jadi untuk apa terlalu mempermasalahkan mengenai ‘pesta pernikahan’ karena pada dasarnya menikah itu adalah komitmen yg akan kita jalani sesudahnya bukan saat pestanya saja, semua seperti hanya terfokus pada senangnya saja tapi melupakan hal yang sesungguhnya sesudahnya”

“Well, itu trerdengar sangat diplomatis dan menjanjikan” Chansung tersenyum

“Kamu bilang itu menjanjikan?” Junho terheran karena biasanya orang-orang tidak setuju dengan pemikirannya tersebut.

 “Ya tentu saja Lee Junho aku setuju denganmu karena menurutku begitu juga definisi pernikahan, menikah dan kemudian life happily ever after terdengar benar-benar seperti dongeng saja, justru dengan menikah itu kita baru mulai menjalankan komitmen kita untuk mendukung partner kita, disitulah kerjasama baru dimulai”

“Hahahaha benar sekali Hwang Chansung itulah yang aku lihat, well tampaknya memang kita bukan tipe orang yang akan mudah bahagia, tapi begitulah kenyataan hidup, kita tetap harus menjalaninya sesuai dengan tanggung jawab kita entah kita bahagia atau tidak ”

“Ada yang kurang Junho, entah kita bahagia atau tidak, kita juga tidak boleh hanya mengejar cinta, well hidup tidak cuma butuh cinta saja bukan?”

“Hahahaha lihat kita tampak seperti tokoh antagonis dalam drama-drama Chansung-ah, tapi disitulah yang membuatku senang mengobrol denganmu, pemikiranmu dan pemikiranku yang aneh ini, aku merasa pemikiran itu tidak salah meski orang lain akan memandang itu salah”

Chansung langsung menyahut “Begitupun denganku Junho, aku juga merasa pemikiranmu tidak salah, bukankah memang kebahagiaan dan cinta itu hanya bonus dalam hidup?”

“Dan bonus bukan merupakan sesuatu yang pasti kamu dapatkan. Hanya orang tertentu dalam waktu tertentu dan belum tentu hal itu benar-benar terjadi pada kita, jadi bukankah lebih baik bagi kita untuk hidup dalam realita saja?” Junho menjawab sambil menaikkan salah satu alisnya puas dan merasa bisa mengimbangi Chansung

Chansung tersenyum, ia bergumam dalam hati ‘sepertinya aku sudah menemukan orang yang aku cari, orang ini benar-benar menarik dan benar-benar cocok denganku. Tapi akan sangat aneh bila aku mengajaknya menikah, ah sudahlah mungkin orang ini adalah sebagian dari orang yang dirancang oleh Tuhan untuk mampir dan sedikit menghiburku, sedikit membuatku lega bahwa aku bukan satu-satunya orang yang sangat pesimis akan pernikahan dan cinta, yang melihat itu hanya khayalan dalam drama film maupun dongeng.’

“Oiya Junho kalau kamu tadi hanya rapat di gedung depan berarti sebenarnya kamu bekerja di mana?, kebetulan aku bekerja di area sini makanya aku sering makan siang di cafe ini tapi seperti di dalam drama dan dongeng siang ini aku bertemu denganmu” Chansung tersenyum jahil

“Di Penpen corp.., sebenarnya aku juga hanya menggantikan seniorku yang tidak bisa datang jadi aku pun tidak begitu familiar dengan daerah sini begitu melihat cafe ini saat aku jalan tadi aku langsung mampir saja, kebetulan yang menarik bukan seperti dalam film?” Junho membalas dengan tersenyum jahil

“Tampaknya kita sedang berjodoh :p oiya bolehkan aku meminta kontakmu siapa tau nanti perusahaan tempatku membutuhkan kerjasama dengan perusahaanmu karena aku sudah banyak mendengar review positif dari Penpen corp”

“Tentu saja ini kartu namaku, dan bolehkah aku meminta kontakmu juga Chansung-ah?”

“Hmmm kalau aku tau aku akan bertemu denganmu tentu aku akan menyiapkan kartu namaku dulu Junho-yah, sayangnya aku hanya membawa diri saja karena hanya berniat untuk mampir makan siang, tapi tenang saja aku pastikan jika aku akan menghubungimu dengan keterangan jelas bahwa Hwang Chansung sedang menghubungi Lee Junho”

“hahaha Oke” mereka lalu mengobrol ringan mengenai pekerjaan mereka dan kemudian berpamitan karena jam makan siang sudah berakhir dan mereka harus segera kembali ke pekerjaan masing-masing.

 

 

Malam harinya di apartemen Junho

Pulang dari kantor Junho segera membuka bungkusan makan malamnya dan meletakkan beberapa lauk untuknya besok ke dalam kulkas jadi besok ia tinggal memanaskannya. “Hari-hari ya hanya akan berlalu seperti ini seperti ini saja aku mulai bosan” gumam Junho. ‘Tapi benar-benar aneh rasanya dua hari ini bertemu dengan Chansung  dan mengobrol dengannya membuatku merasa seperti sudah mengenalnya lama bagaimana bisa aku merasa nyambung dengannya padahal aku susah sekali mempunyai teman, jangankan teman, mengobrol dengan orang lain saja aku malas kalo tidak benar-benar terpaksa tapi ngobrol dengan Chansung yang notabenenya adalah benar-benar orang asing bisa membuatku mengutarakan pemikiran-pemikiran anehku, dan yang lebih aneh lagi dia tidak menganggapku aneh justru sepemikiran denganku aah aneh memang. Jangan-jangan aku kena pelet Chansung. Hahhaha ngomong apa kamu Lee Junho tentu saja pelet itu tidak ada’ Junho tersenyum geli sendiri dengan pikirannya tersebut. Ya seorang Lee Junho adalah orang yang sangat mengandalkan logikanya jadi wajar saja kalau dia tidak mempercayai cinta maupun keajaiban.

Drrrrrrrtdrrrrrrtdrrrrrrrt bunyi getar hp Junho membuyarkan lamunan Junho dengan bergegas ia mengambil hp dan mengangkat panggilan tersebut.

Nomor asing....hmmm mungkinkah..... Chansung........secepat itukah dia menghubungiku?’ batin Junho

“Halo”

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
brat2104 #1
Chapter 8: Tolong sambung cerita ini... Please....
Galangaalpinia
#2
Chapter 8: Kakak dilanjut dong..... penasaran bgt soalnya, semangat.....!!!
Amaliaambar
#3
Chapter 7: Doorr sapaa tuh yg dtg hayooo ditunggu chap selanjutnya ya author-nim fighting
NobuMoru #4
Ditunggu thorrr chap selanjutnya, fighting!!
Amaliaambar
#5
Chapter 6: Ihh kok mereka ga sekamar sihhh ah ga seru nih chan cemen ga berani sekamar ama nuneo padahal kan udh sah hahahahah
thanks for update this chapter author-nim ditunggu kelanjutannya
Amaliaambar
#6
Chapter 5: Maaf baru bisa komen author-nim aaahh fav couple channuneo❤
Dasar channie pabbo wakakak
lanjut update author-nim semangaatt
adeloveskyu #7
Chapter 5: sweet channuneo ^^ chemistry..
ayudaantariksa #8
Chapter 4: Mwoo waee, kenapa mereka malah mau berantem di akhirrr, padahal awalnya manis, tapi kenapa jadi beginii authornimmm ㅠㅠ
ovygaara
#9
Chapter 3: Aahhh.... beautifull storyy... where i can find a man like chansung?? He is sooo gentle and sweet.... bener2 sosok laki2 yg bener2 'lakik' berkomiten dan ga banyak basa basi.

Ditunggu chap selanjutnya thornim~ fighting ^^
ayudaantariksa #10
Chapter 3: Kyaaaa, lanjut authornim , buat mereka menikah dan bahagiaaa ㅋㅋㅋㅋ 호이팅 .