Eksekusi Rencana Jong hyun

Hadiah Terbaik untuk Adik

ff fanfic fanfiction chanyeol jong hyun dan juniel

[http://www.rosediana.net/wp-content/uploads/2016/03/chanyeol-jong-hyun-dan-juniel-768x902.png]

Matahari sudah membungkukkan badannya. Bumi seperti menelannya hidup-hidup. Namun ia masih memiliki sisa sinar untuk menemani Chanyeol berjalan.

Sambil jalan kaki dan sesekali menendang kerikil, Chanyeol terus mengingat percakannya dengan Jong hyun. Ia memang memutuskan untuk curhat. Jika masalahnya berkaitan dengan Juniel, Chanyeol yakin kalau Jong hyun akan memberi solusi terbaik.

“Oppa pulang..!” seru Chanyeol ketika memasuki rumah, “Hmm... wah rumah ini kebakaran, ya? Aroma apa ini?” Dia yang sudah tahu jawabannya, kemudian melenggang ke area dapur.

“Oppa curang,” Juniel mengelap keringat di dahi dengan tissue-nya, “Oppa datang pas makanannya sudah matang.”

“Bukannya itu bagus? Jadi kita bisa langsung makan?” Chanyeol langsung mengambil posisi duduk tegap, “Yeay! Galby!” responsnya ketika Juniel meletakan menu makan mereka kali ini.

“Akhir-akhir ini Oppa sering loading lama terus teledor, ” kata Juniel sambil duduk berhadapan dengan Chanyeol, “Aku berharap masakan ini bikin Oppa sembuh,” ia menyeringai ketika kakaknya manyun.

“Yah! Emangnya Oppa sakit apaan?” Chanyeol langsung melahap iga yang bumbunya masih mengkilat, “Tapi.. hhh... go.. ma.. woh, Juniel-ah,” ucapnya di sela-sela upayanya untuk mengunyah makanan panas.

Juniel tertawa, “Dae, Oppa.”

“Ayo kamu juga makan. Ini enak banget, loh!”

“Dae, Oppa.”

“Nah, gitu. Jadi adik yang nurut, ya?”

“Dae, Oppa.”

“Oppa juga akan jadi kakak yang baik.”

“Dae, Oppa.”

“Oppa akan loading lama dan teledor lagi biar dapet galbi.”

“Dae, Op-” Juniel menyorotkan tatapan tajam pada kakaknya yang tengah terbahak, “Yah! Andwae, Oppa!”

“Hahaha... arasso, arasso,” Chanyeol mengendalikan tawanya, “Terusin lagi makannya.”

Juniel mendengus, tapi ia menuruti perintah kakaknya.

~

Di depan Chanyeol terdapat televisi, yang sebenarnya tak menarik perhatian. Ia hanya menyandar di sofa. Tatapannya yang semula fokus berubah kabur. Namun kesadarannya kembali terkumpul manakala mendengar senandung yang dibawakan adiknya.

“My life is a biyuuuti yuhuuu...” Chanyeol meniru lagu I-Kim Taeyeon, tapi dengan lirik dan nada yang ia pelesetkan.

Ia lirik figur adiknya, yang masih berkutat dengan laptop. Juniel memang memasang earphones, sehingga tak bisa mendengarnya. Kalau tidak sedang mengerjakan proyek kuliah, Juniel akan terlihat membuat ilustrasi penyanyi kebanggaannya.

Chanyeol beranjak. Dia menengok pekerjaan adiknya. Benar saja, Juniel kembali tengah mengotak-atik fanartnya. Chanyeol menghela napas. Pikirannya kembali melayang pada obrolannya dengan Jong hyun.

“Ay ay ay ay a...!” dua tangan Chanyeol memegang bahu Juniel, membuatnya terlonjak.

“Yah! Oppa kebiasaan!” hardiknya sambil mencubit tangan Chanyeol, “Jangan ngagetin gitu.”

“Arasso... arasso...” Chanyeol mengaku salah, sehingga ia tak mau larut akan argumen.

“Oppa mau tidur duluan? Enggak masalah... tidur aja,” Juniel berkata dengan kasualnya.

Setelah beberapa saat, Juniel tak mendengar atau merasakan ada yang bergerak. Kepalanya memutar, dan ia musti menaikan alis melihat kakaknya masih berdiri di tempat yang sama. Kalau sudah seperti itu, Juniel hanya bisa bertanya,

“Oh, Oppa mau nyampein apa sama aku?Bilang aja...”

Dengan penuh keraguan dan pertimbangan, Chanyeol menyeret kursi plastik. Ia kemudian duduk di sisi adiknya. Matanya menghindari kontak. Ia hanya memandang hasil ilustrasi adiknya, yang selalu lucu dan menggemaskan. Apalagi kalau sang adik membubuhkan caption yang pendek dan menarik.

“Groginya Oppa lebih parah dari Jong hyun, tahu!” Juniel memecah keheningan, “Waktu ia nembak aku, tangannya enggak gemeteran, tuh,” mata sang adik melirik ke jari-jemari Chanyeol yang ada di atas pahanya.

Chanyeol memegang bagian belakang kepalanya, “Fan art kamu udah banyak, lho... err... maksud Oppa...”

Juniel menghentikan aktivitasnya. Ia kemudian menghadap Chanyeol, yang ternyata masih menghindari adu mata dengannya. Di satu sisi, ia merasa geli melihat sisi lain dari kakaknya itu. Namun di sisi lain, ia merasa kasian, sebab sang kakak terlalu berhati-hati membahas isu yang sekiranya sensitif untuknya.

“Untuk sementara, aku enggak akan log in ke instagram dulu, Oppa,” Juniel tahu kalau kakaknya masih khawatir atas postingan ilustrasi dirinya, “Atau mungkin, aku akan bikin akun baru, terus...”

Andwae!” Chanyeol tidak sepakat, “Followers kamu sudah sangat banyak.”

“Tapi Op-...”

“Gini,” Chanyeol memutuskan untuk menuruti kata hatinya, “Untuk sementara, akun instagram kamu akan Oppa operasikan. Kamu bikin fanart-nya, dan Oppa akan memposting dan merespons fans kamu, oke? Kalau sudah tak ada yang membahas soal yang kemarin, baru kamu ambil alih lagi. Ya? Ya?”

“Mereka hanya followers, bukan fans, Oppa~”

“Oke, mereka hanya followers, bukan fans, Oppa...” Chanyeol menirunya, “Tapi oke, ya? Oppa ini admin medsos di radio loh!” susulnya dengan bangga.

“Hmm...” Juniel mempertimbangkan.

Ia paham kalau sang kakak tak senang melihatnya terputus dengan dunia instagram. Di media sosial itu, paling tidak dirinya memeroleh hiburan dan bisa berinteraksi dengan dunia luar. Dia juga menghargai niat baik kakaknya.

Juniel juga membayangkan, betapa kakaknya akan semakin akrab dengan idolanya sendiri. Ia juga geli bagaimana cara kakaknya merespons berbagai pesan yang masuk, komentar, tag, atau mention sana-sini. Semua itu seru juga.

 “Iya deh.”

“Oppa hampir tidur, tahu?!” timpal Chanyeol yang pura-pura ambruk, “Kamu ngasih jawaban sesimpel itu aja lama banget.”

“Iya atau tidak itu adalah jawaban paling simpel yang kadang butuh pertimbangan paling panjang, Oppa...” jelas Juniel, membuat kakaknya tak bisa menyerang balik.

Chanyeol kemudian berdiri dengan perasaan lega. Beban di dadanya seperti terhempas. Tubuhnya sudah biasa lagi, tak merasa gemetar atau mengeluarkan keringat dingin. Ia pun siap tidur, istirahat dengan penuh kenyamanan.

“Oppa tidur dulu, ya...”

“Dae,” balas Juniel, tapi kemudian berubah pikiran, “Oppa!”

“Dae?”

“Oppa tahu, ...” Juniel sengaja menggantungkan kalimatnya.

“Enggak, Oppa enggak tahu,” tikung Chanyeol, yang langsung dihadiahi cubitan oleh Juniel.

“Yah! Tidur aja sana!”

“Tapi Oppanya bisa diserang mimpi buruk kalau Junielnya marah...” Chanyeol melakukan aegyo bbuing-bbuing yang selalu sukses meruntuhkan pertahanan siapapun, termasuk adiknya.

Mereka tertawa. Setelah beberapa saat kemudian, Chanyeol jongkok, berusaha memeriksa raut wajah Juniel. Ia melihat sang adik tertunduk malu-malu.

“Apa apa, sih? Ayo kata-“

“Oppa adalah kakak terbaik di seluruh di dunia,” papar Juniel dengan cepat, namun Chanyeol bisa menangkapnya dengan jelas.

Di satu sisi, Chanyeol ingin menggoda sang adik habis-habisan. Tapi melihat betapa serius dan dalamnya pengakuan jujur itu, Chanyeol berubah pikiran. Tak ia tampik, dirinya sangat tersentuh dan terharu. Kalau tak ada siapa-siapa, mungkin kini ia sudah terisak. Chanyeol hanya bisa berdiri dan merangkul sang adik, yang segera memeluk balik, dengan melingkarkannya pada pinggang sang kakak.

“Kamu sok tahu, ah!” tanya Chanyeol setelah beberapa detik kesenyapan mengusik dirinya, “Kamu ‘kan belum jadi adik dari para kakak di seluruh dunia? Bagaimana kamu bisa tahu, hmm?”

“Enggak perlu jadi adik untuk seluruh kakak di dunia ini, Oppa” Juniel melepas pelukannya, lalu memberanikan diri menatap sang kakak, “Oppa... adalah duniaku.”

Chanyeol mengedip-ngedip dengan cepat.

“Omo! Kamu so sweet banget!” Dia lalu menutup mukanya sendiri, “Ottoke? Oppa bisa kena penyakit gula di usia muda!” lanjutnya, yang langsung menerima pukulan di area lengannya.

“Yah, tau ah! Oppa merusak momen!”

~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet