Futon

Fate of Love
Please Subscribe to read the full chapter

“Hyung, pikirkan ini baik-baik. Kita sudah jauh-jauh kemari, berjam-jam terpapar matahari bahkan melewatkan jam makan malam. Apa Hyung akan menyerah sekarang?” Kwang Soo berusaha membujuk Jong Kook yang bersikukuh membatalkan niat untuk mencari daun dasom.

“Kwang Soo-ya, ini tak semudah yang kau pikirkan. Coba kau bayangkan rasanya berada dalam posisi Jong Kook Hyung.” Haha memegang kepalanya yang pening.

“Oppa…” Semua mata tertuju pada Ji Hyo.

“Bagaimana dengan Tuan Kang? Bukankah proyek itu begitu penting bagi perusahaan? Bagaimana dengan perjuanganmu memenangkan tender tersebut? Huh?” Ji Hyo menatap Jong Kook dengan mata indahnya yang membulat.

“Ji Hyo-ya, kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi di pulau ini. Memang Spesies daun dasom yang kita cari, hanya terdapat di pulau ini. Tapi kau dengar kan yang dia katakan, hanya pasangan yang berhasil yang bisa mendapatkan daun dasom. Tiba-tiba dia mengklaim kita berdua menjadi pasangan, entah apa yang terdapat di pikirannya. Apa dia membual, mabuk atau kenyataan di pulau ini yang memang tak bisa diterima nalar.” Jong Kook berkata dengan frustasi. Ia melongokkan kepalanya, sekitar 20 meter dari mereka Byung Man duduk menyendiri di dermaga sederhana.

“Oppa…”

“Ji Hyo-ya, bagaimana jika mereka meminta kita melakukan sesuatu yang diluar kemampuan kita? Bagaimana bila ka terluka? atau yang lainnya? Lebih buruk lagi, jika pada akhirnya mereka mengetahui kebenaran mengenai kita, apa yang akan terjadi setelahnya?” Jong Kook menyipitkan matanya, berusaha mencari keyakinan di manik mata wanita yang menyita perhatiannya.

“Oppa, kita akan menghadapinya bersama. Kau tak sendirian. Jae Suk Oppa, Haha Oppa, Kwang Soo, dan aku. Apapun yang ada di depan kita, kita akan melaluinya bersama.” Ji Hyo merapikan rambutnya yang mulai berterbangan ke segala arah.

“Ji Hyo-ya..” Tiba-tiba angin berhembus kian kencang. Ji Hyo mendekap kedua lengannya. Melihat cuaca semakin tak bersahabat, Ia khawatir pada Ji Hyo. Kim Jong Kook segera berlari menuju Byung Man. Sepatu sneaker biru tuanya basah dan berbalur pasir putih.

“Byung Man-shi,  tak bisakah kita kembali?”

“Mian, ini sudah malam. Kita baru bisa kembali besok pagi.” Byung Man berdiri dan menunjuk ke langit malam yang benderang karena sinar purnama. “Kau lihat itu, Ombaknya terlalu ganas saat ini.” Byung Man tersenyum sekilas.

Jong Kook menghela nafas berat. Ia mengangguk dan kembali menemui rekan-rekannya. Diperhatikannya lagi keadaan Ji Hyo, wajah cerahnya kini terlihat lelah, kantung mata mulai terbentuk disana, rambutnya begitu berantakan. Ia tak punya pilihan lain.

“Kita tak bisa kembali hari ini.” Tangan Jong Kook dengan cekatan menyambar koper miliknya dan milik Ji Hyo. Ia berjalan menembus pepohonan, menyusuri jalan setapak yang tersembunyi dibaliknya.  Beberapa Detik setelahnya  Byung Man telah mengambil alih rombongan, Ia berjalan di depan Jong Kook. Tangan kanannya memegang lentera temaram. Sementara 4 pasang mata di belakang mereka, hanya mengikuti kedua orang di depan mereka sambil sesekali bertukar pandang.

Setelah berjalan sekitar 300 meter dari bibir pantai, mulai terlihat nyala api dari beberapa titik di depan mereka. Pepohonan pun kian melonggar. Semakin mereka mendekat, semakin terlihat jelas bahwa di hadapan mereka terdapat pos kayu sederhana.

“Anyeonghaseyo.” Suara Byung Man yang tegas, meski sebenarnya cukup pelan namun mampu memecah keheningan.

“Oh, Hyung! Kau sudah lama tidak kemari.” Seorang pemuda  yang sedari tadi duduk pos beranjak dari posisinya. Ia memeluk Byung Man.

“Oh. Lihatlah siapa yang datang.” Byung Man dengan bangga memberitahu perihal kedatangan penumpangnya.

“Ah.. arasso. Aku sungguh tidak sabar.” Pemuda tersebut segera berlari kembali menuju pos jaga.

“bong…bong…bong…” di sudut pos jaga terdapat janggu (alat musik tradisional Korea berbetuk jam pasir, dengan dua sisi yang menghasilkan bunyi yang berbeda).  Rupanya janggu tersebut  sengaja disiapkan untuk memberitahu warga  agar segera berkumpul. Dengan sigap semua warga pulau Dasom berduyun-duyun menghampiri pos jaga. Sebagian besar dari mereka belum sepenuhnya tersadar dari dunia mimpi. Setiap keluarga membawa lentera, obor bahkan lilin. Suasana malam pun benderang dikarenakan titik-titik cahaya tersebut.

“Mwoya?” Ji Hyo berkata lirih nayris seperti bisikan. Ia terperangah tak percaya.

Kim Jong Kook yang baru saja mendengar suara Ji Hyo, tanpa sadar mundur beberapa langkah. Di belakangnya persis, sesosok tubuh mungil berjalan mundur seirama. Tangan Jong Kook terulur ke pinggang Ji Hyo. Hasratnya saat ini adalah melindungi wanita tersebut. Ia tak yakin dengan apa yang berada di hadapannya. Yang Ia tahu, saat ini keselamatan Ji Hyo adalah prioritas.

“Saat ini kita kembali kedatangan pasangan pengantin baru.” Suara pemuda penabuh janggu sekaligus penjaga pos menjadi sorotan seluruh warga. Sementara Ji Hyo menelan air liurnya sendiri saking gugupnya.

“Baiklah, kami persilahkan kepada perwakilan tamu kita untuk memperkenalkan diri.” Riuh tepuk tangan pun tercipta.

Kelima orang tersebut hanya saling berpandangan. Rupanya Byung Man tak main-main dengan ucapannya. Suka tidak suka mereka harus menjalaninya. Akhirnya, Haha mendorong Yoo Jae Suk untuk maju ke depan. Yoo Jae Suk tak punya pilihan lain. Ia memantapkan diri menuju lokasi pemuda penjaga pos.

“Anyeong Hasimnika.” Yoo Jae Suk membungkuk ke segala arah. Kegugupannya terpancar ketika Ia berkali-kali mengusap hidung sebelum mulai berbicara.

“Kami bersyukur bisa berada di sini. Joeneun Yoo…” Jae Suk tercekat. Ia bisa menebak saat ini Haha dan Kwang Soo pasti sedang mendelik ke arahnya.

“Jeoneun Kim Jae Suk imnida.” Ia kembali berhenti. Menarik nafas cukup dalam sebelum melanjutkan, “Dan pasangan beruntung kita adalah Kim Jong Kook dan Song Ji Hyo.” Sorak sorai pecah pasca ucapan Jae Suk. Semua mata memandang lekat dua insan yang sedang Jae Suk sebut. Jong Kook tersenyum kikuk sembari lengan kanannya membimbing Ji Hyo keluar dari balik punggungnya. Keduanya pun segera membungkukkan badan.

Setelah beberapa saat yang cukup meriah, suasana kembali tenang.

“Aku putra sulung di keluarga kami. Senang rasanya, adikku, Jong Kookie telah menemukan kebahagiaannya.” Kemudian tangan Jae Suk menunjuk ke suatu arah. “Yang paling jangkung diantara kami berlima, Lee Kwang Soo-shi, Ia seorang adik yang akan selalu menjaga kakaknya. Aku rasa Song Ji Hyo sangat beruntung memilikinya.” Jae Suk mulai mendapat kepercayaan dirinya yang biasa.

Semua warga mulai mengangguk setuju dengan perkataannya. Mereka menyimpulkan dari tampilan luar, Kwang Soo adalah seorang pemuda yang kuat dan tangguh. Kemudian Kwang Soo membungkuk sembari menahan senyum. Ia  tersipu malu.

“Dan tepat di sebelahnya, Ha Dong Hoon-shi. Ia adalah sepupu kesayangan kami. Ia lebih muda ketimbang aku dan Kook Jong-aah. Hm.. begitulah deskripsi singkat kami berlima.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
pingpongkio #1
Ayeeee spartace fanfic in indonesian language
ana177 #2
Chapter 12: Pliss update :((
ana177 #3
Chapter 14: Yeey! Thank sudah di up. Ini sudah masuk konflik blm?
ana177 #4
Kemana chingu? Rindu sekali ceritanya :"
ana177 #5
Jihyo balik gih kasihan boyfie mu sakit tuh
BabyBugsy
#6
Chapter 13: jihyoo kemana nih? Ga terjadi apa apa kan sama jihyo?
Mereka berdua malu malu kucing selalu
ana177 #7
Menunggu lanjutannya chingu :(
nuhaya #8
Chapter 12: Happy ied mubarrok authornim..minal aidzin wal faidzin...di tunggu lanjutannya....semangattt...(wink)...
ana177 #9
Chapter 12: Maaf lahir batin jg authornim. Di buat pov akhirnya jd makin semangat baca hehe.. maklum lah byk yang terpikat senyumannya~
nuhaya #10
Chapter 11: Hahaha...thanks author...makin seru ceritanya...fightinggg...aku selalu nunggu kelanjutannya...keep update ya...