THREE

YUNHO JUST YUNHO

Jaejoong sedang sibuk menyiapkan makan siang untuk anaknya. Ini hari sabtu dan kebetulan dia libur, makanya sejak pagi dia sibuk membersihkan rumah, berkebun dan memasak makanan istimewa untuk makan siang anaknya yang hari ini genap berusia 13 tahun.

Jaejoong cukup bersyukur karena kehamilannya cenderung mudah dan tidak merepotkan. Sudah masuk minggu ke 16 atau 4 bulan dan meskipun mengidam hanya hal sederhana seperti ingin makan es krim dengan rasa yang umum, chocolate. Jaejoong pun tidak terlalu merasa mual atau sering muntah. Saat dia hamil Sung Jae dulu lebih repot, mungkin karena ada unsur manjanya, karena saat itu usianya masih muda dan masih ada sang suami yang memang sangat memanjakannya. Sekarang sepertinya sang bayi mengerti keadaannya.

Jaejoong tersenyum membayangkan wajah bahagia sang putra saat melihat masakannya nanti. Sung Jae tak pernah mengharapkan hadiah apapun selain makanan buatan sang ibu. Setiap tahun memang Jaejoong menyediakan hadiah sederhana buat anaknya itu dan sang anak menerima dengan senang hati tanpa mengeluh apapun yang diberikan sang ibu, sekalipun itu hanya sebuah buku harian.

Tahun ini Jaejoong ingin memberikan yang agak istimewa. Dia sudah menabung cukup lama untuk bisa membelikan anaknya itu sebuah laptop baru menggantikan laptop lama warisan almarhum suaminya.

Ketika akhirnya Sung Jae datang, mereka menikmati makan siang berdua saja. Junsu, sahabat Jaejoong sejak SMP biasanya akan ikut hadir, tapi saat ini Junsu sedang harus menemani suaminya yang ada pekerjaan di Jepang. Junsu memang belum punya anak, dia baru menikah setahun lalu, jadi dia masih sering ikut bila suaminya ada tugas keluar kota atau keluar negeri, itupun atas permintaan sang suami.

Meski tak datang, Junsu sudah mengirimkan hadiahnya, sebuah smart phone terbaru untuk keponakan tersayangnya itu.

“Eomma, terima kasih lagi laptopnya, nanti eomma saja yang pakai, aku masih bisa pakai punya appa,” ujar Sung Jae.

“Tidak usah, laptop eomma masih bagus kok, itu memang buat kamu, kamu akan membutuhkannya, laptop appa ya kita sumbangkan saja ya,” ujar Jaejoong.

“Ya sudah, terserah eomma saja.”

Jaejoong memang terbiasa menyumbangkan apapun miliknya yang masih bisa dipergunakan dengan baik bila dia memang memiliki barang pengganti. Dia tidak mau menumpuk barang, karena dia yakin masih banyak yang membutuhkan benda-benda itu. Jaejoong dan keluarganya selalu merawat barang milik mereka dengan baik, jadi ketika disumbangkan untuk dipakai orang lain, benda-benda itu masih bekerja dengan sangat baik.

Jaejoong duduk santai di depan televisi sambil menikmati makanan pencuci mulutnya sementara Sung Jae mencuci dan merapikan bekas makan siang mereka, ketika bel rumah sederhana itu berbunyi.

Jaejoong hendak bangkit, tapi Sung Jae melarangnya. Sung Jae tak mau sang ibu yang tengah hamil terlalu kecapaian. Bila Sung Jae ada di rumah, dia akan melakukan semua pekerjaan rumah kecuali memasak. Sung Jae sudah bisa memasak tetapi Jaejoong tetap lebih suka dia yang memasak untuk sang putra sebisa mungkin.

“Sunggie, siapa yang datang?” tanya Jaejoong, mendengar sang anak membukakan pintu untuk tamu mereka.

Sung Jae datang diikuti dua orang pria bertubuh tinggi dan tampan, membuat Jaejoong sangat terkejut.

“Eomma, Yunho ahjussi dan Changmin hyung datang,” ujar Sung Jae.

Panggilannya yang berbeda untuk dua orang pria itu membuat para tamunya agak terkejut, tapi mereka tidak bertanya apa-apa.

Jaejoong perlahan bangkit dan mengangguk ramah.

“Silahkan duduk,” ujar Jaejoong, datar.

Sung Jae ke ruang makan dulu untuk menyiapkan minuman untuk para tamunya dan juga untuknya dan sang eomma.

Ketika Sung Jae kembali ke ruang dimana sang eomma menerima para tamu, ketiga orang dewasa itu masih saling diam.

“Silahkan diminum,” ujar Sung Jae, mewakili eomma-nya.

“Ah, terima kasih,” ujar Changmin, yang lebih dulu sadar daripada hyungnya.

Setelah semuanya minum, Jaejoong menelan ludah sejenak sebelum mulai bicara.

“Ada apa kalian datang kemari? Maaf kalau noona tidak bicara langsung pada kalian tentang pengunduran diri noona,” ujar Jaejoong.

“Sebenarnya, Yunho hyung yang ada perlu dengan noona,” ujar Changmin.

“Ada yang bisa noona bantu, Yunho ssi?”

“Yunho ssi?” ujar Yunho. Setelah tahu perbedaan usia mereka dan ketika mereka semakin akrab memang Jaejoong sudah menanggalkan honorific ssi itu dari nama Yunho dan Changmin, tetapi sekarang seolah ingin membuat jarak kembali Jaejoong menggunakan honorific itu lagi.

Jaejoong hanya diam dan menatapnya lurus. Changmin memperhatikan sang leader dan sang stylish, kemudian berdehem.

“Sung Jae ah, bisakah kita biarkan mereka bicara berdua dulu, ada hal penting yang harus mereka bicarakan,” ujar Changmin, yang merasa kakaknya itu agak rikuh dengan kehadiran Sung Jae disana.

“Maaf hyung, tapi tidak bisa, kalau ada yang ingin ahjussi katakan silahkan katakan di depanku, karena aku tak mau eomma terkena fitnah, sekalipun mungkin orang tak akan percaya padaku, tapi aku tetap ingin menjadi saksi untuk melindungi eomma, aku anak laki-laki, aku harus menggantikan appa menjaga eomma,” ujar Sung Jae, tegas.

Yunho dan Changmin bertukar tatap kemudian mereka menyadari sesuatu. Anak didepan mereka itu sudah mengetahui apa yang terjadi.

Yunho menghela nafas sebelum dia turun dari sofa dan bersimpuh di hadapan Jaejoong membuat Jaejoong melongo.

“Noona…maafkan aku…maaf juga karena aku baru berani bertemu langsung dan bicara langsung hari ini…maafkan aku,” ujar Yunho, bersungguh-sungguh.

“Yunho ssi, duduklah, aku tak nyaman kalau kamu begitu,” ujar Jaejoong, gelisah.

“Aku akan tetap seperti ini sampai noona memaafkan aku,” ujar Yunho.

“Yunho ssi…”

“Hyung…”

“Ahjussi, jangan seperti itu, eomma bukan pendendam, kalau ahjussi pikir ahjussi bisa mendapatkan maaf eomma dengan seperti itu ahjussi salah, eomma malah akan merasa terganggu dan tertekan, ahjussi malah bikin masalah baru,” ujar Sung Jae, terus terang.

Yunho dan Changmin tertegun dibuatnya.

“Sung Jae benar, kamu malah membuat aku merasa tak nyaman, duduklah,” ujar Jaejoong, tegas.

“Noona…”

“Yunho ssi, aku sudah memaafkan semua, aku hanya ingin tahu, kenapa? Kenapa kamu melakukan itu?”

Jaejoong menatap Yunho tenang dengan matanya yang bulat dan indah, membuat Yunho merasa akan tenggelam di dalamnya.

Yunho akhirnya menceritakan apa yang terjadi tanpa menyebutkan nama tamu lain sebelum Jaejoong yang membuat semua itu bisa terjadi.

“Kalau kamu mencintainya, kenapa kamu tidak menerimanya, maka dia tak akan melakukan itu,” ujar Jaejoong, membuat Yunho dan Changmin terkejut lagi.

“Maksud noona?” tanya Yunho.

“Kamu menceritakan penyebab, tapi kamu menutupi siapa yang sudah membuat kamu meminum obat perangsang itu, kenapa kamu tutupi? Karena kamu ingin melindunginya, karena kamu tak ingin nama dia rusak, setidaknya di depanku dan anakku, itu tandanya kamu peduli padanya,” ujar Jaejoong tenang.

“Kami teman, sahabat sejak awal debut, dia sunbae-ku, noona tidak mungkin mengharapkan aku merusak namanya kan?” tanya Yunho, agak kesal membuat Changmin memutar mata jengah, karena merasa Yunho tak berhak merasa kesal saat ini.

“Kalaupun kamu mengatakan siapa dia, apa kamu pikir aku akan membicarakan masalah ini pada orang lain? Aku hanya kecewa karena setelah apa yang dia lakukan, yang membuat malam itu terjadi, yang membuat aku harus menanggung semua ini, kamu masih bisa melindungi, padahal jelas-jelas aku sempat berpapasan dengan dia saat hendak ke kamarmu saat itu,” ujar Jaejoong, dingin.

Yunho tiba-tiba tersadar bahwa dia memang tak berhak merasa kesal pada Jaejoong, karena pada dasarnya Jaejoong benar-benar korban dari keegoisan gadis lain itu dan korban sikap terlalu baik Yunho pada gadis yang dianggap sahabatnya itu.

“Noona…”

“Sudahlah, aku sekarang sudah tahu kenapa, Sung Jae juga sudah tahu jadi kami benar-benar tahu apa yang harus kami lakukan.”

Sesaat mereka semua terdiam. Kemudian Yunho berdehem lagi.

“Noona, Min Kyeong noona bercerita tentang pertemuan kalian di rumah sakit. Apa…ada yang hendak noona sampaikan?” tanya Yunho, hati-hati.

Sesaat Jaejoong bertukar pandang dengan Sung Jae. Putranya itu tersenyum menguatkan.

“Memang ada. Aku mengandung, dan kalau kamu tidak yakin ini anakmu aku bersedia melakukan tes DNA, tapi tenang saja, aku tidak akan menyusahkan kamu, aku tidak akan mengugurkannya tapi aku juga tak akan memintamu bertanggung jawab, aku dan Sung Jae yang akan mengurusnya, hanya saja kamu harus tahu, karena bila kamu nanti menikah dan memiliki anak dari istrimu, jangan sampai anak-anak bertemu dan menjadi masalah baru nanti, itu saja,” ujar Jaejoong, jelas dan tegas.

“Apa maksudmu aku tidak harus bertanggung jawab? Itu anakku!” ujar Yunho, setelah sempat terdiam meresapi ucapan Jaejoong.

Jaejoong, Changmin dan Sung Jae terkejut karena Yunho bicara informal dan tidak memanggil Jaejoong noona lagi.

“Hyung…noona…” Changmin berusaha menjelaskan.

“Aku tidak harus memanggilnya noona karena dia sudah mengandung anakku, dan aku tak akan membiarkanmu lari dariku Jaejoongie, kita akan membesarkan anak itu bersama. Kita harus menikah.Titik.”

“Yun, kamu pikir bisa semudah itu? Kamu lupa siapa aku? Kamu lupa siapa dirimu? Yun, aku mungkin bisa tahan dengan hinaan dan cercaan, tapi aku tak mungkin membiarkan Sung Jae dan anak ini juga menerima cercaan, aku ini janda, lebih tua darimu, dan aku juga tahu bahwa orang tuamu mengharapkan Go Ahra ssi atau BoA ssi sebagai menantu mereka, jadi, jangan mempersulit posisiku.”

“Aku berhak atas anak ini, ini anakku!”

“Aku tahu, makanya aku mengatakan padamu tentang anak ini, tapi kamu tak harus memaksakan diri untuk menikah denganku! Bukannya aku munafik atau apalah, tapi aku tahu bagaimana pernikahan tanpa cinta bisa sangat berbahaya, buat kita, buat anak-anak!”

“Kenapa kamu yakin sekali kalau kita akan menikah tanpa cinta?” tanya Yunho, datar.

“Karena memang tak ada cinta diantara kita,” ujar Jaejoong.

Sung Jae menganggap bahwa masalah ini sekarang sudah menjadi sangat pribadi dan dia mengajak Changmin masuk ke dalam, meninggalkan kedua orang itu untuk bicara empat mata.

“Sung Jae ah, kamu yakin umurmu masih 13 tahun? Bagaimana kamu bisa sedewasa ini?” tanya Changmin.

“Ditinggal appa di usia 6 tahun, hidup hanya berdua dengan eomma yang bekerja banting tulang untuk membuatku bisa hidup layak, dengan keluarga appa yang tidak memperdulikan kami karena eomma dianggap membawa sial untuk appa dan membuat appa harus meninggal muda, kalau hyung mau coba saja,” ujar Sung Jae, membuat Changmin yang pedas lidahnya tak mampu mengatakan apa-apa.

Changmin menyadari bahwa selama ini dia tak pernah melihat Jaejoong bersedih, wanita itu selalu terlihat ceria sampai malam naas itu terjadi. Changmin jadi gemas sekali pada orang yang menyebabkan ini terjadi, termasuk pada Yunho. Dia hanya berharap leadernya itu bisa mengambil jalan terbaik dan tidak membuat Jaejoong noona-nya terpuruk lagi.

***

Jaejoong berbaring gelisah di ranjangnya. Dilihatnya jam di meja nakasnya sudah menunjukkan pukul 3 malam, tapi dia belum bisa tertidur juga. Sudah ber-jam-jam lalu Yunho dan Changmin meninggalkan rumahnya, tapi kekeraskepalaan Yunho yang kukuh akan melamar dirinya setelah bicara dulu dengan orang tuanya nanti membuat Jaejoong tak tahu harus bagaimana.

Bohong kalau dia bilang tak ada sedikitpun rasa pada pemuda yang lebih muda itu. Dia kagum pada Yunho, pada semangatnya, pada karisma leadershipnya, tapi tetap saja baru sebatas kagum. Sementara tentang perasaan Yunho padanya, dia benar-benar tak tahu.

Yunho benar-benar berhenti memanggilnya noona, bahkan saat tadi malam dia mengirim sms pada Jaejoong, dia menggunakan kata informal lagi bahkan menyebut Jaejoong dengan panggilan mesra, Jaejoongie.

Jaejoong benar-benar bingung sekarang. Dia tak mau bermimpi, dia tak mau berharap, karena dia tak mau terpuruk lagi. Sedewasanya Sung Jae, dia masih anak-anak, Jaejoong tak mau menyusahkan anaknya itu lagi secara mental kalau dia terpuruk lagi. Anaknya itu sudah cukup menderita saat menghadapi cercaan dan makian dari keluarga almarhum suaminya.

###

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
BabyBugsy
#1
Chapter 7: Bagus storynya.. Huhuhu sweet dan sedih juga di chap awal.. But i like it.
nanajunsu
#2
Chapter 7: Beautiful story XD
nanajunsu
#3
Chapter 6: Syukurlah jaejoong melahirkan dg selamat

Mr jung jahat bgt sih
Kasian jaejoong dr dlu smp skrg menerima hinaan mulu dr org2
nanajunsu
#4
Chapter 5: Yj saling menyayakan cinta XD
nanajunsu
#5
Chapter 4: Mrs jung jahat bgt
Dan jj orgnya sabar bgt
nanajunsu
#6
Chapter 3: Akhirnya stlh 4 bln yunho dtg nemui jj
Keknya yunho cinta ma jj
Cuman jj blm ad rs yaa ma yunho
nanajunsu
#7
Chapter 2: Yun pabo stlh kejadian itu bukannya tanggung jwb malah bilang maaf doang
Dan Skrg jj hamil ap yunho bakal nikahin jj
nanajunsu
#8
Chapter 1: Yunho kok gtu sih
Lg ato gmn kok tega ngelecehin jae (T.T)
helden #9
Chapter 7: Baguss deh ceritanya. Ak suka banget.
momo_chan
#10
Chapter 7: its beautiful~~..^,^.....
berharap ada sambungannyaaa lagiiii...pas baby jiyol lahir gitu.....
btw...thanks for the story....