Prolog
The Knight and His MasterDrip. Drop.
Bunyi hujan yang menghantam jendela memecah keheningan yang menyelimuti ruangan temaram itu. Seorang remaja laki-laki duduk di karpet, bersandar ke kaki tempat tidurnya.
Kedua mata cokelatnya menatap kosong ke kejauhan.
Drip. Drop.
Rambut hitamnya yang kini menyentuh tengkuk tampak acak-acakan. Kemeja hitamnya tampak kusut dan lusuh. Tapi, ia tak peduli. Ia sudah terlalu dalam tenggelam dalam pikirannya untuk memperhatikan hal-hal kecil itu.
Sebelah tangannya menggenggam erat sebuah surat yang diterimanya dua hari lalu. Dikirim oleh seorang pria berseragam biru tua berkacamata yang wajahnya tak menunjukan simpati sedikitpun. Seolah dia tak baru saja mengirimkan berita tentang kematian rekan kerjanya.
Drip. Drop.
Ia sudah menunggu selama hampir satu tahun.
Dan kini, dirinya bahkan tak dapat melihat jasad ayahnya sendiri karena pria pengirim surat itu sudah pergi menjauh sebelum ia sempat mengatakan apapun.
"Bekerja di distrik utama adalah satu-satunya cara agar kamu bisa melanjutkan sekolahmu. Menjadi arsitek seperti yang kamu inginkan," ujar ayahnya dua tahun lalu.
Tapi, sekarang semuanya sia-sia.
Drip. Drop.
Ia menatap pecahan kaca yang berasal dari bingkai foto tak jauh dari kakinya.
Comments