Remuk yang semakin Remuk

Without You

Remuk yang semakin Remuk

 

Angin yang tidak terlalu kencang berhembus menyentuh kulit kaki telanjang Chaerin. Ia menggerakkan kedua kakinya kedepan kebelakang. Seperti adegan di commercial film, percikan air danau yang dingin bertaburan menyeruak keluar berterbangan disekitaran kaki mungil berkulit putih miliknya. Matanya ia tutup mencoba mereleksasikan pikirannya sebentar, bau khas tanah memenuhi indra penciumannya. Nyaman.

 

Deruan musik perlahan terdengar sayup-sayup, Chaerin menikmatinya, gerakan tubuhnya seirama dengan dentingan pelan suara piano. Perlahan ia membuka mata dan menoleh keasal suara, refleksi cahaya matahari menusuk pandangannya spontan ia memicingkan mata dan menutupi sebagian pandangannya dengan telapak tangan.

 

Seorang pemuda berjalan kearahnya berlahan-lahan namun pasti. Senyuman manis bersembunyi dibalik kegugupan yang nampak mendominasi. Dibelakang tubuhnya ia menyimpan serangkaian bunga wallflower kuning. Jika di perhatikan kau akan dapat melihat bagaimana dengan gugupnya ia mengigit bibir bawahnya dan berjalan dengan tergesa. Secuil senyuman nampak diwajah nervousnya begitu ia menatap seorang gadis yang memperhatikannya dari jauh. Jalanan yang dipenuhi ilalang setinggi tubuhnya itu membuatnya sedikit berusaha untuk mencapai tempat si gadis.

 

Gadis itu menyunggingkan senyuman manisnya menyadari sang pemuda berusaha membuka jalan dengan tangan kananya. Ia tidak melepaskan padangannya kearah sang pemuda. Hatinya berdegup kencang melihat pemuda itu berlahan mendekat kearahnya. Ia gugup dan senang pada saat yang bersamaan. Senyuman manis membuat matanya terlihat lucu seperti emoticon senyum melengkung setengah lingkaran. Ia memang manis, dandanan sederhana yang jarang ia kenakan. Dress putih sebatas lutut dengan hiasan renda melingkari leher, lengan panjang sebatas siku menutupi lengan putihnya, rambut coklatnya dibiarkan terurai bergelombang menutupi sebagian punggung.

 

“Cutt!!!”

 

“Aku tidak tau kau jago akting juga, ” Teddy mengangsurkan botol minum pada Chaerin, Chaerin menerimanya dan tersenyum.

“Kau cantik hari ini, ” Jempol tangan Jiyoung yang tiba-tiba hadir tepat didepan mata Chaerin mengagetkannya , “Oppa kau mengagetkanku ”

“Hahahaaa.. Maaf , tapi kau benar-benar cantik.” Jiyoung memandangi Chaerin dari ujung kaki sampai ujung kepala.

“Aku tau kok kalau kau ini cantik, makanya jangan sampai menyesal ya ha..ha..”

“Aish laki-laki yang berani menyakiti mu sampai membuat mu menangis akan berurusan dengan ku.”

“Arraseoyo... Geumanhaeyo chum..” [Aku tau.. sudah cukup] Chaerin mengibaskan telapak tangannya mencoba menghentikan percakapan ini.

“Hasil videonya bagus ayo lihat.” Chaerin dan Jiyoung berjalan mendekat ke arah sutradara Ahn.

“Bagaimana menurut kalian?” Sutradara Ahn menunggu respon jawaban sambil tersenyum puas.

“Sebenarnya aku tidak menyangka CL ssi akan sebagus ini mengingat ia bukan seorang pro dibidang akting namun kemampuannya bisa diasa dan disebandingkan dengan Kau Ji..”

“Kalau dilihat-lihat senyuman mu natural sekali ya.. ” Jiyoung menunjuk Ekspresi yang diperlihatkan di layar monitor. Chaerin menutupi mulutnya tidak menyangka hasilnya akan seperti ini.

“Seakan-akan kau beneran suka didatangi olehnya hahaa... ” Teddy menunjuk Jiyoung yang serius memonitor hasilnya.

“” Chaerin diam saja tidak memberi tanggapan takut-takut kalau permbicaraan ini semakin jauh.

“Ngomong-ngomong, benar juga kau terlihat seperti menungguku mendekat.”

“Bakat ku memang banyak, aku tidak menyangka haha... ” Chaerin mencoba mengalihkan pembicaraan mereka,

“Begitukah, kalau memang begitu kau bisa audisi di Hollywood”

“Tidak semuda itu Hyung, tapi.. kalau kau berusaha lebih keras lagi kau mungkin bisa Fighting Chaeya!!” Jiyoung mengepalkan tanggannya memberi dukungan pada Chaerin.

“Haa.. i have nothing to say.” Chaerin mengibaskan tangan berusaha mendinginkan suhu badannya.

 

“ACTION!!!”

Chaerin melihat Jiyoung dari jauh, ia memperhatikan akting Jiyoung tanpa melepaskan pandangannya sama sekali. Serangan kupu-kupu tiba-tiba memenuhi perutnya, perasaan seperti ini perasaan seperti ingin lebih dekat dengan seseorang itu memuncah didadanya.

 

Mengapa ia tidak bisa mengontrol perasaannya? Tubuhnya adalah miliknya tapi mengapa ia tidak bisa mengendalikan hati yang sering seenaknya bekerja tanpa ia sadari.

 

Bagaimana caranya untuk agar Jiyoung menyadari bahwa ia tersiksa selama ini. Chaerin ingin mengakhiri perasaanya pada Jiyoung ia ingin meninggalkan semuanya dan memulai hidup yang baru namun mengapa hidupnya seperti tidak bisa berpaling dari Jiyoung?

 

“OPPA .... ” Chaerin menarik nafas panjang dan menghembuskannya berlahan, seakan mencoba melepas semua beban dipundaknya.

“Kenapa sulit sekali meninggalkanmu.....?”

 

“Meninggalkan mu? Nugu?” Chaerin mencari asal suara yang tiba-tiba saja terdengar.

“Oppa!”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet