fourth

Blind Date

Yenny dengan santainya duduk sambil mengutak atik handphone kesayangannya, sesekali menggumamkan lagu yang tak ku ketahui dengan jelas apa judulnya. Berbanding terbalik denganku. Aku gelisah melihat daftar artis yang akan tampil di acara musik hari ini. Aku dan Yenny sukarela datang untuk memberi dukungan kepada 2PM yang baru saja comeback, mengendap-endap agar tidak diketahui fans dan meminimalisir adanya berita datangnya kami hanya untuk menumpang duduk di ruang ganti artis.

            Kembali pada kegelisahanku, tadi aku iseng meminta daftar artis yang datang ke acara ini. Berharap ada temanku yang datang atau hanya sekedar mengetahui idol yang baru memulai debut. Aku menemukan idol kenamaan yang berada pada nomor empat, Bigbang dan itu menggangguku. Kemungkinan aku akan bertemu dengan mereka memang sangat tipis, apalagi kami sedang ‘bersembunyi’ tapi jelas masih membuatku gelisah ditambah pula dengan obrolan terakhirku dengan salah satu membernya yang sukses membuatku tak napsu makan selama beberapa hari. Oh, padahal aku yang terlalu sensitif dan dia benar, malamnya aku mendapat periode bulananku. Aku belum siap untuk bertemu dengannya walau aku meyakinkan diriku sendiri untuk meminta maaf padanya atas tingkahku yang tidak cocok untuk gadis baik-baik sepertiku. Ha.

            Omong-omong kami sudah bertemu 2PM sebelum mereka tampil tapi Yenny memutuskan tetap berada disini untuk menghindari sengatan matahari disiang bolong yang tidak baik untuk kulit mulus kami, ehehe.

Tiba-tiba Yenny berdiri dengan gerakan yang tak kuduga. “Ayo, kita ada latihan sejam lagi.”

Aku menatapnya malas sembari meniup rambut yang menutupi wajahku dan terpaksa mengikuti langkahnya keluar ruangan. Sesekali aku berdoa agar tidak bertemu dengan dia. Mungkin doaku dikabuli karena kami malah bertemu artis seagensi yang sepertinya baru turun dari panggung—aku menyingkirkan pikiran untuk mengelap keringat di leher Taecyeon.

“Hey, kalian tidak menunggu sampai kami selesai? Wooyoung akan membayari makan malam hari ini” Chansung berkata sambil menghampiri kami dan setelah itu ia mendapat pukulan yang menurutku cukup keras dikepalanya. Siapa lagi kalau bukan Wooyoung, kemudian mereka malah bertengkar di lorong yang cukup sempit ditambah banyaknya kru dan artis yang berlalu lalang ini. Membuat rusuh, tapi mereka lucu.

“Aku senang kalau benaran di traktir,” Yenny berkata sambil merapatkan bibirnya, menggeleng-geleng acuh untuk berpura-pura tidak peduli.

“Datanglah nanti malam, akan ku kirimkan alamat restorannya lewat Line” Nichkhun tersenyum, aku mengingatkan diriku sendiri untuk tidak kehilangan kesadaran melihat senyuman semanis itu.

“Hey, kau baru saja putus jangan coba menggoda wanita lain,” kataku sambil mendorong bahunya sedikit.

Nichkhun terkekeh, “Lihat Yenny, cewekmu cemburu.” Ia mencibir sambil melirik kearahku. Aku memajukan bibirku kebatas maksimal, biasanya bisa memancing amarah Yenny.

            “Tenang sayang, aku hanya akan selingkuh dengan pengusaha tambang emas,” dengan menjijikan, Yenny berkata malas sambil menepuk pipiku agak kasar. Baru saja aku akan membalas perbuatannya ketika aku mendapati segerombolan orang baru saja keluar dari ruang ganti yang tak jauh dari kami.

            Aku mungkin harus lebih sering berkunjung ke gereja, membaca al-kitab dan menjadi orang baik agar doaku lebih sering dikabulkan. Mereka berjalan kearah studio yang mengarah kearah kami, tanpa sadar aku menatapnya. Choi Seunghyun. Tapi ia tidak melihat kearahku dan malah sibuk membenahi kancing lengan kemejanya. Oh astaga, aku kalah oleh kancing lengan kemeja!

            Sekonyong-konyong tubuhku dipeluk seseorang dan membentur dinding yang menjadi pertanda bahwa aku tidak siap mendapat ‘serangan’ tersebut. Seungri lebih bisa dibilang memeluk kepalaku daripada tubuhku dan tanpa sadar memaksa kepalaku berada di lehernya yang sudah disemproti parfum. Wanginya akan enak jika tidak dicium dengan jarak yang sangat dekat. Ia melepas pelukannya dan aku hanya membalasnya dengan senyum canggung. Samar-samar aku mendengar Yenny mengomel karena pelukan yang diberikan Seungri menurutnya terlalu brutal.

            Tapi aku tidak dapat berkonsentrasi dengan pertengkaran mereka saat pandanganku bersibobrok dengannya. Dengan TOP. Dengan orang yang selama beberapa tahun ini kucintai diam-diam. Aku lega karena tidak jadi kalah dengan kancing lengan kemeja, haha. Itu pandangan yang menyakitkan untukku karena hanya tatapan dingin yang kudapatkan. Ia memiringkan sedikit bibirnya saat membungkukan tubuh kepada yang lain—sekedar formalitas, lalu tidak melirik kearahku lagi.

            “Hey,” Taecyeon menyentuh bahuku sedikit, ia menatapku aneh. “Ada apa? Taeyang terlihat makin seksi, uh?”

            “Yang benar saja!” aku memukul perutnya, bercanda. Kemuadian kami tertawa dan aku melupakan sedikit kegalauanku.

 

 

 

 

 

-to be continued-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ilikek444 #1
Coule you please do an english version please ?

I really like toobin <3
iemamaa #2
Chapter 1: wawww.. untuk pertama kalinya baca ff berbahasa Indonesia dan sangat menarikkk... ditunggu update-anya author-nim :)