Untold

Description

When someone truly loves you and Gives all of them to you you will regret

Foreword

apa yang kamu harapkan?
kamu sudah menduganya akan menjadi seperti ini kan?
lupakan dia, jika tidak bisa dimaafkan hadapilah semuanya, 
terima semuanya, 
dia tak cinta kamu..... 
tidak ada harapan lagi, 
tidak perlu dingat lagi,
tidak perlu dipaksakanan.
jika kamu mau mencoba melihat, ada yang diam mencintaimu tapi tak kamu sadari.
berhenti mengharapkan sibodoh yang tidak bisa melihat ketulusan hati mu. 
pergi dan nikmatilah hidupmu sayangi dirimu, jalani takdirmu....

Chaerin menerawang langit-langit kamarnya. Lampu gantung yang gelap sengaja ia matikan, temaram berkat lampu duduk kepala mickey mouse. Sepi. Tidak ada yang mengganggunya selama ia ada di kamarnya. Chaerin berbalik menatap jendela kamar yang besarnya 3 kali lipat tubuhnya. Gorden warna salem menggantung diam. Ia memikirkan sesuatu Chaerin memikirkan sesuatu. Matanya nampak kosong tapi pikirannya melayang jauh menelusuri kesejatian. 

Setaun lalu, tepat tanggal 25 february ia ingat benar karena itu sehari sebelum ulang tahunnya. Ia berjalan sendiri menelusuri jalanan manhattan yang dingin. Ia melihat-lihat beberapa toko tapi tak masuk kedalammnya. Chaerin memang suka berbelanja tapi ia tidak akan membeli sesuatu yang harganya tidak masuk akal, maksudnya ia akan membeli sesuatu jika benda dan harganya sesuai maka ia akan membelinya namun jika tidak Chaerin akan mengurungkan keinginannya. 

Sepotong roti isi jamur ia lahap, sedari tadi pagi ia belum sarapan dan perutnya sudah meronta-ronta minta diisi. Ia berhenti sebentar di taman berlatar toko-toko high class, sangat kontra dengan pemandangan di taman yang terlihat sangat ‘alami’. Pohon-pohon rerumputan bangku-bangku besi berlekuk indah, lampu taman yang berjejer indah, kicauan burung-burung menjadi latar semuanya. Chaerin menghabiskan roti isinya dan tersenyum puas roti isi ini sangat enak, ia akan merekomendasikannya pada Harin jika mereka bertemu nanti. 

“Aku? apa yang aku lakukan! Jangan melimpahkan kesalahan padaku ini bukan sepenuhnya salahku!!!”
“Kau!  Ku kira kau berbeda dari wanita-wanita itu,  tapi kau tak lebih dari mereka.”
“Jangan kau samakan aku dengan wanita-wanita yang kau kencani itu Kwon Jiyoung!!”
“Kau tidak lebih dari Wanita Ja..” PLAKKK!!!!
Chaerin bernafas tidak karuan ia menahan amarahnya yang sudah menyesakkan dadanya. Ia meremas lengan kanannya dan menatap tajam kedua mata Kwon Jiyoung. 
“Kau akan menyesal.” Kata Jiyoung sebelum pergi meninggalkan Chaerin. 
“KWON JIYOUNG!!! YA!”

Udara yang semakin dingin tidak menyurutkan niat Chaerin. Ia terus berjalan dan berjalan, nyeri dikakinya tidak ia rasakan sepatu high hells setinggi 10 centi memang tidak cocok untuk kegiatan luar ruangan yang mobile. Chaerin memutuskan berhenti dan memasuki sebuah toko sepatu, ia memilih sebuah sepatu semi sport berwarna hitam dengan hiasan pita kuning diatasnya. 

“Kau sangat cantik dengan sepatu itu. kau terlihat y... aku suka”

Tidak pernah Chaerin sangka semuanya akan seperti ini. Maksudnya ia tahu bagaimana berharganya seseorang itu, tapi ia tidak pernah menyangka semuanya akan berakhir secepat ini. Chaerin berjalan dengan santai setelah ia memasukkan high heelsnya kedalam tas. Kakinya sudah nyaman setelah berganti dengan sol sepatu datar, sesuatu yang dipaksakan memang tidak baik, dan mencari sesuatu yang nyaman itu tidak mudah. 

“Aku? Kau menyukaiku?” Kwon Jiyoung membulatkan matanya dan memamerkan senyumannya.
“Ya aku menyukaimu.” Lee Chaerin tersipu dibuatnya, “Aku rasa aku mulai mencintai mu Chaerin.” 

Chaerin berhenti ditepian sungai Hudson menikmati semilir angin menjelang malam. Gerombolan burung camar  berseliweran melewatinya, berterbangan mengepakkan sayapnya senada berirama indah sekali. Chaerin menerawang jauh keseberang sungai negara bagian New Jersey terlihat disana tertutup seumbruk salju putih. Mobil-mobil berkendara pelan takut-talut banya akan selip melewati jalanan lincin. 

“Sekali lagi aku katakan, Jika kau mau pergi maka pergi lah jangan pernah kembali lagi!!” Chaerin mencoba tersenyum disela-sela usahanya menahan tangisannya yang bisa pecah sepersekian detik itu.
“Maaf kan aku, aku... aku minta maaf... aku..” 

Setelah seharian Chaerin berjalan-jalan ia kembali ke rumah, Harin belum juga pulang mungkin ia sibuk dengan toko aksesorisnya ia baru membuka cabang jadi wajar saja jika ia sedang sibuk-sibuknya. Chaerin menutup pintu kamarnya dan menghela nafas panjang. Ini memang tidak mudah, sejauh mana ia berusaha seberat apa ia mencoba sesuatu seperti ‘kau akan kembali’ menjadi hantu paling ia takuti. Ia sudah berusaha dan mencoba melakukan semua, segalanya berusaha semampunya tapi semuanya sama saja. Ia masih saja membayangi, Kwon jiyoung pria itu masih saja membayangi hidup Chaerin. 

Chaerin menatap gorden warna salem itu lalu bangun dan menghampirinya. 

Ia menggesernya sampai terlihat besi peyangga jendela. Dibukanya berlahan sampai lebar, semilir angin malam menerpa saraf-saraf wajahnya 

“Kwon Jiyoung kau akan menyesal” 

KRIIEEETT........! “Kau yang akan menangis kali ini bukan aku” 
WUSSSSHHHHH....!!! BRUUUK!! 

“911? someone fell, I do not know but the blood does not stop here please hurry... ”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Seorang pria berwajah putih pucat, rambutnya berantakan terlihat seperti tidak pernah disisir, pakaiannya lusuh. Oa duduk menerawang jauh melewati jendela kamar ia memiringkan kepalanya mungkin berusaha menghindari cahaya matahari yang merangsak masuk menutupi penglihatannya. Ia menarik tangannya menutupi pandangannya dari cahaya matahari 
“Skreeek triiinng~~~” Bunyi benda seperti besi terdengar jelas, ia berhenti lalu mengalihkan perhatian pada benda yang mengikat tangannya. 
“Chaerin aaa... Chaerin aaa... maafkan aku... CHAERIN AAAAA!!!!!”

            ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet