-Hopeless Love-

Description

Title               : Hopeless Love

ScriptWriter   : Lg a.k.a Melody

Main Cast      : Lee Chaerin a.k.a CL (2NE1)

                       Kwon Jiyoung a.k.a GD (BIG BANG)

Support Cast : Mizuhara Kiko

                      Dong Youngbae a.k.a Taeyang (BIG BANG)

Genre           : Not sad ending

Duration        : One Shoot

Rating           : R

Foreword

~“Jika es dan es bersatu akan jadi apa mereka? Jika es dan air hangat bersatu akan jadi apa mereka? Lebih baik hangat atau dingin?”~

Seperti percikan kembang api, perasaan ini bersinar indah. Bagaimana ini bisa terjadi. Kata-kata indah yang kau ucapkan bagaimana bisa aku lupakan?

+

+

+

Lee Chaerin melihat gelang berantai hitam ditangan kirinya dengan sedih. Terlihat seperti rosario kecil. Indah dan pas merangkul pergelangannya. Seandainya ini adalah satu-satunya maka ia akan sangat senang mengenakannya. Jiika saja tidak ada cerita dibaliknya ia tidak akan sesak setiap memakai dan melihat gelang indah ini.

Chaerin menyembunyikan gelang itu dibawah lengan kemejanya putihnya yang panjang supaya tak begitu nampak. Setelahnya ia bergegas berjalan menuju van hitamnya untuk menghadiri pesta. Benar pesta yang seharusnya ia datangi dengan perasaan senang bukan dengan perasaan tidak enak seperti ini apa sebaiknya ia tidak datang? Bagaimana jika ia beralasan saja untuk tidak menghadiri pesta ini? Toh ini juga bukan pesta resmi perusahaan.

“Chaerin aa ppali kita bisa telat.” Teriak manajernya dari balik kaca depan yang dibuka setengah.

“hah.. ” desahnya pasrah, haruskah ia pergi? bagaimana ia bisa menghindar?

Dalam perjalanan Chaerin berdoa agar ada berita tak terduga yang membuatnya harus membatalkan undangan dan tidak harus datang malam ini.

Ia duduk dengan gelisah memandang jalanan yang basah karena hujan sedari siang. Mengapa bulan sampai menampakkan wajahnya? Tidakkah ia melihat, Chaerin tengah bersedih?

“Oppa, apa Dara unni juga diundang?”

Manajer oppanya mengintip dari kaca spion tengah mobil memperhatikan pandangan kosong Chaerin sebelum menjawab pertanyaannya.

“Aku tidak tau, mungkin iya mungkin tidak. Kenapa tidak kau tanyakan sendiri padanya?”

Chaerin menggelengkan kepalanya.

“Apa kau sudah membawa kado?”  tanya Menejernya,

Chaerin kembali menggelengkan kepalanya. Benar ia belum membawa kado!

“Aku lupa membelinya oppa, apa kita bisa membelinya dulu??” Seperti mendapat sebuah ide cemerlang Chaerin bertanya pada manajer oppanya dengan antusias.

“Tidak. Bilang saja kadonya menyusul kau tidak lihat kita benar-benar telat. Kenapa tadi kau lama sekali, masih ada yang belum beres?”

Chaerin menjatuhkan diri pada kursi penumpang. Hilang sudah rasa antusiasnya, ia  kesal karena permintaannya ditolak mentah-mentah oleh sang Manajer dan malah bertanya bagaimana pekerjaannya yang sebenarnya tidak perlu dijawab Chaerin lagi. Sudah jelaskan jika tadi ia lama di studio berarti rekamannya belum beres.

“Oh ya, Kiko juga datang kan?”

“Molla. Tanyakan sendiri padanya.” Jawab Chaerin kesal. Ia memalingkan wajahnya pada jendela mobil.

“Eeii, kau marah ya? Hhaa, aku hanya bercanda.”

Chaerin tidak menanggapi pertanyaan menejernya. Bukan karena kesal. Ya baiklah... kesal juga ada meskipun sedikit tapi karena hal lain. Hal lain yang mendasar yang membuatnya enggan untuk menghadiri pesta ulang tahun sahabatnya ini.

Sudah berapa tahun sejak ia malas untuk menghadiri acara ulang tahun sahabatnya dan  tidak bersemangat seperti sekarang. Bahkan belum sampai tempat tujuan sudah membuatnya sesak nafas entah kenapa. Mengapa ia tidak demam saja disaat-saat seperti ini?

=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0=0

Datang ke pesta Ulang tahun bukan kebiasaannya hanya saja jika ia mengenal orang yang mengundangnya seharusnya ia datang bukan? Bukan hanya mengenalnya saja tapi sudah dianggap saudara baginya, bagaimana ia tidak datang dan mencari alasan murahan untuk tidak menampakkan dirinya dihadapan sang pengundang.

“baiklah pasang poker face mu chaerin. Ini akan segera berakhir.” Gumamya pada diri sendiri saat keluar dari vannya.

Beberapa orang yang dikenalnya langsung menyapa dan tersenyum. Chaerin segera memasang topeng yang telah ia siapkan tadi, ia menyambut orang yang menyapanya dengan senyuman yang tak kalah manis. Mencium pipi kanan kirinya dan tertawa lalu basa-basi sebentar sebelum akhirnya memisahkan diri. Ia menuju tujuannya, memberikan selamat ulang tahun pada sang pengundang lalu segera keluar atau berdiam dulu menikmati pesta tapi jauh dari mereka berdua.

Cherin sibuk menimbang-nimbang pilihan mana yang baiknya ia ambil sebelum sebuah tepukan tepat dipundak membawanya menoleh dan memaksa Chaerin untuk kembali memasang topengnya. Tapi kali ini dengan lebih natural agar tidak ketahuan.

“Kau baru datang? Aku menunggumu sejak tadi. Ayo Jiyoung sudah menunggumu.” Tanpa menunggu jawaban Chaerin, wanita tinggi itu menggandeng tangan Chaerin cepat, untuk menuju kesebuah meja yang cukup besar di sudut Club. Tempat yang strategis.

“Hei kau dari mana saja, kenapa baru muncul?”

Chaerin mempertahankan poker facenya dan memasang senyuman yang sangat-sangat berat pada pria yang mengenakan topi terbalik dihadapannya. Wanita yang tadi menggandenganya langsung mengambil tempat duduk tepat di samping sang pria.

“Em, saengil chukahae. Kau sudah tua, jadi yang lebih baik.” Ucap Chaerin senatural mungkin. Ia tidak ingin terlihat aneh didepan teman-temannya yang juga duduk melingkari meja bundar itu.

“Gombawo. Kau tidak sebentar kan disini?” Pria itu mengambil minuman di gelas kaca kecil dan menawarkannya pada Chaerin. Chaerin menyambutnya dan menegak habis cairan berwarna keemasan itu. Agak sedikit panas begitu melewati kerongkongan Chaerin.

“Ayah ku baru pulang, kau tau kami-”

“Sibuk. Aku tau, tapi ini pesta ku. Kau harus bersenang-senang dulu dengan kami. Atau ambil selca kita bersama dulu, lalu unggah ke SNS baru kau boleh pulang.” Potong pria itu yang tau dengan pasti apa yang harus mereka lakukan. Chaerin hanya bisa menahan napasnya mendengar ide pria berperawakan kurus itu ia seorang yang profesional. Chaerin menggedikkan bahunya, ia tidak punya pilihan lain. Setidaknya ia masih bisa bermain dengan Xin atau temannya yang lain.

+

+

+

Setiap gerakan yang kau ciptakan, seperti tengah bermain dengan gelembung kecil yang kau tiup. Aku percaya pada perasaan ini. Bahwa kau tidak akan meninggalkan semuanya, bahwa kau akan bersama ku.

+

+

+

“Jiyoung ah, aku punya kejutan untukmu.” Wanita berambut hitam pendek disebelah pria bernama Jiyoung itu mengangsurkan kotak kecil pada Jiyoung. Wajah Jiyoung berubah sumringah begitu melihat wanita disebelahnya memberinya sebuah kado. Jiyoung membukanya dan deretan giginya terlihat. “Arigato! Kiko san.” Jawabnya dengan nada dibuat se-cute mungkin. Menyebalkan. Sebuah Jam tangan bertali kulit indah menyembul dari dalam kotak hitam ditangan Jiyoung.

“Pakailah, pasti makin keren” Wanita asal jepang yang memiliki wajah blasteran itu balas tersenyum dan pelukan mengakhiri senyuman mereka. Betapa bahagianya melihat mereka bersama. Diam-diam Chaerin memperhatikan keduanya dari sudut matanya.

+

+

+

“matamu yang melihatku tidak sama dengan matamu yang tengah melihatnya. ”

+

+

+

Kemeriahan pesta ulang tahun Jiyoung terus berlanjut. Chaerin sudah terlambat untuk kabur dan menghindar dari teman-temannya yang telah mengepunganya. Ia tidak dapat menemukan alasan yang tepat untuk membuatnya keluar dari club dan pesta yang sangat-sangat menyiksanya ini.

Beberapa orang yang mengenalnya mendekati Chaerin dan mengajaknya mengobrol ya tentu saja itu membuat mood Chaerin kembali membaik mereka membicarakan semuanya. Tentang bagaimana Chaerin bisa sesukses sekarang. -Dirinya dan dunia idolnya-. Ya, kau tau kan tidak semua orang menyukai idol, namun beriakan pengecualian pada Jiyoung dan Chaerin karena berkat keduanyalah dunia idol tidak lagi dipandang sebelah mata lagi.

“Aku tau kau akan sukses, tapi aku tidak tau kau akan sebesar sekarang.”

“Unni terlalu berlebihan.” Chaerin menutupi mulutnya saat tersenyum menanggapi pernyataan berlebihan dari seorang Unni yang ia kenal jauh sebelum ia bergabung dengan YG entertaiment.

“Aku harap kau bisa bahagia seperti di atas panggung pada kehidupan belakang layar mu. Kau tau, semoga semuanya berjalan seperti seharusnya dan jaga kesehatanmu kau terlihat kurus.”

“Unni harusnya bilang pada yang mengundang unni sekarang, bukan padaku.” Elak Chaerin. Benar kan karena yang berulang tahun lah yang harusnya dapat ucapan seperti itu.

“Benar juga, diamana Jiyoung aku belum melihatnya sejak masuk tadi. Apa ia masih bersama Kiko? Belakangan ini netizen bergerak cepat aku khawatir pada mereka.” Mata unni disamping Chaerin mencoba mencari sosok yang ia bicarakan.

“Tanyakan sendiri pada mereka unni, kau harus memberi mereka saran haha..haa...” Ucap Chaerin dengan nada sedih, namun karena musik di club sudah mulai terdengar ucapan Chaerin jadi tidak begitu terdengar.

“Baiklah aku akan ke mereka dulu ya” Chaerin melambaikan tangannya pada kepergian wanita berpakaian modis itu. Chaerin memperhatiakan meja Jiyoung dari kejauhan. Kiko masih setia disampingnya ia mengobrol bersama teman-teman Jiyoung yang lain.

Bahagianya mereka. Kata itu kembali terulang. Mereka memang serasih, Kiko bisa membuat Jiyoung nampak seperti anak 17 tahun yang tengah jatuh cinta.

+

+

+

Kau tidak akan meninggalkan aku. Aku tahu itu. Bisakah kau menunggu, menunggu untuk menatap aku? Tapi semakin lama perasaan yang tidak seharusnya ini semakin besar.

Sama dengannya. Kau juga tidak akan meninggalkannya.

+

+

+

Senyuman tulus itu memang hanya ditujukan untuk Kiko. Senyuman yang benar-benar dari dalam hatinya, Jiyoung sepertinya cinta mati pada Kiko. Sudah berapa lagu yang ia ciptakan dan terinspirasi dari wanita manis yang pandai berbahasa Inggris itu. Senyuman tulus yang hanya saat bersama Kiko lah dapat ia tunjuukan.

Chaerin mengalihkan perhatiannya pada es yang mulai mencair dalam gelas kaca digenggamannya. Sedingin dinginnya es jika terkena kehangatan ia akan mencair juga. Chaerin turut senang melihat kebersamaan dua sahabatnya itu.

Chaerin juga mengenal Kiko menurutnya wanita itu ramah. Ia gampang bergaul dengan oarang asing, tidak seperti dirinya. Ia humble dan hangat tidak seperti dirinya yang dianggap dingin oleh oarang-orang yang tidak mengenalnya.

+

+

+

Bagaimana kau bisa tersenyum seindah itu? Kata-katamu masih terdengar sampai sekarang. Tatapan mu tidak sama seperti tatapan ku padamu. Semakin sedih jika aku tau kenyataannya.

+

+

+

Tepukan dibahu Chaerin menghentikan gerakannya memainkan gelas kaca ditangannya.

“Kau sendirian?”

Chaerin mengangguk,

“Ya, dan kau oppa mana pacarmu?” Pria berambut silver itu menggeleng dan tersenyum seraya mengambil tempat duduk disamping Chaerin.

“Sudah bertemu Jiyoung?”

“Sudah, kau sebaiknya ke Jiyoung dulu oppa” saran Chaerin sambil menunjuk meja Jiyoung, pria berambut silver itu memicingkan matanya dan menangkap sosok wanita yang tengah bergelayut mesra di samping Jiyoung.

“Hahaha, nanti saja aku tidak mau menganggu mereka.”

“Oh ya mana yang lain apa telat juga?” Chaerin mengubah topik. Ia tidak mau membicarakan kedua sahabatnya itu.

“Siapa maksudmu?”

“Daesung oppa, Seunghyun oppa dan senghyun.” Jelas Chaerin menyebutkan nama-nama sahabat Jiyoung dan Youngbae yang belum menampakkan diri.

“Mungkin sebentar lagi datang, mereka punya urusan masing-masing. Tapi mereka akan datang.” Youngbae tersenyum pada Chaerin dan memutar duduknya sehingga bisa melihat suasana club yang mulai ramai.

Chaerin mengikuti gerakan Youngbae mungkin saja dengan memperhatikan orang-orang yang tengah bersenang-senang dilantai dansa bisa membuatnya sedikit melupakan perasaannya. Tapi...

“Wow itu Kiko? Dan... Jiyoung? Mereka menari hhaa... lihatlah mereka kaku sekali.” Youngbae menunjuk dua orang yang baru saja turun ke kerumunan orang-orang yang tengah berdansa. Chaerin diam ditempat  ekspresi wajahnya tidak terbaca.

“Kalian sudah berteman lama kan?” Youngbae tiba-tiba bertanya mengenai persahabtan Chaerin dan Jiyoung. Chaerin tidak sanggup mengalihkan pandangan ke arah Youngbae disebelahnya ia hanya bisa menjawab dengan lirih “...Ya”

+

+

+

Aku tau ini berat jika tetap seperti ini, persahabatan ini membuat sakit tapi aku tidak bisa melakukan apapun.

Rasa sendiri ini tidak bisa pergi meski kau menemaninya. Rasa sayang satu arah ini sungguh menyiksa. Walau kau tetap dihadapanku.

+

+

+

“Dulu ku kira kalian ini sahabat hingga mati. Aku tidak menyangka jika Jiyoung dan Kiko akan jadian. Hahaaa... tapi mereka serasih kan?” Youngbae melirik Chaerin disebelahnya dan terpaku.

Bulir air di sudut matanya menyeruak, pandangannya kabur.  Lampu club yang bersinar kini tidak dapat ia lihat lagi. Chaerin menangis dalam diam. Ia mencoba tersenyum tapi sudut bibirnya bergetar.

“Chaerin ni, waegeure kau kenapa?” Youngbae bertanya pada Chaerin, ia khawatir Chaerin sakit karena semenjak ia datang ia memperhatikan sikap Chaerin yang tidak seperti biasanya.

“Ya serasih. Oppa benar mereka serasih.” Jawab Chaerin dengan suara yang juga bergetar.

“Kau sakit?” Youngbae meletakkan telapak tangannya pada dahi Chaerin mengecek suhu badan juniornya yang sudah ia anggap adik kandung sendiri.

“Aku baik-baik saja Oppa, ya aku akan baik-baik saja.” Chaerin melepas tangan Youngbae lalu menghapus air mata dari matanya dan mencoba tersenyum.

“Kau.. ”

“Kami sahabat Oppa, aku harus senang jika mereka senang.” Chaerin menggulung lengan kemeja putihnya dan memperlihatkan gelang berantai hitam ditangan kirinya pada Youngbae.

Youngbae terdiam dibuatnya. Ia ingat Jiyoung pernah memakainya dan bilang bahwa itu adalah jimat dan hanya Jiyoung dan seorang sahabatnya yang memilikinya. Jadi sahabat yang diceritakan Jiyoung itu Chaerin?

“Itu bukan tangisan bahagia Chaerin ah..”

Youngbae menatap Chaerin yang mencoba untuk mengangkat dagunya kembali. Make up diwajahnya tidak boleh luntur gara-gara tangisan singkat itu.

“Maaf aku tidak seharusnya menangis dihadapan Oppa.” Chaerin tidak menjawab pernyataan Youngbae ia kembali ke minumannya.

“Jika es dan es bersatu akan jadi apa mereka? Jika es dan air hangat bersatu akan jadi apa mereka? Lebih baik hangat atau dingin?” Chaerin berujar sambil kembali memainkan gelas kacanya. Es didalamnya sudah mencair dari tadi.

+

+

+

Aku tau cinta ini tidak akan dapat berbalas sungguh berat. Tapi ini tidak bisa dibuang begitu saja. Sedikit saja, sedikit saja tatap aku, dapatkah kau percaya padaku? Tapi sedikit ini pun hatiku tidak dapat meninggalkan mu.

+

+

+

Chaerin naik keatas panggung. Wajahnya tidak lagi sendu seperti tadi. Ia tersenyum seperti biasanya memperlihatkan deretan gigi putihnya. Ia mengambil mic dan duduk di atas single chair disebelah seorang pria yang memegang gitar.

Jiyoung memintanya untuk tampil dipesta ulang tahunnya sebagai ganti kado yang tidak ia dapatkan dari Chaerin.

Sebuah alunan intro lembut menggema di club yang penuh oleh orang, semuanya memperhatikan Chaerin.

 

“I Thought...you’d be out of my mind

And i’d finally found a way to

Learn to live without you

I Thought.. it was just a matter of time

Till i had a hundred reasons

Not to think about you....”

“But it’s just not so

And after all this time

I still can’t let go”

“i’ve still got your face

Painted on my heart

Carved upon my soul

Etched upon my memory... baby”

 

sebuah lagu dari cult berjudul painted On My Heart dinyanyikan Chaerin secara accoustic. Ia menyampaikan perasaannya lewat lirik lagu itu. Youngbae mengawasinya dari sudut club bersamaan dengan pandangan Jiyoung, Kiko dan mereka yang lain.

Chaerin tersenyum disela-sela lagu yang ia nyanyikan ia tidak berusaha mencari sosok Jiyoung dikerumunan orang yang melihatnya.

Chaerin tidak butuh Jiyoung untuk melihatnya ataupun mendengarnya. Baginya Jiyoung adalah –segalanya- meski kini Chaerin bukan segalanya bagi Jiyoung.

+

+

+

Melihatnya bersama dengan mu tanpa bisa aku lakukan apapun. Tapi perasaan yang tidak seharusnya ini semakin besar saja. Semakin sedih seperti ini jika kita terus bersama, jika aku terus melihatmu. Sangat berat karena aku mencintaimu. kata pemisah paling sakit adalah kita ini sahabat.

Kita. Kau dan aku

Hopless love.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet