-Jiyoung-

Without You

Mata yang tidak terlalu besar, hidung yang tidak terlalu tinggi, deretan gigi yang putih tertata rapi, senyuman yang indah namun malu-malu selalu menghiasi kesehariannya. Pakaian yang rapi dan wangi yang menguar dari tubuhnya membuat siapa saja enggan untuk beranjak dari sekitranya.

 

-menyenangkan-

 

kata yang keluar dari mulut Chaerin jika ditanya mengapa ia betah berlama-lama bersama dengan maniak barang-barang ‘aneh’ itu. Well Chaerin yang seorang fashion designer yang yah, memang belum semahir itu tapi ia bisa mengerti bagaimana taste yang dimiliki dari seorang anak bermarga kwon ini.

 

Ada saja ide yang keluar dari otaknya. Entah itu bisa diterima atau sampai membutuhkan beberapa hari untuk memahaminya. Chaerin heran dan ingin sekali mengulik, mengintip isi kepala seorang jiyoung. Inspirasi seperti apa yang didapatkannya dan bagaimana mengembangkannya menjadi bahan 

 

-jadi- 

 

namun yang chaerin tahu mau bagaimana pun item fashion dan seaneh apapun yang dikenakannya nanti, Chaerin yakin bahwa itu akan menjadi 

 

-point- 

 

yang tidak bisa dilupakan oleh siapa saja yang meihatnya.

 

Begitulah yang ia pelajari dari seorang entertainer, yang sepanjang hidupnya dihiasi oleh kilatan lampu blitz sepanjang dan sejauh apapun ia keluar. Seorang yang harus menyembunyikan kebenaran perasaannya, yang harus menimbulkan senyuman dimanapun  sorotan kamera membidiknya. Entah sudah berapa konsultan sampai psikiater yang harus didatangi untuk sekedar berbagi percakapan sampai konsultasi yang tidak boleh diketahui oleh siapapun sampai keluarganya sekalipun.

 

-sedih-

 

Jika Chaerin tau seorang kwon jiyoung tersenyum pasrah dan mencoba ceria di atas kesedihan yang ia tau dengan sangat jelas. Ingin sekali Chaerin memeluknya dan mengusap kelelahan diwajah dan raga kurus itu. Membayangkan ada begitu banyak orang bergantung pada seorang ‘dia’ membuat dadanya terasa sesak.

 

“Chaerin aa, kau tahu aku mencintaimu.” Suara lelah diantara hisapan batang rokok, asap keluar dari bibir tipis itu, sejujurnya Chaerin tidak menyukai pria perokok. Baginya itu aneh dan tidak bisa diterima, mengapa mereka rela membuang uang hanya untuk dibakar kemudian? Tapi, jiyoung selalu beralasan

 

“Lalu kenapa kau makan kalau akhirnya akan kau buang juga.”

 

Chaerin memasang wajah yang seakan bertanya 'apa kau bercanda' pada Jiyoung sebelum berucap.... “Lalu kalau kita tidak makan memang kita bisa hidup? Lalu apa dengan tidak menghisap rokok kita akan mati?”

 

“Charin a kau benar-benar...” Jiyoung tidak bisa menang melawan argumen Chaerin "Kau tidak cocok jadi designer kau itu seharusnya jadi pengacara saja...". Chaerin sudah bagai adik kandungnya, adik yang sangat mengerti bagaimana ritme kerjanya dan mengerti bagaimana ia bisa bertahan dari hari kehari. Dan tau sebagian atau lebih -rahasianya-

 

“Aku tidak ingin menguburkanmu jika kau mati nanti.” 

 

“Aku tidak menyuruhmu untuk menguburkan ku nanti.”

 

“Serius, aku tidak menyuruhmu langsung berhenti hanya kurangi sedikit sedikit saja oppa.” Chaerin menatap serius kearah jiyoung, sedang jiyoung terus menghisap dan mengeluarkan asapnya begitu seterusnya dan tak berusaha memperdulikan tatapan intens Chaerin. 

 

Jujur saja dari angel seperti ini jiyoung terlihat tambah -keren- maksud nya sungguh dari angel seperti ini dari samping dan latar belakang langit sore yang menjingga dan siluet wajah jiyoung dan dan asap yang ia keluarkan dari bibir tipis itu... dan... semuanya sempurna...

 

“Oppa apa kau mau casting film?”

 

Jiyoung menolehkan pandangannya pada Chaerin dan tersenyum.

 

“Benarkan aku ini menarik, kau saja terpesona sampai menganga seperti itu”

 

“Eeewww... jinjja.” Chaerin memasang ekspresi ingin muntah. -yang benar saja? apa sangat terlihat?-

 

“Hahaahaaa..... ” Jiyoung tertawa terbahak sambil berusaha menutupi mulutnya yang terbuka lebar dengan punggung telapak tangannya. Kebiasaan.

 

“Oppa aku juga mencintaimu.” Kata Chaerin nyaris tanpa ekspresi, jiyoung dibuat terkejut dengan pernyataan tiba-tiba Chaerin, ia berhenti tertawa dan menghadap kan tubuhnya lurus kehadapan Chaerin. Mereka berdua lalu bertatapan, berbagi pandangan, mencoba mengartikan sorotan mata itu. 

 

Tapi kemudian jiyoung tersenyum.

 

“Aku lebih mencintaimu Lee Chaerin.” Katanya dan langsung membawa bahu Chaerin mendekat dan mendekapnya erat.

 

Chaerin ingin menangis rasanya. Ia adalah wanita terkuat setidaknya begitu kata sang ayah dan beberapa rekannya. Tapi rasanya ia sangat rapuh sekarang dibawah dekapan jiyoung. Bahu Jiyoung merengkuhnya dengan erat. Hangat dan nyaman namun membuat sesuatu yang mengganjal dalam perasaannya bergejolak, serangan kupu-kupu seperti berterbangan dalam perutnya. Desiran aneh yang detak jantung yang tak keruan dirasanya. 

 

Seandainya mereka bisa bertemu lebih awal, seandanya Chaerin mengetahui ini semua akan membawanya jauh lebih sakit, seandaninya ia tidak mencintai jiyoung.

 

“Aku serius, ” lirih Chaerin yang hampir tidak bisa didengar oleh telinganya sendiri. 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet