Third

Blind Date

Siang itu cukup panas dan aku bersyukur menghabiskan hariku didalam studio yang terdapat dua penyejuk ruangan didalamnya. Kalian mungkin sudah mendengar berita Wonder Girls akan melakukan comeback dari penulis di chapter yang lalu. Aku pribadi senang akhirnya wajahku akan mengisi teve selama beberapa minggu kedepan. Ahah, apa aku terlalu narsis? Karena pada comeback mendatang grup kami akan berubah menjadi band dan aku menempati posisi sebagai drummer jadilah aku berkutat dengan stik drum sembari membaca not balok yang masih membingungkan buatku. Beberapa kali mengulang bagian yang notnya masih sulit untuk kuhapal, akhirnya aku menyerah.

            “Aku seharusnya jadi vokalis,”

            Aku baru keluar dari studio rekaman saat Sohee bicara demikian. Ia datang sejak pagi, mengunjungi kami, membawakan kami sarapan yang lumayan dan duduk dipojokaan studio sejak kami semua menyelesaikan acara sarapan. Mungkin ia sedikit merasa iri karena kami akan melakukan comeback tanpanya. Ia keluar dari grup karena ingin melanjutkan hidup sebagai model dan aktris, lagipula suaranya tidak bagus-bagus amat ahah.

            “Wonder Girls featuring Sohee Ex Wonder Girls, boleh juga.” Lim berkata dengan sinis dan membuat Yenny tertawa. Aku rasa ia terlalu senang beberapa waktu ini karena ia sering sekali tertawa. Sohee hanya cemberut dan kembali sibuk dengan ponselnya.

            “Sudah selesai menghapal?” Yenny bertanya padaku dengan tatapan mata yang disipit-sipitkan. Ia juga jadi agak disiplin dan keras semenjak leader kami keluar juga untuk mengurusi anaknya yang imut. Ah, Sunye. Aku sepertinya harus menghubunginya malam ini. Umurnya setahun dibawahku dan sudah memiliki satu anak dengan suami tampan. Akhir-akhir ini ibuku sering mengungkit-ungkit soal Sunye yang sudah memiliki anak padahal aku lebih tua darinya. Ini tentu saja menyebalkan.

            Aku duduk disebelah Yenny yang sedang mengaransemen lagu dengan Lim, malas menjawab pertanyaannya. Bahunya kelihatan nyaman dan aku mencoba untuk bersandar di bahu Yenny yang minim daging. Tapi lumayan dan aku betah berlama-lama dibahunya. Oh, aku memejamkan mataku dan berpikir untuk segera tidur ketika Sohee memanggilku keras-keras.

            “Dari TOP sunbae” katanya dengan senyum yang tidak dapat ku artikan.

            Sohee memberikan ponselnya padaku dan seketika hening juga semua mata yang ada disana menatapku curiga. Aku mengambil ponsel Sohee dan beranjak keluar. Lim sempat berdeham dan pura-pura batuk. “Ada apa dengan kalian?”

            “Tidak ada,” kataku sambil mengangkat bahu malas.

            “Kalau tidak ada apa-apa sepertinya menerima telfon disini tidak masalah,” itu Sunmi dan aku mulai berpikir dia bukan adik favoritku lagi. Segera aku mengepalkan tangan kearahnya dan bergegas keluar.

            “Halo,” aku tidak mengerti kenapa suara yang keluar dari kerongkonagnku malah sejenis suara cicitan anak burung yang memuakan dan aku mendengar lelaki diseberang sana tertawa kecil. “Apanya yang lucu?” kali ini suaraku lebih tegas dan terdengar tersinggung. Sialan.

            “Whoa, sedang dalam periode bulanan, nona?”

            Sejak pertemuan di klub beberapa minggu lalu aku sama sekali tidak menghubunginya, yah karena aku tidak punya nomer ponsel atau e-mailnya. Dia juga sepertinya tidak ingin ambil pusing dengan kencan buta yang aneh itu. Dan karena itu aku tersinggung. Aku ditinggalkan sendiri, tidak ditraktir minuman, di acuhkan seenak jidatnya yang lebar. Aku merasa aku terlalu hina dan rendahan sampai tidak masuk daftar wanita yang sesekali dihubungi oleh rapper papan atas sekelas TOP. Mungkin pemikiranku terlalu berlebihan dan dramatis tapi…aku juga tidak mengerti mengapa bisa merasa seperti ini.

            “Kudengar kalian akan comeback”

            “Ya,”

            “Bulan agustus, eh?”

Tiba-tiba aku merasa sesak, entah mengapa. “Ya”

            Hening kemudian melanda kami. Aku sesekali mendengar helaan napasnya yang berat. Air mata tiba-tiba memenuhi mataku tanpa alasan yang jelas. Ingin rasanya bertanya beberapa hal yang mengusik pikiranku setelah ditinggalkan olehnya sendirian di klub tapi ego ku berkata tidak.

            “Apa nomer ponselmu tidak berubah?” suaranya yang berat memecahkan keheningan dan menyadarkanku dari beberapa lamunan yang mengerikan.

            “Yang mana?” Suaraku serak dan aku membencinya.

            “Aku tidak tahu, aku mendapat nomermu dari Seungri saat kita berkolaborasi dulu dan belum sempat memastikan itu benar-benar nomermu atau bukan.” Aku bisa mendengar suaranya terdengar agak pelan dan hati-hati.

            “Kau bisa memastikannya setelah sambungan telpon ini berakhir,” aku terdengar ketus dan tidak dapat memastikan mengapa.

            “Ya, tentu.” Ia menghela napas di seberang sana. “mengapa kau selalu sinis terhadapku?”

Aku menelan ludah yang tetiba saja terasa sakit memasuki kerongkonganku. Pertanyaan macam apa ini? “Aku tidak…..”

Kemudian ia memotong. “Ya kau memang begitu bahkan semenjak bertahun-tahun yang lalu, apa aku melakukan suatu hal yang membuatmu begitu membenciku?” napasnya memburu setelah itu, aku jadi membayangkan sesuatu yang tidak pantas.

            “Dengar, aku sibuk sekarang dan sebaiknya kau bersiap untuk naik keatas panggung atau keatas ranjang untuk memuaskan teman kencanmu aku tidak peduli pilihan yang mana yang sedang terjadi dan sebaiknya pembicaraan ini lekas diselesaikan karena aku harus melatih skil bermain drumku yang masih tidak sempurna dimata manajer kami,” nah, aku mengatakannya dalam satu kali tarikan napas. Skil rapp-ku tidak sia-sia dikeadaan seperti ini. Tapi aku merasa kelewatan dengan kata-kata yang kelewat kasar untuk diucapkan oleh gadis baik sepertiku. Ha.

            “Harusnya aku mungkin tidak bicara padamu sejak awal,” lelaki pujaan yang sekaligus menelantarku di klub itu bicara dengan nada yang kasar. Hey, kenapa aku masih mengungkit kencan buta yang menyebalkan itu?

Aku menarik napas dalam-dalam dan berkata, “Penyesalan selalu datang terakhir, Bung.”

Kemudian sambungan telepon diputuskan sepihak olehnya.

 

 

 

-to be continue-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ilikek444 #1
Coule you please do an english version please ?

I really like toobin <3
iemamaa #2
Chapter 1: wawww.. untuk pertama kalinya baca ff berbahasa Indonesia dan sangat menarikkk... ditunggu update-anya author-nim :)