Ruangan itu diselimuti dengan keheningan sesaat setelah Kai keluar bersama dengan Sehun. Yoongi terdiam, berusaha untuk mencerna sedikit informasi yang diberikan oleh pria berambut silver itu.

Kai menuturkan bahwa sejak setengah tahun yang lalu, neneknya mulai kedatangan para tamu yang tak dikenal. Sebagian dari mereka hanya menanyakan beberapa hal, sedangkan yang lainnya bahkan sampai mengacak-acak rumah itu demi menemukan sesuatu yang mereka cari. Setelah memergoki keadaan rumah yang berantakan, Kai memutuskan untuk tinggal bersama dengan neneknya.

Wanita berusia 82 tahun itu adalah seorang psychic yang dulunya berdomisili di Distrik Utama. Go Miwoo tak pernah mendapatkan sebuah Cards seumur hidupnya, sehingga membuatnya terusir dari tempat asalnya.

Namun, sekarang semuanya menjadi lebih sulit.

Apa hubungan ayahnya dengan wanita itu? Apa yang diinginkan oleh orang-orang dari Distrik Utama hingga mereka menyekap ayahnya dan bahkan sampai membunuh Go Miwoo?

Begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam kepalanya, dan tak ada satupun jawaban yang bisa ia berikan.

" this," gumam Yoongi sambil menghempaskan tubuhnya ke belakang, kepalanya menghantam bantal.

"Hey, Yoongi."

Ia membuka sebelah matanya. Melirik Seokjin yang duduk di sebelahnya sambil membaca sesuatu di pangkuannya.

"Hm?"

"Apa maksud dari 'Cengkeraman hitam yang mencekik, berusaha menodai kemurnian. Mengkhianati tujuan asal, terobsesi dengan kejayaan'?"

Yoongi menatap pria berambut pink itu heran. Mengapa tiba-tiba Seokjin mengatakan hal tak masuk diakal seperti itu?

"Apa yang kamu bicarakan?"

Seokjin tak mengatakan apapun, hanya menyodorkan sebuah buku bersampul kulit yang kertasnya mulai kekuningan. Ia bangkit dan mengambil buku itu. Sebelah alisnya terangkat tinggi melihat 'Secret Keeper' tertulis di halaman pertama dengan tulisan kaligrafi dan tinta berwarna merah.

"Sepertinya Go Miwoo juga merupakan penyair. Hampir seluruh isi buku itu terdengar seperti bait puisi dengan makna yang tidak dapat aku mengerti," jelas Seokjin.

Benar saja, saat Yoongi membalik halaman ia menemukan lima baris kalimat yang lagi-lagi ditulis dengan tulisan kaligrafi. Begitu juga dengan halaman berikutnya, dan berikutnya.

Yoongi mengusap wajahnya dengan kedua tangan, merasa frustasi.

Tujuan awalnya datang ke tempat ini hanyalah untuk bertemu dengan Go Miwoo dan menanyakan rahasia apa yang dimaksudkan oleh ayahnya. Bukan malah diserang oleh seorang Wind Knight, menemukan sebuah Card dan mendapatkan jurnal berisi ratusan bait puisi yang tak jelas artinya.

Tiba-tiba, ia mendengar suara tubrukan yang membuatnya langsung mendongakkan kepala.

"Hobi?" tanya Taehyung tak percaya. Mata merahnya melebar saat pria itu menyadari siapa sosok yang tiba-tiba menyerangnya hingga jatuh ke lantai.

Yoongi menatap kedua Knight itu dengan tampang heran. Sang Flame Knight sibuk menepuk-nepuk bahu Hoseok, berusaha untuk membuatnya berhenti menangis. Untuk pertama kalinya, Yoongi memperhatikan gerak-gerik Taehyung.

Kedua matanya yang besar tampak menyipit membentuk bulan sabit saat tersenyum.

Senyumannya yang berbentuk kotak menampilkan gigi putihnya yang berjejer rapi.

Rambut pirangnya tampak mulai menyentuh tengkuk, menutupi sebuah tato simbol api persis seperti yang ada di bahu Yoongi.

Ia menggeleng.

Pria itu terlalu flamboyan, lebih cocok untuk menjadi aktor film yang posternya sering menghiasi baliho di kawasan eli