sixth

Blind Date

  Aku yakin penata riasku belum memberikan perona pipi tapi aku dapat melihat jelas rona kemerahan yang ada disana. Apa karena aku terlalu bahagia? Aku bahkan tidak berhenti tersenyum sejak pagi tadi. Ibu ku kelihatan lebih senang karena usaha kerasanya untuk mencarikanku jodoh sudah terlaksana.

            Hari ini hampir setahun setelah permintaan menggelikan Seunghyun untuk menikahiku. Pertama kali aku memberitahukannya pada Yenny dan ia menertawaiku—bukan tertawa bahagia tapi memang menertawaiku, memberiku selamat dan sederet kata-kata tidak bermakna tentang perjuanganku untuk menutupi perasaanku pada Seunghyun dulu. Aku merasa menyesal telah memberiahunya, tapi ya tak apa lah. Ibuku menatapku dengan pandangan sumringah ketika aku memberitahunya, aku bahkan melihat senyum yang alami dan tidak dibuat-buat. Ini jarang sekali terjadi.

Aku dan Seunghyun menjalani hari sebagai tunangan untuk mengenal pribadi lebih dekat setahun kemarin. Comeback di bulan dan hari yang hampir sama membuat kami memiliki waktu berdua yang lumayan banyak. Kalau ada tempat sepi disekitar studio biasanya kami mengobrol dengan jarak yang lumayan dekat, melempar lirikan penuh arti saat berada diatas panggung, berusaha menggenggam tangan sebentar saat berpapasan di panggung, dan kami bahkan pernah mencuri sedikit ciuman di atas panggung! Tapi terhalang badan bintang tamu yang lain, sih.

            Setelah itu pun kami menyempatkan untuk pergi kencan beberapa kali sebulan tapi tidak berhenti menghubungi setiap hari. Kami bahkan sering menggunakan sambungan video call hanya untuk bertukar ekspresi aneh. Itu adalah momen-momen yang hampir tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Aku mungkin sudah mengubur dalam-dalam keinginanku untuk dekat dengan Seunghyun kalau saja kami tidak bertemu dalam kencan buta itu.

            Para pencari berita tentu mencium hubungan kami tapi agensi memilih untuk tidak memperdulikannya dan memberitahukan tanggal pernikahan kami seminggu sebelumnya.

            Ah itu dia, Ibuku, orang yang mempertemukanku lagi dengan Seunghyun setelah sekian tahun memasuki ruang riasku. Penata rias segera menyingkir untuk memberikan waktu privasi untuk calon pengantin dan Ibunya. Beliau tersenyum penuh kebahagiaan, membelai lembut rambutku lalu memelukku hangat.

            “Ibu bahagia sekarang.” Aku tahu.

            “Terima kasih, Ibu. Kalau Ibu tidak mengatur kencan buta untukku mungkin ku tak akan bertemu kembali dengan Seunghyun.”

Ibu cepat-cepat melepaskan pelukannya, ia menggaruk belakang telinganya dengan gugup. “Sebenaranya Yubin, waktu itu Ibu hanya asal-asalan menyuruhmu kencan buta tapi kau malah menyetujuinya. Ibu memilih klub itu pun karena itu satu-satunya tempat yang terpikirkan dengan cepat, soal ruangan VVIP itu juga tidak sengaja terpikirkan oleh Ibu.” Kemudian beliau menyadari perubahan wajahku, “Eh, tapi berarti kau dengan Seunghyun benar-benar berjodohkan?” itu kalimat meyakinkan yang membuat amarahku agak turun tapi tetap tidak dapat mempercayainya.

            “APA?!”

 

 

 

 

 

            Dan aku tidak akan menceritakan kekurangajaran diriku yang terlahir baik-baik ini terhadap Ibuku kepada kalian. Tapi tenang, aku tetap menikah dengan Seunghyun hari itu juga kok, kami pergi ke Paris keesokan harinya untuk berbulan madu romantis untuk menciptakan setidaknya satu cucu untuk Ibuku agar kekurangajaranku saat hari pernikahan dilupakan olehnya.

            Ku pikir cukup sekian tentang ceritaku. Aku tidak ingin membuat kalian iri denganku yang akhirnya dapat menikahi rapper papan atas, lelaki terseksi se-Korea sekaligus lelaki paling diinginkan oleh sebagian besar wanita Korea. Bye^^.

 

 

 

----END---

 

Thanks for reading!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ilikek444 #1
Coule you please do an english version please ?

I really like toobin <3
iemamaa #2
Chapter 1: wawww.. untuk pertama kalinya baca ff berbahasa Indonesia dan sangat menarikkk... ditunggu update-anya author-nim :)