-Dasar Pengecut-

Without You

“Oppa annyeong, hari ini beli banyak cemilan?” Chaerin mengambil kantong kertas berwarna coklat dari dekapan Teddy teman sekaligus produser andalan Jiyoung.

 

“Oo.. aku ingin membeli soju tapi kita harus bekerja jadi aku membeli ini saja.” Teddy menunjukkan 4 buah kopi yang masih ia bawa dengan tangan kirinya.

 

“Haahaa.. so thoughtful.” Chaerin mengembangkan senyumannya dan segera mengangsurkan 1 set kopi itu semeja dengan kertas, bolpoint, keyboard dan komputer.

 

“Jiyoung belum datang?”

 

Chaerin mengangguk sebelum menjawab “Mungkin sedang kencan.”

 

Teddy tersenyum mendengarnya. “Aku harap mereka bisa mendukung dan memberi perhatian. Aku ingin Jiyoung bahagi-” “Nadoyo oppa,” Potong Chaerin cepat sebelum perbincangan mereka menjadi lebih jauh.

 

Chaerin memang pandai mengelak dan berargumen tapi ia tidak pandai berakting ia harus banyak belajar untuk melatih kemampuan menyembunyikan perasaanya.

 

“Ada beberapa nada dan note yang ingin ku rubah, apa mau kau dengarkan?”

 

Chaerin mengangguk dan memasang wajah antusias. “Kau seperti donnut... kucing mu itu haha..” Teddy segera mencari file di flash disk yang ia bawa dari rumah dan memperdengarkannya.

 

Setelahnya 2 orang tersebut terhanyut pada irama lambat dan low tone yang keluar dari speaker besar studio berperedam kayu itu. Dentingan piano yang lemah membuka lagu yang belum memiliki lirik sama sekali, chaerin mendengarkannya dengan seksama ia seperti menerawang ketika panca dengarnya ia pekerjakan dengan serius. Sebuah suara drum mengusik gendang telinga Chaerin, namun ia tetap mendengarkannya hingga selesai.

 

“Joeunhae oppa, aku suka. Hanya bagian drumnya aku merasa akan lebih dramatis jika tidak sekeras itu seperti lagu jiyoung oppa yang-black- tapi dibuah lebih lemah aku suka yang seperti itu.”

 

“Tapi tidak ada backround sounds lain selain piano?” Teddy menambahkan,

 

Chaerin menjentikkan jari tangannya, pertanda sependapat dengan teddy.

 

“Baiklah aku tau.. dan liriknya...” Belum selesai Teddy meneruskan kalimatnya Chaerin tidak lagi menunggu Teddy selesai bicara, ia segera mengambil bolpiont dari dalam tasnya dan kertas yang berserakan dimeja tadi dilipatnya menjadi dua, lalu ia larut dalam permainan kata-kata yang ia coba ciptakan. 

 

Berbagai rangkaian kata coba ia tuangkan, coretan demi coretan ia goreskan. Menyambung, memilih dan meletakkan kata yang ia rasa indah dan ia suka.

 

Chaerin tidak lebih pro dari Teddy bahkan ia jauh tertinggal darinya, wajar kan ia baru belajar. Sebagai seorang designer darah seninya tidak bisa dibendung oleh apapun termasuk dunia yang jauh berbeda. Berbeda? Bukannya ini sama-sama seni? Hanya wadahnya yang berbeda dan bentuk pengeksekusiannya saja yang beda. Lihat Jiyoung ia bukan seorang designer tapi ia bisa menjadi lambang fashion.

 

Benar entah itu didunia musik atau fashion jiyoung selalu unggul, entah tastenya memang sudah seperti itu atau ia mendapat inspirasi dari entah berantah. Jiyoung sudah menjadi seorang yang berpengaruh dikedua bidang yang sama-sama berseni itu. Dan Chaerin ingin mencoba musik yang sangat asing baginya setelah bertemu dengan teman-teman Jiyoung ini.

 

Hidup Chaerin memang seperti berada pada lingkaran Jiyoung. Atau ia memang yang berusaha masuk dalam lingkaran itu? Yang jelas Chaerin merasa dirinya sekarang jauh lebih bahagia, bisa bersama dengan semua yang berhubungan dengan Jiyoung.

 

Chaerin tersentak ketika seseorang tiba-tiba mengintip tulisannya dengan jarak sangat dekat. Bayanganya sampai terpantul diatas kertas putih yang kini terpenuhi oleh tinta hitam digenggamannya.

 

“Oppa kau mengagetkanku!” Chaerin memegangi dadanya yang berdetak kencang  takeruan.

 

“Hahaha.. apa kau mengagetkanmu? Miyan.” Dengan seenaknya diambilnya kertas yang tadi ada diatas tangan Chaerin

 

 

*“I hate you.. I love you.. i hate that i love you?

 

Don’t want to but i can’t put nobody else above you

 

I hate you.. i love you.. i hate that i want you

 

You want her, you need her but i’ll never be her...

 

Do you miss me like i miss you?

 

Always miss people that i shouldnt’ve missied...

 

you dont care you never did...

 

she the only thing you ever see...

 

have you ever notice, its slowly killing me ”*

 

 

“Woahh... Chaerin aa kau jenius!” Jiyoung mengacungkan jempolnya pada Chaerin dan memamerkan senyuman manis padanya.

 

“Hyung Chaerin bisa menjadi penulis lagu?” Teddy memutar duduknya menghadap 2 orang yang sudah sangat lama ia kenal.

 

“Kau pernah jatuh cinta sebelumnya Chae?” Chaerin tersentak dibuatnya, pertanyaan yang tidak pernah ia kira meluncur begitu saja dari Teddy.

 

“Memang aku bukan wanita apa, ada apa dengan kalian.” Chaerin meneguk kopi yang ia sambar demi menyembunyikan kegugupannya.

 

“Hem.. begitukah? Siapa pria beruntung itu?” Jiyoung bertanya dengan matanya yang seakan menguliti kejujuran Chaerin.

 

Kau.. pria beruntung itu kau Jiyoung. Chaerin ingin meneriakkannya sekarang jika bisa, jika bisa ya jika dan bisa. Namun kenyataannya chaerin terlalu pengecut terlalu takut untuk membuka kedok palsunya selama ini. Ia tidak punya keberanian seperti itu, ia takut jika ia mengungkapkannya semua berakhir. Semua, semua kenangan semua usaha yang ia bangun untuk bisa sedekat ini dengan Jiyoung.

 

Naum jika tidak mencoba kau tidak akan pernah tahu! Sekelebat keberanian muncul dari dalam dirinya. Sekata yang akan mengubah segalanya terasa sudah sampai dikerongkongannya saat ini, memaksanya untuk segera membuka mulut yang selama ini ia kunci dengan rapat. Jika tidak sekarang maka semua terlambat jika tidak sekarang Jiyoung akan semakin terluka lagi. Jika tidak sekarang ia akan semakin jauh dengan Jiyoung.

 

“Pria beruntung itu... Oppa...” Chaerin membulatkan keputusannya benar ini yang terbaik untuk Jiyoung dan untuk keegoisannya Chaerin memandang Jiyoung dengan serius,Jiyoung membulatkan matanya seperti tidak percaya “Oppa... dan oppa..” Chaerin beralih pada Teddy lalu tersenyum “Kalian pria beruntung itu, ah aku sangat beruntung memiliki kalian.”

 

Dasar pengecut! 

 

**) Gnash lyrics 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet