A Kiss from A Stranger 4

A Kiss from A Stranger

.

Wonwoo memasuki ruangan pesta. Ia lalu terdiam sebentar sambil mengeratkan jaket kulitnya lalu melirik arlojinya.
“Lama sekali dia.” Bisiknya lalu berjalan menuju meja dimana gelas-gelas berisi lemonade berjejer tertata rapi.
“Hai Wonwoo-hyung.” Wonwoo menoleh. Tersenyum senang saat melihat pemuda yang lebih muda padanya tersenyum manis.
“Samuel! Long time no see!” serunya lalu memeluk pemuda itu.
Samuel tertawa, ia balas memeluk pemuda itu.
“Kapan kau kembali ke Korea?” tanya Wonwoo setelah mengambil segelas lemonade.
“Sebulan yang lalu.” Jawab Samuel.
“Kau tidak menghubungiku.” Ucap Wonwoo sedih.
“Aku tidak tahu nomormu.” Jawab Samuel.
Wonwoo tertawa kecil, “Kalau begitu, bagaimana jika kita bertukar nomor?” tanyanya sambil mengeluarkan ponselnya.
“Tentu!” Samuel tersenyum senang.
Wonwoo menyalakan ponselnya dan ia mendapati sebuah pesan masuk.
From : Jihoon
Kau dimana sih? Aku sudah masuk tapi tidak melihatmu. Ayo kita bertemu Junghan.

Wonwoo menekan tombol ‘reply’ dan mengetik dengan cepat.
To : Jihoon
Aku bersama Samuel. Dekat meja yang ada lemonadenya.

“Hyung.” Panggil Samuel.
“Oh sorry.” Ucap Wonwoo setelah menekan tombol ‘send’.
Samuel memberikan ponselnya pada Wonwoo, “Tulis saja nomormu disini, setelah itu aku akan menghubungi ponselmu.”
Wonwoo mengangguk.
“Siapa yang mengirimkanmu pesan?” tanya Samuel.
“Hm.. Jihoonie.” Jawab Wonwoo sambil mengetikkan nomornya di ponsel Samuel.
“Oh ya, aku tidak melihatnya dari tadi. Dia tidak ikut kesini?”tanya Samuel.
“Dia baru saja datang.” Jawab Wonwoo lalu memberikan ponsel Samuel pada pemiliknya.
Samuel segera menghubungi ponsel Wonwoo lalu mematikannya, “Sudah.” Ia tersenyum lebar.
Wonwoo mengangguk lalu menyesap lemonade.
“Ngomong-ngomong, hyung, kau sudah punya kekasih?” tanya Wonwoo.
“Uhuk!” Wonwoo terkejut dengan pertanyaan itu dan tersedak. Samuel terkekeh.
“Kalau reaksimu begitu, kau pasti punya.” Ucap Samuel.
“Ya, dia sudah punya. Tapi lewat situs sosial media.” Ucap Jihoon yang baru saja datang sambil tertawa kecil.
“Jihoon-hyung!” Samuel memeluk pemuda berambut pink itu.
“Lama tidak bertemu, Samuel. Aku lihat kau sepertinya sehat-sehat saja.” Ucap Jihoon.
“Tentu saja! Sehat itu sesuatu yang penting!” seru Samuel senang, “Kau juga terlihat sehat, hyung.” Ucapnya pada Jihoon.
“Aku tidak sesehat kelihatannya.” Jawab Jihoon.
“Kenapa? Kau sakit? Sakit apa? Sakit hati?” tanya Samuel memberondong.
“Kurang lebih begitu.” Jihoon tersenyum lebar.
Samuel menatapnya dengan pandangan memicing, “Mencurigakan.”
Wonwoo menaruh gelasnya diatas nampan pada seorang pelayan yang lewat lalu kembali lagi ke Jihoon dan Samuel yang sedang mengobrol.
“Ayo kita ke tempat Junghan.” Ucap Wonwoo.
“Oh, oke,” Balas Jihoon, “Kau ikut kompetisi juga, Samuel?” tanyanya.
“Ya, aku sudah maju tadi.” jawabnya.
“Ah, sayang sekali. Aku tidak melihatnya.” Ucap Jihoon.
Samuel tertawa, “Oh ya, aku harus pergi dulu, dah!”
Jihoon mengangguk dan Wonwoo tersenyum.
“Anak itu tetap periang seperti biasa.” Ucap Wonwoo.
Jihoon tersenyum. Keduanya pun berjalan kearah Junghan yang berada di tangga.
“Hai hyung. Happy birthday!” seru Wonwoo lalu memeluk pemuda bersurai panjang itu.
“Thanks!” Junghan tersenyum senang.
“Selamat hyung. Semoga keinginanmu terpenuhi.” Ucap Jihoon.
“Thanks Jihoon-ie!” ucap Junghan, “Oh ya, sebentar lagi giliranmu. Setelah Seungcheol.”
Jihoon mengangguk, “Sekarang siapa?” tanyanya.
“Soonyoung.”
Deg.
Jihoon membeku mendengar nama itu. Perlahan penglihatannya beralih menuju keatas panggung. Ia terdiam seolah tersihir. Soonyoung diatas sana, bergerak meliukkan tubuhnya. Menari begitu indah terpantul di matanya.
Jihoon tidak sanggup mengeluarkan kata-kata. Terlalu terpesona karena pemuda itu. Suara Wonwoo ataupun Junghan yang berusaha menyadarkannya pun tak terdengar olehnya. Ia seolah berada di dunianya sendiri, dengan sang pujaan hatinya yang berada tepat di depan mata. Begitu dekat dengannya.
Spersekian detik mata mereka bertemu. Hal itu membuat Jihoon tersadar. Tubuhnya dengan cepat bergetar hebat dan ia sekuat tenaga menghentikan keinginannya yang selalu muncul bila menyadari dirinya sedang melihat pemuda itu.
Wonwoo dengan cepat membawanya menjauh dari sana sebelum Jihoon benar-benar melangkahkan kakinya kearah pemuda yang sedang berada diatas panggung itu.
.
.
.
“Kau tidak apa?” tanya Wonwoo.
Jihoon menghela napas lega, “Aku tidak apa sekarang. Thanks.” Jawabnya.
“Kalau kau mau, kita bisa kembali sekarang.” Ucap Wonwoo.
Jihoon menggeleng.
“Yakin?” tanya Wonwoo.
Jihoon mengangguk.
Wonwoo terdiam sebentar, ia menatap Jihoon dengan pandangan khawatir.
“Bagaimana jika dia menemuimu nanti?” tanya Wonwoo.
Jihoon terdiam. Matanya menerawang menatap sepatunya.
“Aku—aku—aku akan berusaha untuk menahan ini.” Jawab Jihoon.
Wonwoo terdiam sebentar lalu mengangguk.
“Kalau kau butuh bantuan panggil saja aku.” Ucap Wonwoo.
Jihoon tersenyum, “Kau selalu mengatakan hal itu—lalu bagaimana denganmu? Kau tidak ingin bertemu dengan kekasihmu, aku tidak tahu kenapa kau begitu. Tapi dia mungkin sudah tahu identitasmu saat ini dan mencarimu.”
Wonwoo menatapnya.
“Apa yang akan kau lakukan? Apa yang akan kau katakan jika dia bertanya mengapa kau tidak ingin menemuinya?” tanya Jihoon.
Wonwoo terlihat berpikir sebentar, ia lalu tertawa kecil.
“Sudahlah. Itu bisa nanti,” ucapnya, lalu mendorong punggung Jihoon dan keduanya kembali berjalan menuju Junghan, “kau harus bersiap, setelah ini giliranmu.”
“Uhm—ya.”
Junghan menoleh ke arah keduanya, “Kau tidak apa?” tanyanya pada Jihoon.
Jihoon tersenyum, “Aku tidak apa.”
Junghan mengangguk, “Baiklah, kalau begitu aku tidak perlu untuk mengganti giliranmu. Seungcheol sebentar lagi akan selesai. Kau siap? Aku mengundang beberapa artis ternama sebagai juri, pastikan kau jangan grogi, karena itu bisa menghancurkan semuanya.”
“Baguslah kalau begitu.” Jihoon tersenyum senang.
“Kapan giliranku?” tanya Wonwoo.
“Hm… masih ada tujuh peserta lagi sebelum dirimu.” Jawab Junghan.
Wonwoo mengangguk. Ia lalu mengedarkan pandangannya kesetiap orang di ruangan besar itu. Hingga pandangan matanya terhenti pada satu sosok tinggi di antara kerumunan orang. Wonwoo tersenyum gugup dan segera mengalihkan pandangannya.
“Bagaimana jika kau makan hidangan yang sudah di siapkan sembari menunggu?” tanya Junghan.
“Oh. Oke.” Wonwoo mengangguk, lalu Junghan pun naik ke panggung.
Wonwoo berjalan menuju meja dimana diatasnya terdapat bermacam-macam hidangan. Wonwoo tersenyum senang. Dia mengambil satu potong kue tart dan memilih untuk mengasingkan diri di sudut ruangan. Menatap semua orang-orang yang datang dipesta itu juga menikmati kue yang dia ambil dan sesekali mengikuti suara Seungcheol yang sedang nge-rap diatas panggung.
Hingga kedatangan Mingyu di hadapannya dengan sebuah senyuman lembut menyita perhatiannya.
“Hai, Jeon Wonwoo.”
.
.
.
Soonyoung membalas sapaan orang-orang yang menyapanya. Ia menghela napas lega dan tersenyum lebar.
Soonyoung mengedarkan pandangan, melihat kesekelilingnya. Mencari sosok Jihoon yang tadi sempat ia lihat pada saat ia menari.
Soonyoung yakin ia tidak salah lihat tadi. Tapi mengapa ia tidak melihat orang itu?
Soonyoung menghela napas lagi dan terdiam melamun.
Ia menyadari ia terlalu tertarik dengan pemuda berambut pink itu. Semakin ia ingin tahu, semakin ia tertarik dan menginginkannya. Soonyoung tidak tahu mengapa. Ini seperti hatinya sudah terpaut pada orang itu sejak kejadian dimana ia dicium malam itu, atau sejak ia mengalami mimpi itu pertama kali?
Tapi, walaupun dia selalu mengatakan itu mimpi. Ia merasa semua ciuman dalam mimpi itu nyata. Seolah itu benar-benar terjadi, tapi dia tidak sedang dalam posisi sadar. Mungkin saja ia sedang tertidur, mabuk, atau apapun itu.
Soonyoung menghembuskan napas frustasi. Ia menggalau dan ia tidak suka itu.
“Lee Jihoon.” Bisiknya pelan, matanya kembali mencari-cari sosok yang ia cari.
“Lee Jihoon, dimana kau?” tanyanya masih berbisik.
Kakinya melangkah, berjalan kemana saja mencari di setiap sudut, tengah ruangan, dimanapun itu. Tapi ia tak menemukannya.
“Halo. Namaku Lee Jihoon.”
Soonyoung menghentikan langkahnya saat mendengar suara itu. Ia dengan cepat berbalik, Jihoon disana. Jihoon-nya ada disana—ups. Apa yang ia pikirkan barusan?
Soonyoung merutuk. Ia lupa bahwa giliran Jihoon adalah satu orang setelahnya. Mengapa ia tidak memikirkannya tadi?
Jihoon mulai menyanyi. Suaranya begitu indah terdengar bagi Soonyoung. Begitu jernih dan menenangkan. Bibir Soonyoung membentuk sebuah senyuman.
Kakinya kembali melangkah, kini mendekati panggung. Junghan yang duduk ditangga menyadari kedatangannya. Ia lalu melirik Jihoon kemudian melirik Soonyoung. Junghan tersenyum seolah mengerti.
.
Jihoon tersenyum senang saat Junghan menyapanya sebelum ia turun dari atas panggung. Junghan tersenyum tipis.
“Pangeranmu menunggu,” Bisik Junghan saat keduanya benar-benar berpapasan, “dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu kepadamu,” ucapnya lalu mengedipkan sebelah matanya.
Jihoon terdiam, senyumannya luntur begitu saja. Dadanya berdegup kencang dan ia mempercepat langkahnya dan turun dari atas panggung. Dibawah, Soonyoung disana. Berdiri menunggu. Pemuda itu tersenyum saat melihatnya.
“Hai. Kita bertemu lagi.” sapa Soonyoung.
.
.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
LeoNyan
Comment! :3

Comments

You must be logged in to comment
ilovechangkyunim
#1
Chapter 4: argh!!!! lanjut thor lanjut dong! lanjut! >,<
erina14 #2
Chapter 4: ini endingnya? masih ada lagikan?
lay9095 #3
Chapter 2: Batu nemu ff inui dan langsuyng get curious about wonwoo and jihoon weird behaviour..keep update