Festival Sekolah

Wild Rose



Kyungsoo menghembuskan nafasnya entah untuk yang keberapa kalinya di pagi yang dingin itu. Kondisinya jauh lebih baik daripada 3 hari kemarin meski kepalanya sedikit pusing. Mata indahnya menatap keluar jendela, pikirannya melayang entah kemana

"Kyungsoo!"

Kyungsoo terlonjak kaget saat seseorang meneriakkan namanya, Kyungsoo menoleh ke samping dan melihat Sulli yang menatap kesal padanya.

"O-oh, Sulli-yah, ada apa?" Tanya Kyungsoo canggung.

"Kau ini, ini masih pagi dan kau sudah melamun." Omel Sulli, Kyungsoo hanya tertawa garing. "Aku tanya, kau ingin berpartisipasi untuk festival hari sabtu nanti tidak?"

"Festival? Festival sekolah maksudmu?" Tanya Kyungsoo balik.

"Iya, kesepakatan kemarin kita akan membuat Cafe, temanya Maid and Butler Cafe. Tapi karena sepertinya kesehatanmu kurang baik, kami tidak akan memaksamu."

Kyungsoo berpikir sebentar, "Aku ingin ikut." Ujar Kyungsoo pada akhirnya.

Sulli tersenyum lebar, "Bagus, tugasmu tidak akan berat, hanya menjadi butler penerima tamu yang datang. Kau tidak keberatan kan?"

"Tidak, sama sekali tidak."

"Baguslah."

Tidak lama setelah itu Kyungsoo melihat Tao dan Shinji berdiri di ambang pintu kelasnya masih dengan tas dipundak. Kyungsoo berjalan menghampiri mereka. "Ada apa?"

"Kami ingin ke kantin, mau ikut?" Tanya Shinji.

"Ayo, kebetulan aku sedang lapar." Jawab Kyungsoo.

Mereka bertiga kemudian berjalan beriringan ke kantin sekolah. Sementara Sulli dan teman-temannya menatap tiga orang itu. "Mereka akrab sekali, aku iri." Komentar Bomi.

"Entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa Tao sangat protektif kepada Kyungsoo meski tidak secara terang-terangan." Sulli meletakkan tangannya di dagu, "Atau jangan-jangan..." Sulli menggantung ucapannya, matanya membelalak kaget.

"Shinji, kelasmu akan mengambil tema apa?"

Shinji menatap Kyungsoo yang berjalan di sampingnya. "Katanya mereka mau membuat tema makanan tradisional. Tapi entah jadi atau tidak."

"Makanan tradisional? Jarang sekali loh ada yang mengambil tema itu, pasti menyenangkan kalau bisa memakan makanan yang hampir tidak ada lagi."

"Wah, kau benar juga."

Tao tersenyum saat melihat Kyungsoo yang tampak segar dan sudah bisa tersenyum. Yah, meskipun ia merasa seperti di abaikan, tetapi setidaknya masih bisa melihat senyuman manis Kyungsoo. Melihat Kyungsoo, entah kenapa ia kembali terfikir dengan fakta mengejutkan yang ia dapatkan 3 hari yang lalu. Sampai-sampai kantong matanya semakin tebal karena insomnia.

'Rasanya ada yang mengganjal. Kalau Mr.Black yang pertama sudah mati, kemungkinan sudah digantikan oleh anaknya. Tapi di usia semuda itu, apa mungkin dia mampu membunuh orangtua Kyungsoo?' Tao kembali berfikir, ia yakin yang membunuh orangtua Kyungsoo adalah anak dari Mr.Black, tetapi setelah dipikir-pikir lagi, rasanya sedikit aneh. Kepalanya sampai sakit karena terus memutar fakta dan kemungkinan yang tidak hanya menyangkut Kyungsoo, namun juga dirinya.

"Tao, kau melamun ya?"

Tao tersentak kaget saat namanya disebut. Dia mengangkat kepalanya, Shinji dan Kyungsoo ternyata sedang menatapnya bingung.

"Eh? Apa? Tadi kalian bicara padaku?"

Kyungsoo menggembungkan pipinya kesal. "Pagi-pagi sudah melamun." Gumamnya pelan.

"Tadi Kyungsoo tanya, apakah ada pr selama dia tidak masuk." Shinji menggantikan Kyungsoo untuk bertanya karena sepertinya Kyungsoo sudah malas bicara.

"Eh, sepertinya tidak." Tao menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Sepertinya? Kau itu memperhatikan pelajaran tidak sih?"

"Tentu saja aku perhatikan."

Shinji dan Tao malah adu mulut di koridor menuju kantin, jelas saja hal ini menarik perhatian siswa siswi yang lewat karena keadaan sudah cukup ramai. Kyungsoo yang masih kesal hanya membiarkan kedua orang itu puas dengan argumen konyol mereka. Nanti juga akur sendiri. Kyungsoo merasakan getaran dari saku celananya. Dia merogoh-rogoh dan mengeluarkan ponselnya. Ada sebuah pesan masuk.

-Kyung, aku ingin bicara. Datanglah ke atap sekolahmu sekarang.-

-Sehun-

Hah? Sehun? Kenapa Sehun bisa berada di sini? Kapan dia masuk? Kyungsoo mulai berpikir bahwa anggota Wolf itu agak menakutkan. Kyungsoo sedikit melirik ke arah Tao dan Shinji. Mereka masih berdebat, kesempatan bagus, pikir Kyungsoo. Tanpa pikir panjang lagi Kyungsoo segera menuju ke atap tanpa sepengetahuan Tao maupun Shinji.

Kyungsoo membuka pintu yang menghubungkan dengan atap. Kyungsoo mencari sosok Sehun, tidak sulit menemukannya di area yang cukup luas itu karena memang tak banyak siswa yang mau naik ke atap.

"Sehun?" Panggil Kyungsoo saat ia sampai di belakang Sehun. Sehun membalikkan tubuhnya perlahan.

"Ya ampun!" Mata Kyungsoo membelalak saat melihat wajah Sehun yang lecet dan lebam disana-sini. "Sehun! Kau kenapa? Apa kau habis berkelahi?" Kyungsoo maju lebih dekat dengan Sehun, kini terlihat jelas wajah Sehun yang terlihat sangat kelelahan dan matanya yang membengkak. Sehun masih memakai pakaian bebas yang kusut dan robek di beberapa bagian.

"..."

"..."

Sehun hanya diam, sorot matanya terlihat kosong.

"Sehun, ayo duduk dulu. Tenangkan dirimu." Dengan lembut Kyungsoo menarik tangan Sehun untuk duduk, sementara Sehun hanya diam saja dan menurut. Kyungsoo mengambil tempat di samping Sehun.

"Sekarang ceritakan jika kau ingin, jangan memaksakan diri." Kyungsoo mengusap bahu Sehun, berusaha membuatnya tenang. Sehun menatapnya sebentar.

"Boleh aku memelukmu?" Tanya Sehun yang lebih mirip bisikan namun masih bisa didengar oleh Kyungsoo. Kyungsoo terdiam beberapa saat, namun ia tetap meraih pundak Sehun yang lebih tinggi darinya.

"Tentu, silahkan. Aku tidak keberatan." Sehun mengangkat tubuh Kyungsoo bagaikan Kyungsoo tidak memiliki berat dan memposisikan Kyungsoo menyamping di atas pangkuannya. Sehun memeluk pinggang Kyungsoo dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Kyungsoo.

Kyungsoo membiarkan Sehun melakukan sesukanya, tangannya mengelus rambut pirang Sehun yang tampak berantakan. Suasana hening bahkan sampai terdengar bel masuk berbunyi. Kyungsoo sedikit ragu, ia tidak ingin ketinggalan pelajaran lagi, tetapi di satu sisi ia tidak tega meninggalkan Sehun begitu saja. Akhirnya ia memutuskan untuk membuat alasan.

-Aku sedang tidak enak badan dan istirahat di UKS. Tolong katakan pada guru.-

-Kyungsoo-

Semoga saja belum ada guru dan Tao sempat membacanya. Pikir Kyungsoo.

"Kemarin..."

Kyungsoo mengalihkan perhatiannya saat mendengar suara Sehun yang serak.

"Aku bertengkar dengan Kris hyung."

Kyungsoo terkejut, tetapi berusaha menutupinya.

"Aku menyukai seseorang. Aku sangat menyayanginya. Tetapi Kris hyung juga menyukainya."

Kyungsoo masih memilih untuk diam. Kepalanya hampir tidak dapat digerakkan karena kepala Sehun yang masih berada di ceruk lehernya menghalangi gerakannya.

"Kami bertengkar hebat. Aku yang salah, aku sadar itu, aku memang egois, padahal Kris hyung juga berhak mendekatinya. Aku yang bodoh, Kyung... Aku yang bodoh... Aku sudah termakan hasutan ego ku sendiri... Aku memang bodoh, Kyung... Seharusnya aku tidak mengatakan hal seperti itu pada Kris hyung..."

Kyungsoo membiarkan Sehun yang terus menggumam tidak jelas. Padahal ia merasa geli karena nafas Sehun menggelitik lehernya setiap kali ia berbicara, tapi sekali lagi Kyungsoo tidak tega untuk menjauhkan kepala Sehun dari lehernya.

"Aku ingin meminta maaf, tapi aku takut Kris hyung tidak memaafkanku... Aku harus bagaimana Kyung... Aku harus bagaimana... Aku takut mereka membenciku karena keegoisanku..."

Sehun semakin erat memeluk tubuh kecil Kyungsoo, wajahnya ditenggelamkan ke bahu Kyungsoo. Kyungsoo berjengit kaget saat merasakan bahunya basah. Sehun menangis.

"Shh... Tidak ada yang membencimu Sehun..." Ucap Kyungsoo lembut, tangan mungilnya mengelus rambut Sehun. Kyungsoo membiarkan keadaan seperti itu. Membiarkan Sehun menangis dan menumpahkan emosinya. Dalam hati ia bertanya-tanya, siapa orang yang sudah membuat mereka bertengkar?

Kyungsoo tidak akan pernah tahu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

BRAK!

Meja kayu tidak bersalah itu sukses terbagi dua, setelah seseorang menghantamnya dengan tangan yang terkepal erat. Nafasnya memburu, matanya berkilat-kilat, dia terlihat akan membunuh siapa saja.

"Haah.... Itu sudah meja ke empat Kris...." Xiumin hanya bisa menghela nafas. Kris menggila setelah kemarin bertengkar hebat dengan Sehun. Xiumin menyesal datang ke markas hari ini, seharusnya dia menerima tawaran kakaknya untuk ikut ke perusahaan. Daripada terjebak sendiri di tempat ini dengan naga yang marah.

Tidak sendiri sih, masih ada Baekhyun dan Chen yang berdiri diam di pojokan. Luhan sudah kabur begitu Kris turun ke basement dengan pakaian tidak berbentuk. Kai mungkin masih di sekolah, kalau Sehun...entah dimana sekarang.

Mata Xiumin tidak lepas dari Kris yang tampak mulai (sedikit) tenang. Kris menjatuhkan dirinya di sofa panjang. Matanya menatap kosong, Kris tampak sangat kacau. Mungkin kali ini dia harus menelepon Youngmin ahjussi lagi kalau Kris tidak akan datang ke kantor.

Chen yang sedari tadi diam saja mulai bergerak, ia mengambil kotak obat di dalam lemari kecil dan mendekati Kris. Baekhyun membersihkan meja-meja rusak korban amarah Kris. Bersyukur bukan dia korbannya. Kris diam saja saat Chen mengobati kepalan tangannya yang lecet dan berdarah. Tidak ada seorangpun yang berani mengucapkan sepatah kata pun.

"Aku minta maaf..."

Tiga orang yang berada di sana hampir secara bersamaan menoleh ke arah Kris. Kris menunduk menatap lantai, keadaan kembali hening. Menunggu Kris kembali bicara. Hanya terdengar suara gesekan kayu yang sedang dipindahkan oleh Baekhyun.

"Aku terbawa emosi..." Lanjut Kris dengan suara yang semakin pelan.

Helaan nafas terdengar jelas di ruangan itu. "Kalian harus membicarakan masalah ini. Kami tidak selalu bisa ikut campur masalah pribadi." Xiumin berucap pelan. "Kalian yang harus menyelesaikannya."

Kris masih terdiam. Dalam hati dia membenarkan ucapan Xiumin. Chen yang sedari tadi berkutat dengan luka di tangan Kris sudah menyelesaikannya dengan mengikat perban di tangannya dan menepuknya pelan. "Sehun itu masih labil. Mungkin dia sedang ada masalah keluarga sehingga emosinya mudah meledak-ledak." Ujar Chen.

"Benar hyung," Dari kejauhan, Baekhyun yang sedang mengangkat kayu-kayu tadi ikut menimpali dari tangga yang teratas. "Mungkin dia sedang stress sehingga dia marah-marah. Tapi aku yakin dia pasti menangis sekarang."

Ucapan mereka ada benarnya. Pertama kali bertemu, Sehun sedang menangis karena dia stress. Keluarganya adalah orang yang cukup berada, namun sejak kecil dia dirawat oleh neneknya, sejak neneknya meninggal dia merasa kesepian karena orangtuanya sangat sibuk dan tidak memiliki waktu bersamanya. Hingga saat Sehun terlibat dunia para gangster dan masuk rumah sakit orangtuanya bahkan tidak tahu.

Tiba-tiba saja Kris merasa sangat bersalah. Sehun menjaga jarak dengannya setelah mereka menjenguk Kyungsoo 3 hari yang lalu. Dia tahu alasan mengapa Sehun marah padanya. Entah ini salahnya atau salah Sehun, namun ini harus segera diselesaikan.

"Sehun dimana?" Tanya Kris entah pada siapa.

"Mungkin di sekolah." Jawab Xiumin ragu.

"Sehun tidak ada di sekolah." Timpal Chen. "Kai tadi meneleponku menanyakan keberadaan Sehun. Berarti Sehun tidak sekolah."

"Kalau begitu kau bisa menemui Sehun saat dia kemari nanti. Yah... Walaupun aku ragu dia akan kemari..." Suara Xiumin semakin mengecil di akhir.

Kris menjatuhkan punggungnya ke sandaran sofa, dia sangat lelah dengan semua beban di pundaknya. Ruangan itu kembali sunyi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pria bertopeng hitam dan biru itu menyandarkan kedua sikunya di pagar pembatas. Menggunakan teropong, ia memperhatikan sebuah gedung sekolah yang berada 200 meter dari gedung tujuh tingkat tempatnya berada.

"Kau sudah selesai? Tak ada jejak kan?" Tanya pria itu kepada seseorang yang berjalan ke arahnya.

"Hm." Jawaban singkat yang dia terima.

"Tsk, kau membosankan J. Setidaknya itu bisa menghemat energiku sebagai sweeper." Pria itu berdecak, "Menurutmu apa polisi itu akan datang hari ini?"

"Tentu saja." J selalu bicara seperlunya, dan terkadang hal itu yang membuat Yongha jengkel.

"Aku tak sabar menunggu hari itu tiba, Black Rose akan mendapatkan banyak keuntungan jika rencana kita berhasil." Yongha tersenyum tipis dibalik topengnya.

"Apakah M.D dapat dipercaya?"

Yongha menoleh ke arah J. "Aku rasa dia sangat dipercaya oleh Boss, sehingga ditugaskan untuk menjaga salah satu properti kesayangannya."

"Aku sedikit ragu, dia tidak pernah lagi ditugaskan untuk mencuri data."

"Posisinya lumayan penting, karena itulah dia ditugaskan melakukan misi ringan untuk mencegah adanya serangan mendadak. Jika kita terdesak, maka dengan otak pintarnya dia akan membantu dari luar." Jelas Yongha.

J menyilangkan tangannya di dada. "Tapi melihat kedekatan mereka, ada kemungkinan dia membelot."

"Memang, tapi bos tahu kelemahannya. Karena itulah bos berani menugaskannya misi itu."

"Oh," J berucap pelan dengan nada yang monoton seperti biasa, "Orang itu ya?"

"Binggo." Yongha kembali memperhatikan gedung sekolah itu. Beberapa murid tampak berlalu lalang di halaman, ternyata sekarang sedang jam istirahat. Yongha tersenyum miring melihat beberapa pasang kekasih yang sedang bermesraan dari teropongnya, sungguh generasi muda yang naif, pikirnya.

"Terkadang aku berfikir." Yongha menegakkan tubuhnya, menyimpan teropongnya kembali ke saku jas hitamnya.

"Apa yang terjadi jika 'dia' yang memimpin kita."

"Kau tidak akan pernah tahu." J menyela, "Kita bahkan tidak tahu 'dia' masih hidup atau tidak."

"Kalau iya?"

Keheningan panjang tercipta diantara mereka. Hingga tiba-tiba Yongha terkekeh pelan,

"Aku rasa ceritanya tak jauh berbeda."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kyungsoo, tolong berikan ini pada Tao. Suruh dia menggantungkannya melingkari lampu." Minhyuk, ketua kelas mereka, memberikan sebuah hiasan berwarna-warni kepada Kyungsoo.

"Baiklah..." Kyungsoo membawa semua hiasan itu ke Tao yang berdiri di atas tumpukan meja, sedang menempel kertas yang berkilat jika terkena cahaya di langit-langit kelas.

"Tao, pasang ini melingkari lampu yang ada di tengah." Kyungsoo menaiki kursi agar mudah bagi Tao mengambil hiasan yang dipegangnya.

"Oke."

Kelas Kyungsoo sedang sibuk hari ini, besok adalah hari festival sekolah. Mereka sedang mempersiapkan hal-hal yang diperlukan besok. Siswa laki-laki sedang menghias kelas juga menyusun meja dan kursi. Sedangkan siswi perempuan sedang mempersiapkan kostum dan daftar menu.

"Tao, geser sedikit, ke kiri, sedikit lagi," Kyungsoo memberi arahan pada Tao untuk memasang hiasan itu agar posisinya pas. "Iya, disitu-" Kyungsoo merasakan saku bajunya bergetar, Kyungsoo memeriksanya dan mendapat pesan dari Sehun.

"Tao, katakan pada Minhyuk aku ada urusan sebentar, nanti aku kembali lagi." Ujar Kyungsoo.

"Kyungsoo, tung-" Tao belum sempat menyelesaikan ucapannya namun Kyungsoo sudah berlari ke luar kelas. Tao menghela napas, dua hari terakhir ini Kyungsoo sering pergi tanpa alasan jelas saat istirahat.

"Kyungsoo akhir-akhir ini terlihat aneh." Kwangmin, salah satu teman sekelas mereka berkomentar. Dia dan kembarannya sedang menata meja di dekat Tao.

"Benar, tidak biasanya dia mengabaikanmu, Tao." Youngmin, kembaran Kwangmin ikut menimpali. Tao hanya bisa menghela nafas entah untuk yang keberapa kalinya hari ini.

"Entahlah...dia sedikit...berbeda dari biasanya..." Tao melanjutkan tugasnya memasang hiasan itu. Namun pikirannya tidak bisa fokus.

'Kyungsoo...'

Entah kenapa hatinya seperti tertusuk jarum.

BRAK

"Ya ampun..." Kyungsoo menggerutu mendengar suara pintu yang tertutup seperti dibanting. Padahal Kyungsoo hanya mendorongnya sedikit. Dia berjalan mendekati tubuh seorang pemuda yang sedang terbaring.

"Sehunnie..." Panggil Kyungsoo pelan. Sehun menoleh ke arahnya.

Sudah dua hari terakhir ini Sehun selalu datang ke atap sekolahnya. Hanya duduk, diam, tidur, tidak melakukan apapun. Sehun masih menolak untuk berbaikan dengan Kris karena dia merasa belum siap.

"Kau sudah makan?"

"Hm."

"Kau sudah minum obatmu?"

"Hm."

"Kau sudah mengganti perbannya?"

"Hm."

"Kau sudah menghubungi Kris?"

"..."

"..."

Kyungsoo menarik nafas panjang. "Kalian harus berbaikan Sehun..." Kyungsoo rasanya lelah mengatakan hal itu belasan kali. Sehun tidak menjawab, mata tajamnya menatap arakan awan di langit biru.

"Sehun..."

Sehun tetap diam tidak menatap Kyungsoo. Kyungsoo yang merasa di abaikan berjalan ke sisi Sehun, tubuhnya menghalangi sinar matahari yang membuat Sehun mengalihkan perhatiannya ke arah pemuda manis itu.

"Sehun, dengarkan aku." Suara Kyungsoo yang lembut ditambah dengan efek cahaya yang membuat wajah Kyungsoo seakan bersinar bagai malaikat membuat Sehun melupakan dunia tempatnya berpijak sesaat.

"Kau tidak bisa begini terus, Kris adalah temanmu, kau tidak bisa mengabaikan temanmu sekeras apapun kau berusaha menghindarinya."

Sehun terdiam, tatapannya bertemu dengan Kyungsoo. Mereka cukup lama saling menatap, sampai akhirnya Kyungsoo mengalihkan pandangannya kemudian menegakkan tubuhnya.

Srett....

Kyungsoo memekik kecil saat tangannya tiba-tiba di tarik oleh tangan kekar, Kyungsoo terjatuh tepat diatas tubuh Sehun. Wajah mereka sangat dekat, nafas mereka beradu satu sama lain, mata Kyungsoo membulat.

"Se-Sehun...?"

Sehun masih memasang wajah datar, namun mata tajamnya menelusuri garis wajah Kyungsoo. Dari rambut hitamnya yang berantakan tertiup angin, alisnya yang terukir indah, mata jernih yang menenangkan, hidung mungil yang terlihat pas, hingga bibir tebal berwarna peach yang tampak segar dan menggoda. Sehun kembali menatap mata Kyungsoo, perlahan memajukan wajahnya.

Kyungsoo yang melihat wajah tampan Sehun semakin dekat, tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kyungsoo memejamkan matanya, perlahan wajahnya mendekati Sehun. Bibir keduanya menempel. Sehun memeluk erat pinggang Kyungsoo, dia memberanikan diri untuk sedikit memberi lumatan kecil dibibirnya. Kyungsoo meremas pundak Sehun saat tanpa sengaja Sehun menggigit bibir bawahnya. Setelah beberapa saat, mereka melepaskan tautan bibir mereka. Pipi Sehun memerah karena malu, apalagi Kyungsoo yang memerah hingga ke telinga. Kyungsoo memilih untuk membenamkan wajahnya di dada Sehun.

"Maaf..." Bisik Sehun. Sehun mengusap punggung Kyungsoo, sementara Kyungsoo membalasnya dengan gumaman halus. Mereka terdiam dengan posisi seperti itu cukup lama. Tidak menyadari adanya seseorang yang mengintip dari pintu yang hanya terbuka beberapa senti. Seseorang yang tangannya masih berada di kenop pintu, seseorang yang berniat mencari Kyungsoo, namun mengurungkan niatnya saat melihatnya sedang berciuman mesra dengan orang lain.

Seseorang yang merasakan hatinya panas.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Shinji! Tunggu aku!"

"Cepat Kyungsoo! Si nenek lampir itu sudah ngamuk!"

Kyungsoo mengumpati Shinji didalam hatinya, padahal mereka beda kelas, namun kenapa Kyungsoo ikut repot?

Hari masih pagi, jam saja masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Tapi Kyungsoo sudah mondar mandir bersama beberapa temannya untuk mempersiapkan ini itu untuk keperluan bazar. Bahkan Kyungsoo sedang membantu kelas Shinji membawakan satu kardus penuh berisi makanan, setidaknya kelasnya sendiri sudah hampir siap.

"Terimakasih banyak Kyungsoo." Seorang siswa kelas 1.3 mengambil kardus yang dibawa Kyungsoo.

"Ya, sama-sama." Kyungsoo merasa tangannya pegal, dia melirik ke arah Shinji, sahabatnya itu sedang diomeli oleh ketua kelasnya yang cantik tapi garangnya minta ampun. Kalau tidak salah namanya Seo... Seo...apalah itu.

"Cepat tata kuenya! Ya! Mana piring yang tadi! Cepat! Sebentar lagi akan ada pengunjung yang datang!"

Kyungsoo menggelengkan kepalanya melihat Seo..hyun kalau tidak salah, mondar-mandir mengatur semuanya. Kyungsoo kembali ke kelasnya sendiri, kelasnya terlihat lebih tenang, mereka sedang saling mendandani satu sama lain. Semua teman laki-lakinya terlihat gagah dan rapi dengan jas yang beraneka warna, sedangkan anak perempuan terlihat manis dan cantik dengan pakaian maid berlainan model dan warna.

"Kyungsoo, ini milikmu." Sulli memerikannya sebuah jas berwarna putih yang terlihat simpel namun modis. Kyungsoo tersenyum lebar saat jas itu terlihat pas saat dia memakainya. Terimakasih pada Minhyuk yang semalaman memikirkan kostum mereka, juga ide Tao yang menyarankan Cafe yang ceria.

"Baiklah semuanya! Ayo tunjukkan kemampuan terbaik kita!" Minhyuk yang berdiri di tengah-tengah kelas berteriak semangat. Dia mendapat berbagai macam reaksi dari yang lainnya.

"Kyungsoo, jangan terlalu memaksakan dirimu. Kalau lelah kau bisa istirahat." Minhyuk menepuk pundak Kyungsoo pelan, dia tersenyum manis. Kyungsoo tersenyum, kelasnya memiliki ketua yang pengertian.

"Terimakasih, maaf merepotkan."

Minhyuk tersenyum, kemudian dia menyuruh semuanya untuk menempati posisi masing-masing. Kyungsoo berdiri di dekat pintu, tugasnya hanya menyambut tamu yang datang bersama Sulli. Mereka sama-sama memakai pakaian putih supaya terlihat serasi.

"Kyungsoo, bagaimana penampilanku?" Sulli merapikan rambut hitamnya yang terurai. Kyungsoo tersenyum, dia membenarkan pita putih di kepala Sulli.

"Nah, sudah cantik." Kyungsoo memberikan senyum manisnya. Sulli mengalihkan pandangannya dari Kyungsoo dengan wajah yang memanas.

"Te-terimakasih..." Sulli bergumam. Kyungsoo mengangguk, dari jauh Kyungsoo merasakan seseorang yang menatapnya. Saat Kyungsoo menoleh, dia melihat Tao tengah menatapnya, namun tak lama kemudian ia kembali sibuk menata piring dihadapannya. Tao terlihat bagus dengan jas hitam, rambutnya masih terlihat berantakan, namun masih terlihat tampan. Kyungsoo merasa ada yang berbeda dengan Tao hari ini, dia terlihat menjaga jarak dengannya.

'Ada apa dengan Tao...?' Kyungsoo merasa kecewa. Dia lebih memilih untuk melihat keadaan di luar kelas. Sudah ada beberapa orang yang datang, mereka tengah memperhatikan poster-poster yang terpasang di sepanjang lorong kelas. Kyungsoo berharap mereka akan tertarik dengan Cafe sederhana mereka.

"Semoga saja mereka tertarik..." Kyungsoo mendengar Sulli berbisik di dekatnya, ternyata mereka berpikiran sama. Bukan hanya dua orang yang sedang berdiri di ambang pintu saja yang khawatir,namun seluruh penghuni kelas berkeringat dingin menanti pengunjung yang datang.

"Sepertinya ini tempatnya." Kyungsoo mengangkat kepalanya yang entah sejak kapan dia tundukkan saat mendengar suara seseorang.

"Selamat datang di Cafe kelas 1.2!" Kyungsoo dan Sulli refleks mengucapkan kata sambutan. Sepasang kekasih yang sepertinya anak kuliah tampaknya tertarik dengan Cafe mereka. Mereka masuk ke dalam kelas yang sudah di dekorasi dengan warna-warna ceria. Kyungsoo tidak bisa menahan senyumnya saat ada tiga orang lagi yang datang.

"Selamat datang di Cafe kelas 1.2!"

Kyungsoo melakukan tugasnya dengan baik, hanya menyambut kedatangan tamu tidak terlalu melelahkan, namun kakinya pegal karena berdiri terlalu lama. Kelasnya cukup ramai di kunjungi. Mereka harus bolak-balik mengambil es batu ataupun air.

"Waahh! Lelahnya!" Sulli memijat kakinya, sekarang sudah tengah hari, semakin sedikit orang yang berkunjung, akhirnya mereka bisa duduk sebentar.

"Kau benar. Kakiku benar-benar pegal berdiri terlalu lama." Kyungsoo meluruskan kakinya, hanya berdiri saja sudah melelahkan, bagaimana dengan yang lain?

"Akhirnya!" Kyungsoo sedikit kaget saat kursinya terhantam sesuatu. Ternyata itu adalah tubuh Minhyuk yang duduk di lantai bersender di kursinya, jasnya sudah dilepas, kemejanya basah karena keringat. "Ternyata bazar sangat melelahkan, tapi asik juga sih."

Kyungsoo terkekeh mendengar ocehan Minhyuk. Minhyuk yang mendengarnya mengalihkan perhatiannya.

"Kau tidak lapar Kyung? Sejak pagi kau tidak makan apa-apa."

"Eh? Tidak kok, aku belum lapar. Hanya sedikit haus." Ucap Kyungsoo, bagaimana bisa Minhyuk tahu Kyungsoo belum sarapan?

"Kau harus mencicipi sesuatu, kau juga Sulli. Mungkin aku akan minta Yongsoon membuatkan kalian segelas minuman." Minhyuk beranjak bangun dari duduknya, namun tangannya ditahan oleh Kyungsoo.

"Biar aku saja, hyung pasti lelah." Kyungsoo memberikan senyum manisnya. Minhyuk tersenyum, dia senang saat Kyungsoo memanggilnya hyung. Padahal mereka hanya berbeda beberapa bulan. Kyungsoo berdiri dari kursinya, dia berjalan ke counter dadakan tempat mereka menyiapkan makanan.

"Yongsoon, tolong buatkan aku dua gelas lemon tea." Ucap Kyungsoo pada gadis berkacamata yang menjaga counter.

"Tunggu sebentar."

Kyungsoo menunggu beberapa menit, setelah minuman pesanannya jadi, dia membawa gelas itu ke Sulli. Namun dia hampir ragu untuk mendekat karena dia melihat Tao disana. Sepertinya Tao baru saja kembali dari membeli buah-buahan tambahan. Dia sedang berbicara dengan Minhyuk.

"Sulli, untukmu." Kyungsoo memberikan Sulli segelas lemon tea, Kyungsoo berusaha sebisa mungkin mengabaikan tatapan tajam Tao. Entah kenapa rasanya sangat berbeda.

"Kyungsoo."

Empat orang yang berada di dekat pintu serentak menoleh ke arah seseorang yang berdiri di depan pintu. Mata Kyungsoo membulat melihat orang itu. Kyungsoo menghampirinya dengan terburu-buru.

"Sehun? Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku sudah menghubungimu satu jam yang lalu..."

Kyungsoo tersentak lalu mengambil ponselnya dari saku celana. Sehun memang meneleponnya dan mengirimkan pesan. "Maaf Sehun, aku sangat sibuk tadi."

"Hm..." Sehun memaklumi, akhirnya dia menyadari bahwa ada seseorang yang berdiri di dekat Kyungsoo.

"Hei." Panggil Sehun. Kyungsoo awalnya mengira panggilan tersebut untuknya, namun pandangan Sehun lurus ke arah belakangnya. Saat dia berbalik, matanya kembali membesar saat melihat Tao berdiri dengan gagahnya.

"Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" Tanya Sehun basa-basi.

"Baik, terimakasih." Balas Tao.

Mereka terlihat tenang, tapi Kyungsoo bisa merasakan tekanan berat diantara keduanya. Sama seperti saat Tao dan Kai yang beradu pandang dulu. Kyungsoo berusaha mengabaikan bisikan teman sekelasnya.

"Kyungsoo, ayo." Tanpa diduga Sehun menarik tangan Kyungsoo dan membawanya keluar kelas. Tao hanya bisa mengepalkan tangannya dan menggertakkan giginya. Jantungnya berdegup kencang karena marah.

"Sehun, tung-Sehun! Kita mau kemana-Sehun!" Kyungsoo berusaha memanggil Sehun, namun Sehun mengabaikannya dan tetap berjalan ke arah atap. Kyungsoo berusaha keras menyeimbangkan langkahnya dengan langkah lebar Sehun.

"Sehun, pelan-pelan..." Kyungsoo beberapa kali hampir terpeleset di tangga, beruntung Sehun mau mendengarnya dan memperlambat langkahnya. Sehun membuka pintu yang menghubungkan lantai tiga dengan atap, dia menarik Kyungsoo ke pelukannya kemudian menutupnya dengan rapat.

Seseorang yang sejak awal melihat Sehun menarik Kyungsoo keluar dari tempat persembunyiannya. Dia menatap datar pintu yang tertutup. Tangannya bergerak untuk mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

"Sepertinya kucing kecil kita ingin bermain-main bos."

Pria itu menunggu respon dari orang di seberang sana.

"Tangkap dia. Bawa ke hadapanku."

Pria itu menyeringai, "Apakah permainannya dimulai sekarang?"

"Nanti. Tunggu aba-aba M.D."

"Baiklah."

"M.D yang akan mengurus rencana kabut. Ada sesuatu yang harus aku lakukan."

"Apakah kita akan menang dalam permainan ini, Bos?" Tanya pria itu, dia melirik jam tangannya. Pukul 12:39.

"Tentu saja. Aku ingin dia ada dihadapan ku malam ini."

"Tentu tuan. Keinginanmu adalah perintah untukku."

"Aku mengandalkanmu."

Pria itu memutuskan sambungannya. Dia melirik jam tangannya sekali lagi. Pukul 12:40. Ponselnya berdering, ada sebuah pesan masue.

-Permainan akan dimulai dalam 20 menit.-

Pesan tersebut membuat pria itu kembali menyeringai. Well, sepertinya minggu ini akan menjadi tugas yang berat bagi kepolisian. Pria itu tersenyum sinis. Dia berjalan ke tempat yang akan menjadi tempatnya memulai permainan.

Dia bisa bersantai sebelum beraksi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.




TBC/DELETE?




Hai... Saya datang lagi dan...PLEASE JANGAN BUNUH SAYA TTATT

Saya sama sekali tidak memiliki niat untuk menghentikan fanfic ini ditengah jalan, karena sebenarnya saya sangat ingin menyelesaikannya sampai habis. Tapi yang namanya manusia.... Malas adalah hal yang manusiawi TT_TT

Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena saya sudah PHP.... m(_ _)m *bow 90 derajat

Terimakasih yang yang sebesar-besarnya karena sudah mau baca dan comment ni fanfic gaje.... m(_ _)m *bow lagi
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
OWLove #1
Chapter 15: duhh.
lanjut lanjut thor.
seru deh
penasaran akuu TT
ini harus dilanjut author nim tercinta (eaaaakkk) :D
namjoon mau ngapain tuuh hayoooo,.... duh, author jago bikin penasaran hikseuuu TT

buruan updet ya thoorr. jebaall (buing buing ) #SeketikaAuthornyaMuntah

keep writing thor.
semangat yaaa, mumpung liburan jangan banyak males XD
lopyuu thoor #AuthorNggakLopSamaKamuWekk
:*:*:*
LylaAngelica
#2
Tenang, Ada abang2 ganteng yang jagain baby Soo kok ^3^
DOut29 #3
Baru sempat baca, akhirna ngebut XD
Beuh, akhirnya Krisoo muncul! ♥
duh duh jd penasaran, siapa sih yg ngincar ksoo itu >_<
DOut29 #4
Chapter 3: Ini kira2 main pairnya apa ya? Semoga aja kalo ga Krisoo, Kaisoo atau Hunsoo #plak XD
Krisoo momennya dibanyakin donk :D
*nasib Krisoo shipper minim hiburan*XD
Chansoo sama Laysoo blm ketemu nih? aduh makin penasaraaan >_<
Kira2 siapa ya yg bunuh ortunya Babysoo? :/
update ASAP juseyooooo
DOut29 #5
Chapter 2: sebenarnya saya udah baca di ffnet, tp susah ngereview kaga masuk2 -_-
saya review disini aj ya :D
Penasaran sama yg bunuh ortunya ksoo, sadis bener, kasian soo nya jd trauma gitu π_π
Ah, KaiTaoBaek udah muncul, nunggu KriSoo sama HunSoo momen ini XD
itu Baek main bawa kabur anak org aja coba :v
update juseyooo
MilkyPocky #6
Chapter 1: Lanjutkan~
DOut29 #7
menarik! jarang2 ada ff Kyungsooxeveryone bahasa indo di AFF XD
ditunggu lanjutannya authornim :D