First

Blind Date

Namaku Kim Yoobin dan aku artis kau tau, haha. Oke oke, untuk para k-popers yang baru menyukai k-pop mungkin aku kurang terkenal tapi aku berani bersumpah kalau aku benar-benar artis! Serius deh! Aku rapper Wonder Girls. Kau tau lagu Nobody? Nobody Nobody but you~~ dan kami sedang vakum! Waktunya istirahat dari rutinitas memuakan antara dorm-panggung-kantor-panggung-lalu kembali ke dorm lagi. Untuk beberapa tahun belakangan mungkin itu oke oke saja tapi setelah Sunye menikah dan punya anak, Sohee pindah dari management, Lim sibuk berakting, Yenny juga Sunmi yang mengeluarkan album solo kupikir sudah waktunya kami rehat sebentar lalu memberikan peluang untuk idol baru berkarya. Toh kami sudah pernah merasakan puncak kesuksesan itu. Aku? Aku sibuk dirumah dan kadang dipanggil untuk pemotretan, menemani Yenny rekaman, sesekali ikut Ivy eonni ke beberapa tempat untuk menyanyi dan mengurus beberapa keperluan di kantor, JYPE.

Oke, sebenarnya bukan jadi-apa-aku-selama-beberapa-tahun-ini permasalahannya sekarang ini. Masalahnya ada di Ibuku. Oh, mungkin buka sepenuhnya berada di Ibuku melainkan diriku sendiri. Aku sudah berumur hampir tiga puluhan dan aku belum juga menikah. Sebenarnya itu sama sekali bukan masalah serius, apalagi di Korea yang rata-rata penduduknya menikah di usia sekitar tiga puluh lima. Tapi ini masalah besar untuk Ibuku.

            Beliau beranggapan bahwa seharusnya aku menikah di usia dua puluh lima dan itu tahun lalu. Jangankan untuk berpikir untuk menikah, sejak Wonder Girls vakum aku juga vakum untuk  pacaran. Oh, mungkin Taecyeon cukup manis untuk ku jadikan pacar. Dan-oh! Bule-bule yang berkenalan denganku saat menemani Yenny tampil di LA oke juga tapi yah aku malas saja. Kalian tahu lah mencari pacar saja sudah susah dan aku memang masih asik menjalani hidupku yang single ini.

            Bebrapa bulan terakhir Ibuku gencar mecarikanku pasangan hidup. Mulai dari menghubungi teman-teman lamanya yang mungkin memiliki anak lelaki yang masih single, mencantumkan namaku di berbagai situs pencari jodoh, sampai menawarkan langsung pada lelaki tampan yang ditemuinya di pusat perbelanjaan! Astaga, cara yang terakhir aku akui sangat memalukan.

            Minggu-minggu kemarin aku selalu mangkir dari jadwal ‘berkencan’ yang diatur oleh Ibuku, biasanya aku akan kabur ke rumah teman atau hangout ke beberapa tempat. Aku tahu sebenarnya niat ibuku itu baik, tapi aku memang belum ingin menjalin hubungan yang serius saja. Bolos dari jadwal kencan membuatku menerima omelan dahsyat dari ibuku. Dan itu membuatnya mengancam kalau aku tidak datang ke klub malam ini beliau tidak akan bicara padaku. Itu sebenarnya ancaman yang sebenarnya akan dilanggar sendiri oleh ibuku berhubung beliau tipe orang cerewet, tapi entah mengapa aku menurutinya.

            Dan disinilah aku sekarang. Aku tidak mengerti mengapa ibuku memilih klub malam untuk berkencan, bukan di café atau restoran seperti sebelum-sebelumnya. Apa beliau ingin anaknya yang manis ini langsung diterkam oleh pasangan kencanku-one night stand-berakhir aku yang hamil-pasanganku bertanggung jawab-lalu kami terpaksa menikah. Ah, iya pasti maksudnya begitu. Sialan.

            Aku memasuki klub sembari membaca pesan yang dikirimkan ibuku beberapa menit yang lalu. Meja nomer 16 VVIP katanya. Hell yeah, ruang VVIP memang memiliki meja  tetapi itu lebih seperti bilik! Astaga ibuku mungkin sudah meng-sms teman kencanku untuk mempersilakan meniduriku. Tidak, itu berlebihan. Oh, tapi ibuku sudah cukup tidak waras melihat anaknya ini yang belum menikah jadi itu bisa saja terjadi. Ditambah lagi aku memakai high waist skirt yang tidak sampai menutupi setengah pahaku.

            Kelas VVIP berada di lantai dua jadi aku bergegas menaiki tangga. Semakin cepat aku dating maka semakin cepat aku pulang. Aku sudah memikirkan berbagai rencana untuk kabur, mulai dari pura-pura ingin ke toilet sampai kabur lewat jendela kalau saja teman kencanku cukup kurang ajar mengajak ku ke kamar hotel. Aku menarik napas sebanyak-banyaknya ketika beberapa langkah lagi sampai di bilik 16. Mendadak aku menjadi gugup. Beruntung di bilik 15 belum ada orang yang memesan jadi aku bisa bertingkah semauku bilik itu.

            Aku melangkah hati-hati agar langkahku tidak terdengar tapi ya percuma klub ini sudah dipenuhi musik yang memekakan telinga. Aku mengintip dari balik sekat bilik 15. Aku menggerutu ketika teman kencanku malah membelakangiku. Aku mengatur napas sedikit-demi sedikit agar menjadi tenang, tapi percuma. Kalau dilihat-lihat dari belakang, eman kencanku ini tidak buruk juga. Badannya oke dan rambutnya disisir klimis ke belakang menggunakan bantuan pomade agar tidak cepat rusak. Tapi buru-buru aku menggeleng samar untuk menghilangkan pemikiran itu dari otakku. Setelah memantapkan hati aku berjalan menuju bilik 16 yang sudah dipesan ibuku.

            “Hey,” sapa ku. Aku merutuki sapaanku yang kurang ajar.

            Tapi ketika teman kencanku menggeser kepalanya untuk melihat kearahku, seketika aku merasa oksigen tidak lagi berada disekitarku.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

-to be continued-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ilikek444 #1
Coule you please do an english version please ?

I really like toobin <3
iemamaa #2
Chapter 1: wawww.. untuk pertama kalinya baca ff berbahasa Indonesia dan sangat menarikkk... ditunggu update-anya author-nim :)