Akhirnya Juniel Bicara

Hadiah Terbaik untuk Adik

Masih lekat dalam ingatan Chanyeol, betapa ia suka main ke luar atau memenuhi undangan pesta bersama teman-temannya. Demikian juga dengan Juniel, yang gemar bertandang ke berbagai pusat perbelanjaan. Lalu mereka akan janjian dan pulang bersama dengan perasaan senang.

Masa-masanya ketika berseragam putih abu memang tak terlupakan. Dia mencecap bagaimana nikmatnya darah muda. Temannya sangat banyak, cadangan pacar di mana-mana, uang melimpah, motor sering mendapat pujian, dan keluarganya pun terpandang.

Namun giliran sang adik masuk SMA, dunia seperti terbalik. Masa itu menjadi yang terkelam. Juniel yang ceria berubah murung. Gadis yang semula memiliki rasa percaya diri yang tinggi itu mendadak anjlok. Dan mengingatnya saja, Chanyeol langsung menggeleng-gelengkan kepala, berharap agar memori itu bisa ia tepis.

“Oppa?” suara Juniel membawanya kembali ke alam nyata.

“Huh?”

“Aku bilang mau ke kamar duluan, terus Oppa menggeleng,” Juniel membuat jeda, “Apa Oppa pengin nyalain kipas angin?”

Chanyeol mencerna situasi yang ada. Rupanya dia masih bermalas-malasan di sofa. Televisi juga masih menyala, namun berbagai iklan yang tengah hadir menghias layar kacanya. Chanyeol kemudian berdehem,

“Oh iya, Juniel... tadi kamu kenapa nangis?”

Juniel tersenyum. Senyum yang dipaksakan. Ia memang tak bisa kabur dari rasa ingin tahu kakaknya. Cepat atau lambat, Chanyeol pasti bertanya. Apalagi ia tak bisa tidur tenang kalau adiknya masih menyimpan sesuatu, yang sampai memprovokasi airmatanya.

Juniel pun kembali duduk di sofa. Ia menarik napas. Tapi tak ada kata yang keluar. Matanya malah berkaca-kaca lagi. Ia pun mengeluarkan ponsel, membuka akun Instagram, dan menyerahkannya pada sang kakak.

Feed instagram adiknya tidak berisi foto selfie, melainkan ilustrasi khusus momen Taeyeon. Baik ketika ia bernyanyi, photoshoot, di bandara, atau tertangkap kamera fans. Followers-nya pun sudah ribuan, sementara akun itu sendiri hanya mengikuti Taeyeon seorang.

Chanyeol menaikan alis. Namun Juniel diam saja, seolah-olah meminta sang kakak untuk sekadar melihat akunnya. Seperti biasa, Chanyeol membaca banyak sekali komentar. Namun kali ini ada yang lain.

Dulu komentar yang masuk rata-rata berisi pujian. Mereka akan bilang kalau karya ilustrasi Juniel itu cute, keren, mengagumkan, dsb. Tapi sekarang isinya beragam, bahkan ada yang seperti menghujat. Ada juga yang bertanya-tanya.

“Kok postingan terakhirnya dihapus?” Chanyeol membacakan komentar satu per satu, “Tadi itu siapa?” tanyanya lagi, entah pada siapa.

“Wah... kamu megang rahasia terbesar Kim Taeyeon,” lanjut Chanyeol, membuat alisnya mengerut , “Tadi itu pacarnya Taeyeon, Guys!”.

“Saya kecewa sama Taeyeon, saya mundur jadi fansnya, selama ini Taeyeon pura-pura single, dia penipu, Tae...” Chanyeol berhenti membaca setelah ia mendengar Juniel senggukan.

Dirinya segera menelan ludah. Semuanya seperti deja vu. Dulu ketika Juniel memiliki akun instagram pribadi berisi poto-potonya sendiri, komentar kasar pernah membanjiri postingannya. Semua itu membuat Juniel sempat trauma. Karena memiliki pengaruh buruk terhadap sang adik, akun itu pun dimusnahkan.

“Mian, Juniel-ah...” Chanyeol langsung mendekap sang adik.

Meski belum tahu betul penyebab sebenarnya, namun ia tak akan memaksa. Dirinya sudah sangat lama beradaptasi dengan figur baru adiknya. Chanyeol berusaha memahami keadaan yang musti dihadapi.

“Tadi aku mosting gambar Oppa, tapi,” Juniel berkata di tengah tangisannya, “Gambarnya sudah dihapus lagi... mereka tidak suka... haters... mereka ngasih judgement sama Taeyeon Unnie... aku...”

“Sshhh...” Chanyeol menempelkan pipi pada kepala adiknya, “Mereka enggak benci Taeyeon, kok. Ekspresi muka Oppanya aja yang jelek. Atau mungkin, kamu sengaja ngegambar Oppa dengan telinga lebar.”

Juniel spontan menatap Chanyeol, yang kemudian langsung membentuk mimik muka jelek. Pipi Juniel masih basah, namun ia tak kuasa menahan tawa. Karena gemas sekaligus kesal, ia sibuk menjiwir indera pendengaran kakaknya.

“Aw!”

~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet