Chapter 2 : Hello, Master

The Knight and His Master
Please Subscribe to read the full chapter

17 April 5013

 

Yoongi mengernyitkan dahinya saat melihat pohon oak yang berjejer di tepi jalan saat mereka mulai memasuki Lembah Migne dan menjauhi kawasan permukiman Distrik 19. Batang pohon yang besar dan dedaunannya yang rimbun membuat jalan yang mereka lalui menjadi lembab.

Ia duduk di kursi belakang bersama Hoseok. Pria itu menggerakkan buliran air dengan telunjuknya, kemudian menjentikkan jari untuk membuat gelembung yang mengitari kepalanya. Kebiasaan yang biasa dilakukannya saat sedang bosan.

Kedua matanya menyipit saat melihat jam digital yang terpampang di dashboard mobil. 4:33 PM.

"Hey, Seokjin."

Seokjin menoleh ke arahnya, namun jemarinya tak sedetikpun meninggalkan keyboard hologram yang digunakan untuk mengemudikan Aerocar-nya.

"Hm?"

"Apa tujuan kita masih jauh?"

Pria yang duduk di belakang kemudi itu mengetikkan sesuatu ke keyboard, memunculkan sebuah hologram yang terpampang tepat di depan wajah Yoongi.

Data yang ditampilkan justru membuat Hoseok mengerang. Yoongi melirik pria disebelahnya dengan sebelah alis terangkat.

"Apa mobilmu ini tidak bisa lebih cepat? Aku merasa sangat bosan."

Seokjin menoleh ke arah Water Knight itu dan mencibir. "Kamu beruntung bisa menaiki seri terbaru Aero-2KJ limited edition, Hobi."

Yoongi mengalihkan pandangannya keluar jendela. Berusaha keras untuk tidak tertawa saat Hoseok menggumamkan, "Untuk apa memiliki mobil mahal yang tidak ada gunanya?"

Mereka tiba saat jingga kemerahan menghiasi angkasa.

Aerocar itu mendarat di depan sebuah rumah bergaya Victoria. Ketiga pria yang masih berada di dalam mobil saling bertatapan saat melihat keadaan rumah yang tampak tak terawat. Rumput liar yang mulai memanjang, pintu gerbang yang mulai berkarat dan cat dinding yang memudar membuatnya tampak seperti rumah yang ada di film horor klasik zaman dahulu.

"Wow," gumam Seokjin.

"Aku tidak tahu kalau rumah seperti ini benar-benar ada," tambah Yoongi.

Mereka keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu. Ia melirik Hoseok sebelum menekan bel.

Setelah hampir 5 menit mereka menunggu dan tak juga ada jawaban, ia bertanya kepada Seokjin, "Apa kamu yakin inilah rumahnya? Sejak tadi kita bahkan tak melihat seorang pun yang melewati daerah ini."

Seokjin membuka tabletnya, kemudian memperlihatkannya kepada Yoongi.

Tampak sebuah bintik merah dengan keterangan kecil di sudut layar. Tempat yang mereka datangi memang merupakan rumah Go Miwoo. Namun, mengapa tak ada yang menja---

Ia berbalik saat mendengar suara pintu terbuka.

Dihadapannya berdiri seorang pria jangkung berkacamata yang memakai kaos oblong dan denim jeans. Rambut peraknya tampak acak-acakan. Pria itu memandangi Yoongi dengan tampang datar.

"Ada yang bisa aku bantu?"

"Err." Yoongi menoleh ke arah Seokjin. Meminta bantuannya karena jujur saja, ia tak tahu bagaimana cara untuk mengatakan maksud kedatangannya.

Seolah mengerti dengan isyarat Yoongi, Seokjin berujar, "Kami ingin menemui Go Miwoo."

Kedua mata pria berambut perak itu menyipit.

"Go Miwoo adalah nenekku. Mengapa kalian ingin menemuinya?"

"Namaku adalah Min Yoongi," sela Yoongi sambil menjulurkan tangan. Namun pria itu justru menatapnya dingin, membuat Yoongi menarik kembali tangannya. "Ayahku menyuruhku untuk menemui Go Miwoo."

"Benarkah?"

Yoongi mengambil surat yang sebelumnya ia selipkan kedalam saku jaket, kemudian memberikannya kepada pria itu.

"Baiklah. Aku minta maaf karena bersikap tidak sopan kepada kalian. Silahkan masuk."

Seharusnya Yoongi bisa memperkirakan hal ini sebelumnya saat melihat interior ruang tamu yang berbanding 180 derajat dengan keadaan di luar. Dinding yang dilapisi dengan wallpaper berwarna merah marun dan emas, sofa dari kulit dan chandelier yang terpasang di langit-langit berhasil membuat ketiga tamu itu melongo.

"Namaku adalah Kim Jongin. Tapi, kalian bisa memanggilku Kai," ujar Kai sambil terus melangkah menuruni tangga menuju lantai bawah.

Mereka menyusuri lorong panjang. Obor yang ditempelkan di dinding menjadi satu-satunya sumber penerangan.

Langkah mereka terhenti di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari mahoni.

Kai membuka kunci pintu itu dan mempersilahkan mereka untuk masuk terlebih dulu. Ruangan itu tampak seperti perpustakaan dengan rak buku yang berjejer di dinding dan sebuah perapian.

Kening Yoongi berkerut. Rumah seperti ini jarang ditemukan di Distrik 19 yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Bahkan ia yakin tak ada yang memiliki rumah seperti ini di distrik asalnya.

"Jadi, siapa yang mengirimmu?"

Ia berbalik.

"Apa?"

Kai menyeringai sinis. Pria itu menjentikkan jarinya.

Hembusan angin kencang membuat tubuh Yoongi dan kedua temannya terhempas kebelakang. Seorang pria muncul secara tiba-tiba di sebelah Kai, membuat Hoseok menggeram dan mengeluarkan sebuah belati yang terbuat dari es.

"Hey! Apa yang kamu lakukan?"

"Jangan berpura-pura," ujar Kai sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Pasti kamu adalah salah satu orang suruhan Distrik Utama, bukan?"

"A... aku tidak ta...hu apa yang kamu bi...carakan."

Yoongi merasakan tubuhnya menggigil saat suhu ruangan itu turun drastis. Ia mendongak dan mendapati Hoseok dan Wind Knight milik Kai sedang berdiri berhadap-hadapan di tengah ruangan. Sang Wind Knight mengeluarkan sebuah tornado kecil di masing-masing tangannya, bersiap untuk menyerang.

"Hoseok," Seokjin berusaha untuk memperingatkannya.

Namun, Hoseok tak dapat mendengarkan apapun kecuali instingnya yang menyatakan bahwa Wind Knight dihadapannya adalah ancaman bagi Seokjin.

Ia mengangkat telunjuknya ke arah Kai yang berdiri di pojok ruangan. Jika Wind Knight itu berani menyakiti Master-nya, maka ia tak akan segan melakukan hal yang sama.

Lapisan es muncul dan menjalari tubuh Kai secara perlahan.

Fokusnya mulai hilang saat Wind Knight itu mengangkat tubuhnya dan melemparkannya ke arah salah satu rak.

"Jika kamu berani menyentuh Master maka aku akan membunuhmu."

Hoseok tak gentar. Ia melemparkan seringaian dingin ke arah Kai dan mengepalkan tangannya, membuat lapisan es yang membalut tubuh pria itu menjadi lebih erat. Membuatnya sulit untuk bernapas.

Yoongi menatap pertarungan di depannya dengan mata melebar. Selama ini, Seokjin hanya membiarkan Hoseok untuk berkelahi dengan Knight lain jika sedang berada dalam keadaan genting. Jadi, aura pemangsa yang terpancar dari tubuh Hoseok cukup membuatnya ketakutan.

Ia mendongak saat Kai mengerang kesakitan.

"Seokjin, lakukan sesuatu. Hoseok bisa membunuhnya jika kamu tidak menghentikannya sekarang."

"Bicaralah padanya."

Yoongi menatapnya heran. "Apa?"

"Dia sudah tidak bisa dihentikan kecuali aku memasukkannya kembali ke dalam Card. Alihkan perhatiannya selagi aku membacakan mantera."

Ruangan itu kini dipenuhi dengan lapisan es dan buku-buku yang berserakan di atas lantai karena hembusan angin sang Wind Knight. Kedua pria itu masih sibuk melemparkan kekuatannya untuk melumpuhkan lawan.

"Hoseok," panggilnya.

Namun, bukan Hoseok yang menoleh ke arahnya.

Yoongi merasakan bulu kuduknya meremang saat Wind Knight itu memutar tel

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
❤_❤
junniekai #2
Chapter 7: Uwoh..yoongi harus berhati2 taehyung merasa brsalah entah apa yg akan di pikirkan.y.
Kkeren author nim ^^
junniekai #3
Chapter 6: Keren author ~~~♡♡
hmm..apa yang bakalan terkadi sama keduany yaa,liontin merah?
jjang author nim ^^
ayuocca #4
Chapter 5: lanjuttttttt pleaseee : D
ayuocca #5
Chapter 4: please cepet update yaa... penasaran to the maxx wkwkwkw
junniekai #6
Chapter 3: Wah makin penasaran aja apa yg d sembunyikan distrik utama ? Akhirnya yoongi bertemu taehyung tapi apa yg box itu maksud dan hosoek tampak terkejut hmm...sekai on action too ^^
jjang author nim \^^/
junniekai #7
Chapter 2: Keren banget!!! Apa yang terjadi sama ayah yoongi?...hmm distrik utama masih menyembunyikan sesuatu..jjang ^^
ayuocca #8
Chapter 2: bagus banget :) tolong dilanjutkan ya :)
whoisyouz #9
I think this is such a great plot!