A Kiss from A Stranger 2

A Kiss from A Stranger

Soonyoung menatap selembar kertas undangan di tangannya, berikut pada Junghan di yang tersenyum lebar di depannya.
“Hyung, apa ini?” tanya Soonyoung.
“Undangan.” Jawab Junghan.
Soonyoung melepaskan earphone dari telinganya, kemudian membolak-balikkan undangan itu.
“Oh? Kau akan ulang tahun?” tanya Soonyoung.
“Ya.”
“Bukankan lebih enak jika kau menunggu surprise datang padamu daripada mengundang orang lain?” tanya Soonyoung.
Junghan mencibir, “Masih mending kau ku undang, lagi pula aku tidak tertarik dengan surprise—apalah itu dan aku tidak ingin di kerjain oleh kalian.” Jawabnya.
Soonyoung terkekeh, “Oke, aku akan datang.” Ucapnya.
“Tentu saja kau harus datang, kau akan menyesal jika tidak datang. Aku mengundang banyak orang dan akan mengadakan kompetisi menyanyi, hip-hop, dan menari.” Ucap Junghan.
Soonyoung membulatkan matanya, “Itu terdengar menyenangkan! Aku akan datang! Terimakasih sudah mengundangku, hyung!”
“Yap. Dah ya, aku pergi dulu~” ucap Junghan kemudian pergi.
Soonyoung melambaikan tangannya dan tersenyum lebar, ia menyimpan undangan itu dalam saku jaket dan kembali memakai earphone yang tadi ia lepas. Ia lalu melanjutkan jalannya yang tadi sempat tertunda.
Soonyoung bersiul, sesekali menggerakkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang ia dengar. Langkahnya terhenti kala melihat Mingyu duduk disebuah kursi panjang, pemuda tinggi itu tampak tersenyum-senyum pada ponsel yang sedang pemuda itu pegang.
Soonyoung menyeringai, dia jarang melihat adik kelasnya begitu. Dia lalu berjalan mengendap-endap menuju belakang Mingyu dan memperhatikan apa yang adik kelasnya itu lakukan. Dibacanya beberapa deret kata dalam ponsel Mingyu
From JeonWoo : Kau bercanda! Aku tidak sedang merindukanmu!
JeonWoo? Cengiran Soonyoung semakin melebar, ia mendapatkan sesuatu kali ini.
To JeonWoo : Gak usah tsundere. Bilang saja kau merindukanku.
From JeonWoo : Aku tidak tsundere. Dan aku tidak akan mengatakan kalimat itu.
To JeonWoo : Kenapa? Kau membenciku?
Soonyoung terus memperhatikan percakapan Mingyu lewat media sosial itu.
From JeonWoo : Karena aku tidak merindukanmu.
To JeonWoo : Oh, jadi kau akan mengatakannya padaku jika kau merindukanku nanti?
From JeonWoo : Tidak!
From JeonWoo : Arrgh! Terserahmu lah bocah!

Mingyu tertawa, Soonyoung terkekeh.
“Oh? Jadi kau punya kekasih lewat media sosial?” tanya Soonyoung dan membuat Mingyu terkejut hingga meloncat dari duduknya.
Soonyoung tertawa keras.
“Kau melihatnya.” Ucap Mingyu setelah meredakan keterkejutannya.
“Tentu saja.” Jawab Soonyoung.
“O—oh. Begitu.”
“Dia kekasihmu? Beneran?” tanya Soonyoung.
Mingyu mengangguk kecil.
“Wah. Hebat. Jadi, apa kalian pernah bertemu?” tanya Soonyoung.
Mingyu terdiam sebentar, lalu mendengus, “Tidak.”
“Kenapa tidak?” tanya Soonyoung.
“Karena dia tidak ingin bertemu denganku.” Jawab Mingyu.
Soonyoung menatap Mingyu datar, “Apa gunanya hubungan kalian itu.”
Mingyu mendengus, “Tapi ini tidak lebih buruk daripada bermimpi di cium setiap harinya.”
Soonyoung menjewer telinga pemuda itu, “Enak saja, aku bermimpi itu juga bukan mauku.”
“AAA---ADUH.” Mingyu mengaduh.
“Ngomong-ngomong, apa kau mendapatkan undangan dari Junghan-hyung?” tanya Soonyoung.
“Ya, aku mendapatkannya pagi tadi, kenapa?” tanya Mingyu balik.
“Kau akan datang?” tanya Soonyoung.
“Tentu saja. Kenapa?” tanya Mingyu.
“Nebeng.” Jawab Soonyoung lalu terkekeh.
Mingyu mencibir, “Kau kan punya, kenapa harus numpang di mobilku.”
“Ya, karena itu lebih simple. Oke? Dah! Lanjutkan pacaranmu!” seru Soonyoung lalu pergi.
.
.
.
Soonyoung mengambil pesanan bubble tea miliknya dan kembali berjalan sambil menyedot isinya dengan syahdu.
Matanya bergerak, memperhatikan orang yang lalu lalang di sekitarnya. Earphone masih setia menempel di telinganya, mengeluarkan suara musik yang membuatnya ingin sekali menari tapi dirinya harus menahan diri.
Ia terdiam dan mata melebar kala melihat sosok seseorang di antara ramainya orang yang berlalu lalang. Dan orang itu terlihat tidak asing baginya.
Soonyoung mempercepat langkahnya, sebisa mungkin mengejar sosok itu. Sosok yang memenuhi kepalanya baru-baru ini.
Semakin dekat, semakin dekat. Soonyoung menyadari sosok itu tidak sendirian. Ia sedang berjalan dengan seorang pemuda tinggi dengan rambut hitam kelam dan mata tajam. Soonyoung tidak bisa menebak apakah pemuda itu pacarnya atauh temannya. Keduanya terlihat akrab.
Tapi, Soonyoung tidak peduli. Ia tetap mendekati sosok itu. meraih pergelangan tangannya dan menariknya hingga mendekat pada dirinya.
Orang itu tampak terkejut saat tangannya di cekal oleh Soonyoung, lalu tubuhnya tertarik hingga harus berputar dan berakhir berhadapan begitu dekat dengan Soonyoung.
Soonyoung terengah-engah, ia mengatur napasnya. Tangannya masih menggenggam lengan orang itu. Samar, ia bisa merasakan orang dihadapannya itu bergetar, entah karena apa.
“Kau… akhirnya aku bertemu denganmu.” Ucap Soonyoung.
Orang itu terdiam. Menatap Soonyoung dengan tatapan sulit dijelaskan.
Soonyoung berdiri tegak dan menatap orang itu dalam.
“A—apa? Kau siapa?” tanya orang itu.
Soonyoung menatapnya sinis, “Seharusnya aku yang bertanya begitu padamu?” dia menaik-turunkan alisnya.
“Apa maksudmu?” tanya orang itu.
“Apa aku harus menjelaskannya padamu agar kau mengerti?” tanya Soonyoung.
“Mengerti apa?! Lepaskan tanganku!” orang itu berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Soonyoung.
“Tidak.” Soonyoung bersikukuh dan mempererat genggamannya.
“Akh!” orang itu meringis.
“Kau yang menciumku malam itu, lalu kabur begitu saja,” ucap Soonyoung, ia menarik lengan yang ia genggam hingga pemiliknya terdorong kearahnya, “apa maksudnya itu?”
Orang itu gemetar, bola matanya bergerak ketakutan, “Aku—aku—“ Soonyoung menyeringai.
“Hey! Lepaskan dia!” temannya yang berambut hitam dan bermata tajam itu menyentak tangan Soonyoung agar melepaskan cengkramannya dari lengan orang itu.
“Wonwoo—“ orang itu segera bersembunyi dibalik punggung temannya yang bernama ‘Wonwoo’ itu.
“Jangan mengganggu.” Ucap Soonyoung.
“Kau tidak lihat dia ketakutan?” tanya Wonwoo.
“Tapi dia punya masalah denganku.” Jawab Soonyoung tampak tidak terima.
“Aku tidak peduli. Tapi kau sudah membuatnya takut!” balas Wonwoo.
“Minggir!” Soonyoung menepis Wonwoo dan menatap orang itu lagi.
Wonwoo tergeser kesamping hingga tubuhnya oleng dan hampir saja ia jatuh jika seorang pemuda tinggi tidak menahannya.
“Oh, hai Mingyu.” Ucap Soonyoung saat melihatnya.
“Soonyoung-hyung, apa yang kau lakukan?” tanya Mingyu.
“Yah, kau tahulah—“
“Jihoon-ah! Ayo pergi sekarang!” seru Wonwoo lalu keduanya berlari dan hilang di balik ramainya orang-orang yang lalu lalang.
Soonyoung dan Mingyu terdiam selama beberapa detik.
“Apa-apaan itu—tidak berterimakasih setelah di tolong.” Desis Mingyu.
“Ah.. jadi namanya Jihoon..” Soonyoung tersenyum.
Mingyu menatap Soonyoung setelah beberapa kali mengerjap.
“Kau tadi ngapain sih, hyung?” tanyanya.
“Orang yang menciumku, aku melabraknya.” Jawab Soonyoung.
Mingyu tertegun.
“Yang mana? Yang rambut hitam tadi? atau yang berambut pink?” tanyanya antusias.
Soonyoung tersenyum kecil, “Menurutmu?” tanyanya.
“Yang berambut pink?” tanya Mingyu.
“Yep.” Jawab Soonyoung.
“Oh wow—dia imut sekali.” Ucap Mingyu.
Soonyoung menatapnya heran, “Kau serius? Lalu bagaimana dengan pacarmu?”
Mingyu tertegun, “Aku tidak boleh memujinya? Lagipula aku tidak tahu seperti apa wajah pacar ku.” Jawabnya dengan nada tinggi.
“Kasihan,” Soonyoung tertawa, “memangnya dia tak pernah menunjukkan foto dirinya?”
“Tidak, dia lebih senang memakai gambar tokoh anime.” Jawab Mingyu.
“Mungkin saja dia punya pacar yang lebih nyata di kehidupannya.” Soonyoung bergurau.
Mingyu memukul Soonyoung, “Oke, kau membuatku galau sekarang.” Ucapnya dan menunduk sedih.
“Aku selalu berpikir hal yang sama mengapa dia tak ingin menunjukkan wajahnya padaku. Kenapa dia menyembunyikan dirinya dariku. Kenapa dia tidak ingin aku mengunjunginya ataupun bertemu denganku. Ini membuatku frustasi.”
Soonyoung menepuk-nepuk Mingyu iba.
“Ya udah, putusin aja—“ ucap Soonyoung.
Mingyu menoleh dengan cepat, “Mana mungkin!” serunya tidak terima, “Aku tidak akan memutuskan Wonwoo bagaimanapun itu.”
Soonyoung menaikkan alisnya saat menyadari sesuatu.
“Hey, tunggu. Kau mengatakan apa tadi?” tanya Soonyoung.
Mingyu mengerjap, “A—aku tidak akan mengulangnya lagi.” jawab Mingyu dengan rona merah di pipi.
“Bukan—bukan itu,” ucap Soonyoung, “tapi nama yang kau sebutkan tadi—nama pacarmu, siapa tadi?” tanya Soonyoung.
Mingyu menatapnya bingung, “Wonwoo. Memangnya kenapa?”
“Ha! Itu!” seru Soonyoung sambil menepukkan tangannya.
“Apa sih hyung? Memangnya kau mengenal dia?” tanya Mingyu.
“Wonwoo! Dia orang yang kau tolong tadi! Aku ingat orang itu sempat memanggilnya dengan nama itu.”
Mata Mingyu membulat, “Kau serius?”
.
.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
LeoNyan
Comment! :3

Comments

You must be logged in to comment
ilovechangkyunim
#1
Chapter 4: argh!!!! lanjut thor lanjut dong! lanjut! >,<
erina14 #2
Chapter 4: ini endingnya? masih ada lagikan?
lay9095 #3
Chapter 2: Batu nemu ff inui dan langsuyng get curious about wonwoo and jihoon weird behaviour..keep update