Saengil Chukahaeyo!

Fate of Love
Please Subscribe to read the full chapter

Kim Jong Kook yang berada 3 meter dari Ji Hyo segera berlari ke arahnya tepat setelah mendengar suara dentuman.  Karena box-box tersebut sudah nyaris menimpa Ji Hyo, Kim Jong Kook tidak punya pilihan lain selain melompat, menjadikan dirinya tameng. Kontan seluruh tubuhnya terhantam tumpukan-tumpukan kardus besar. Ia pun jatuh. Namun tangan kanannya segera memeluk kepala Ji Hyo, tangan kirinya memegang punggungnya. Ia tahu Ji Hyo akan menghantam lantai. Jadi satu-satunya yang bisa Ia lakukan adalah meminimalisir benturan. Sedang kedua jari-jari kakinya berjingkat-seperti posisi push up-menahan berat badannya, agar Ia tidak menindih gadis itu. Ia memejamkan mata. Mengumpulkan semua sisa-sisa tenaganya.

Song Ji Hyo melihat sosoknya yang begitu kokoh. Berada tepat di atas tubuhnya. Kedua lengan kokoh itu mendekap tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang. Insiden tersebut benar-benar membuatnya takut. Kardus-kardus yang bergelimpangan di sekitarnya terlihat jatuh secara lambat.

Semua orang telah mengelilingi Ji Hyo dan Jong Kook. Mereka segera memindahkan kardus-kardus menjauhi dua orang tersebut.

“Kalian tidak apa-apa?” Yoo Jae Suk bertanya panik.

“Oppa..?” Kim Jong Kook segera membuka matanya setelah mendengar suara Ji Hyo.

“Apa kau terluka?” Kim Jong Kook balik bertanya. Mereka masih berada dalam posisi yang sama.

Song Ji Hyo berkaca-kaca mendengar pernyataan pria di depannya. Ia baru mengenalnya kemarin, namun pria tersebut telah mengorbankan diri demi menyelamatkannya. ‘Apakah Ia seorang manusia?’

“Hyung, Mianhanda. Sungguh aku tidak sengaja melakukannya.” Kwang Soo terduduk di samping Ji Hyo dan Jong Kook. Jong Kook segera melepas kedua tangannya perlahan. Akhirnya Ia terbangun dari posisinya.

Yoo Jae Suk mengulurkan tangan pada Ji Hyo membantunya bangun. Kwang Soo juga ikut berdiri setelahnya. Saat Ia telah berdiri, semua mata menatapnya. ‘jika saja sebuah tatapan mampu membunuh seseorang, maka aku telah mati sekarang. Tercabik-cabik 5 pasang mata’ Batin Kwang Soo.

“Ya! Apa kau penyebab semua kekacauan ini?” Haha menyemprot Kwang Soo.

“Aku benar-benar tidak sengaja Hyung. Awalnya aku ingin mengambil salah satu kardus di bagian atas. Namun saat aku mendekati mereka, aku rasa salah satu tali sepatuku terlepas sehingga aku menginjaknya, dan tanpa sengaja menabrak tumpukan-tumpukan kardus itu. Sungguh Hyung, aku tidak sengaja.” Kwang Soo benar-benar pasrah. Kata-kata yang terakhir Ia ucapkan dengan suara pelan. Ia mulai tertunduk dalam.

“Kwang Soo. Huh! Jeongmal!” Jae Suk menghela nafas. Karyawan barunya ini selalu saja ceroboh, padahal ini baru hari keduanya bekerja.

“Apa kau baik-baik saja?” Jong Kook bertanya pada Ji Hyo. Sedang yang ditanya hanya diam saja. Mata Ji Hyo hanya terfokus pada satu orang, Kwang Soo.

“Yaaa! No!” Ji Hyo berteriak kencang memenuhi ruangan pengemasan yang luas. Ia melangkah mendekati Kwang Soo. Tangannya menggapai rambut Kwang Soo, mencengkram dan menarik sekuat-kuatnya. Ia tidak akan melepaskan orang dibalik insiden barusan dengan mudah.

“Arghh.. Nuna.. Mian.” Kwang Soo merintih.

Yoo Jae Suk mengerutkan dahi melihat pemandangan tersebut. Ia tidak menyangka Nona Song yang begitu anggun dan cerdas bisa berubah menakutkan seperti sekarang.

Haha hanya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal sedikitpun. Wanita cantik yang membuatnya terpukau itu kini membuatnya takut. Tatapan matanya, suaranya dan caranya menarik rambut Kwang Soo benar-benar mengejutkan.

Pria paruh baya yang sedari tadi memandu mereka, terlihat bingung. Ia hanya mengamati setiap orang secara bergantian.

Sementara Kim Jong Kook mulai tersenyum. Meskipun Ji Hyo tidak menjawab pertanyaanya, Ia tahu bahwa wanita tersebut baik-baik saja.

“Kook Jong-ah, kau baik-baik saja?” Yoo Jae Suk yang juga yakin bahwa Ji Hyo baik-baik saja, akhirnya mulai bertanya pada Jong Kook. Ia tahu bahwa Jong Kook adalah lelaki luar biasa, namun tetap saja insiden barusan bukan beban kecil. Apalagi jika dipikir-pikir, Jong Kook lah yang sebenarnya terhantam benda-benda tersebut.

Jong Kook baru merasakan bahwa tubuhnya terasa sakit nyaris di semua bagian. Semenjak tadi Ia begitu mengkhawatirkan Ji Hyo, hingga tidak merasakan sakit pada tubuhnya sendiri. Ia mulai melemaskan tubuhnya.

“Kwenchana, Hyung.” Jong Kook berkata tanpa ragu. ‘Hanya ngilu biasa. Mungkin ada beberapa bagian yang lebam, nanti juga akan sembuh dengan sendirinya. Tak perlu melebih-lebihkan.’ Ia terus melemaskan tubuhnya.

Ji Hyo menghentikan aksinya, dan berbalik menuju Jong Kook. Ia melihat seluruh wajah pria tersebut basah oleh keringat. Luka di dahinya kemarin bahkan belum sembuh, dan kali ini lagi-lagi dirinya menyebabkan Jong Kook terluka.

“Oppa, Komabseumnida.” Ji Hyo mengeluarkan sapu tangan dari saku jasnya. Ia mengelap wajah Jong Kook perlahan.

“Kwenchana Ji Hyo-ya.” Jong Kook tersenyum tulus. Ia berusaha meyakinkan Ji Hyo bahwa dirinya baik-baik saja. Sebagian hatinya menghangat menerima perlakuan Ji Hyo barusan. Kehangatan yang benar-benar meringankan rasa sakit pada tubuhnya.

“Ji Hyo-ya, Hyung, apa kalian benar-benar baik saja?” Ha Dong Hoon bertanya khawatir.

“Ne.”  Ji Hyo dan Jong Kook menoleh dan menjawab kompak.

“Baiklah jika begitu, ayo!” Yoo Jae Suk segera menyambar satu botol yang berserakan di lantai.

“Tuan Han, kami permisi terlebih dahulu. Terimakasih atas kunjungannya.” Yoo Jae Suk menjabat tangan pria paruh baya yang telah bersama mereka siang itu. Tuan Han hanya mengangguk dan tersenyum ramah.

Kelima orang tersebut kembali menuju mobil tanpa di dampingi Tuan Han lagi. Sebenarnya, Tuan Han hendak mengantar mereka namun Yoo Jae Suk menolaknya.

Diluar, Matahari persis di atas kepala. Langit begitu bersih tanpa awan. Song Ji Hyo menutupi mukanya menggunakan telapak tangan kiri. Matahari menyilaukan pandangannya.

Segera setelah mereka sampai di mobil, urutan duduk mereka masih sama. Yoo Jae Suk menyalakan pendingin ruangan. Sementara ketiga orang dibelakang mulai merebahkan badan, khususnya Kim Jong Kook.

“Cuaca akhir April benar-benar luar biasa.” Yoo Jae Suk menghela nafas.

“Hyung, kita mau kemana lagi? Apa sudah selesai?” Kwang Soo melonggarkan dasinya. Ia merasa begitu gerah.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
pingpongkio #1
Ayeeee spartace fanfic in indonesian language
ana177 #2
Chapter 12: Pliss update :((
ana177 #3
Chapter 14: Yeey! Thank sudah di up. Ini sudah masuk konflik blm?
ana177 #4
Kemana chingu? Rindu sekali ceritanya :"
ana177 #5
Jihyo balik gih kasihan boyfie mu sakit tuh
BabyBugsy
#6
Chapter 13: jihyoo kemana nih? Ga terjadi apa apa kan sama jihyo?
Mereka berdua malu malu kucing selalu
ana177 #7
Menunggu lanjutannya chingu :(
nuhaya #8
Chapter 12: Happy ied mubarrok authornim..minal aidzin wal faidzin...di tunggu lanjutannya....semangattt...(wink)...
ana177 #9
Chapter 12: Maaf lahir batin jg authornim. Di buat pov akhirnya jd makin semangat baca hehe.. maklum lah byk yang terpikat senyumannya~
nuhaya #10
Chapter 11: Hahaha...thanks author...makin seru ceritanya...fightinggg...aku selalu nunggu kelanjutannya...keep update ya...