The Reason

Unrequited Love
Please Subscribe to read the full chapter

Upacara pemakaman itu dihadiri banyak orang. Ada beberapa guru dan hampir seluruh murid angkatan yang datang. Kulihat orang-orang bertampang penting masuk untuk mengucapkan belasungkawa mereka lalu pergi. Ayah Chanshik yang masih datar dan Minji yang masih menangis duduk bersebelahan di deretan paling depan.

Chanshik dan aku berdiri disamping peti mati didepan altar, dimana potret ibu Chanshik diletakkan diatas karangan bunga di peti. Kami membungkuk sopan pada setiap orang yang lewat. Tangan kami bertautan. Sekian kali dia melakukan hal tidak penting untuk mengalih pandangan dari potret Ibunya, seperti merapikan gaun hitamku.

“Kamu terus merapikan gaunku padahal dasimu sendiri berantakan.”

Chanshik menunduk. “Maaf.”

Aku pun merapikan dasinya. “Aku mengerti.” Lalu membungkuk pada Hwang seonsaengnim yang baru datang.

Seorang pendeta berbicara, lalu satu persatu orang membacakan eulogi. Ada rekan kerja yang menceritakan tentang betapa disiplinnya wanita itu, teman masa kecil yang menceritakan masa kecil mereka, lalu Minji. Dia berjalan tersaruk-saruk ke atas altar dan berbicara.

Eulogi Minji tidak lama. Tapi, penutupan euloginya membuat banyak orang meneteskan air mata.

“Setelah acara ini, pulanglah dan hampiri Ibu kalian. Peluklah dia dan katakan dengan tulus bahwa kalian mencintainya. Jangan sampai kalian menyesal belakangan,” Minji menatap peti. “And don’t forget to cherish every moment while your mom is still here. Mine is dead.”

--

Saat pemakaman selesai, Chanshik masih berdiam diri disamping pusara. Aku dan teman-temanku harus membujuknya berkali-kali sampai dia mau bangkit. Satu persatu anak mulai pulang. Tinggal aku dan Chanshik yang masih berdiri didepan gerbang. Hanya tersisa dua mobil di parkiran. Jaguar Chanshik yang dijaga supir dan Ford Bora.

“Pulanglah, Yoon Bomi.” Kata Chanshik.

“Tapi kamu—“

“Pulanglah,” ulangnya tegas. “Tidak perlu mencemau.”

Aku memeluknya. Dia membalas pelukanku sambil mengusap rambutku. Dia berbisik, “Aku akan baik-baik saja.”

--

Chanshik tidak baik-baik saja.

Setelah acara itu, dia mengunci diri di kamar. Sampai besok dia masih belum keluar. Sudah banyak waktu makan yang dia lewati, dan itu membuatku ngeri. Aku pun memanggil teman-teman untuk membujuknya pada sore hari. Sekarang mereka bergantian mengetuk pintu kamar, memanggilnya dari luar.

“Chanshik-a, keluarlah. Aku bawa banyak manga terbaru untukmu.” Kata Hongbin.

“Chanshik-a, aku janji akan berani menonton film horror jika kau keluar.” Kata Tao sungguh-sungguh.

“Gong Chanshik, ayo kita nonton Band of Brothers lagi. Kau penasaran kan bagaimana kelanjutan misi berbahaya di Haguenau?” kata Daehyun.

“Aku tidak membawa apa-apa. Aku hanya ingin kau untuk keluar.” Kata Eunji.

“Chanshik-a, bukankah aku pernah bilang padamu bahwa memendam hal-hal yang mengganjal di hatimu itu tidak baik?” tanya Hyejeong.

“Chanshik-ssi, aku tidak begitu mengenalmu, tapi kurasa Hyejeong benar.” Tambah Minah.

Pintu masih bergeming. Tidak terdengar tanda-tanda pergerakan dari dalam. Chanshik tetap tidak mau keluar. Aku mendesah dan maju. Teman-teman segera meninggalkanku, memberiku waktu.

“Chanshik-a,” Aku mengetuk pintu. “Ini aku. Bomi.”

Aku menarik napas panjang lalu menghembuskannya. “Lihatlah dirimu. Kamu bukan Gong Chanshik yang kukenal. Gong Chanshik seharusnya adalah laki-laki menyebalkan penyuka Matematika, yang mempunyai suara bagus tapi hanya mau menunjukkannya didepanku, yang berisik jika sudah bersama ketiga sahabatmu. Laki-laki depresi dibalik pintu ini bukanlah Gong Chanshik.”

“Ayo, keluarlah dan jadi dirimu. Aku akan melakukan apapun untukmu agar air mata itu tidak menetes lagi. Kamu menyuruhku melakukan hal bodoh sekalipun, aku lakukan. Asal kamu senang.”

Kusandarkan punggungku di pintu dan merosot ke lantai. “Aku tahu rasanya sangat berat untuk membiarkan orang yang kau cinta pergi. Tapi, pernahkah kamu berpikir apakah dia akan senang jika kamu terus-terusan seperti ini?”

Kudengar suara sedu-sedan dari dalam. Suara itu terdengar sangat dekat. Seakan suara itu berada tepat di belakangku.

“Chanshik-a, kamu disana?” Aku menyentuh pintu, berharap aku bisa menyentuhnya langsung.

“Kenapa kau melakukan ini?” Akhirnya, aku dapat mendengar suaranya yang sumbang.

“Karena aku mencintaimu. Kamu juga, kan? Orang bilang seseorang akan melakukan apa saja untuk orang yang dicintainya. Bisakah kamu melakukan itu?” Aku berbisik. “Berhenti menangis. Aku yakin Ibumu tidak suka itu, teman-teman tidak suka, dan aku tentunya juga tidak suka.”

--

Sekitar lima menit setelah itu, aku mendengar suara kunci yang diputar dan pintu itu terbuka. Chanshik kelihatan lesu dan matanya sangat merah. Dia masih mengenakan setelan jas pemakaman kemarin. Aku langsung memukulinya dadanya.

“Pabo!” seruku. “Pabo!”

“Maaf.” Ucapnya lirih.

Aku tinggal di kamarnya sampai malam datang. Aku menyuapinya, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulutnya, dan merengkuhnya setiap dia ingin menangis lagi. Ada waktu saat teman-teman masuk ke dalam dan membuat kamar berisik. Aku tahu sebenarnya mereka melakukan itu hanya untuk membuat Chanshik senang. Walaupun Chanshik masih belum bisa menunjukkan senyumannya, setidaknya kami sudah menunjukkan padanya bahwa kami ada untuknya.

Sekitar pukul sembilan malam, aku mengantarnya ke tempat tidur. Chanshik sudah terlalu lelah setelah menangis seharian. Tepat setelah aku menyelimutinya, aku mengecup pipi Chanshik. Chanshik kelihatan kaget, tapi aku tersenyum.

“Jaljayo.” Bisikku.

Sampai di rumah, aku sangat ingin beristirahat. Tapi, suara ketukan di jendela membuatku mengurungkan niatku. Suara itu yang menjadi masalah. Kamarku berada di lantai dua dan tidak ada balkon. Lantas siapa yang mengetuk? Hantu melayang?

Aku baru mau menyembunyikan diriku dibalik selimut saat kusadari bahwa suara itu sebenarnya bukan suara ketukan. Lebih seperti suara benda keras berbenturan dengan kaca jendela. Aku pun memberanikan diri untuk membukanya.

Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku membuka jendela ini dan menemukan Nam Woohyun dihadapanku. Kali ini jendela benar-benar terbuka, tidak tirainya saja. Suasana menjadi gugup. Aku tidak pernah berbicara dengannya lagi sejak Chanshik menonjoknya.

Woohyun tiba-tiba bernyanyi.

“I'm not a perfect person
There's many things I wish I didn't do
But I continue learning
I never meant to do those things to you
And so I have to say before I go
That I just want you to know

I've found a reason for me
To change who I used to be
A reason to start over new
and the reason is you

I'm sorry that I hurt you
It's something I must live with everyday
And all the pain I put you through
I wish that I could take it all away
And be the one who catches all your tears
Thats why I need you to hear—“

“Stop!” kataku. “Maksudnya apa? So I have to say before I go? Kamu mau pergi kemana?”

Woohyun tersenyum lemah. “Aku akan kuliah di luar negeri.”

“Luar negeri?” ulangku tak percaya.

Tapi, Woohyun mengangguk. “Barcelona. Aku akan pergi tepat setelah wisuda,” Katanya. “Kurasa akan lebih baik jika aku meminta maaf padamu sebelum pergi.”

“Wisuda masih tahun depan, Oppa.” Kataku gemas.

“Berarti aku keparat sekali kalau meminta maaf tahun depan,” Woohyun menatapku tulus. “Maafkan aku sudah menyakitimu, Bomi-ya.”

“Permintaan maaf diterima,” Aku mengangguk. “Nanti jika bertemu gadis di Barcelona, perlakukan dia dengan baik. Jangan ulangi apa yang sudah kamu lakukan padaku dan Minah.”

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tachibanarin #1
Chapter 1: it's so interesting ><
Yoonsa66
#2
Chapter 8: Bonus chapter pleasee!!! (T^T)
Really want to see bomi n gongchan wedding!!! ㅋㅋㅋㅋ
ara2712 #3
Chapter 8: aaaa so sweet bangeeet >< sequel juseyoooo
celaaar #4
Chapter 7: One more chapter? Yah udh mau abis doong?-_-
ara2712 #5
Chapter 6: awwww itu kalimat terakhirnya so sweet gilaaaaa /spazzing/
duh disini namu ngeselin pake banget sumpah. Sebutuh apa sih dia sama kepopuleran? Gedeg ih -_-
Lanjut juseyooo
ara2712 #6
Chapter 5: minah-woohyun ngeselin banget sumpah -_- awas aja kalo putus pada balik ke bomi.
Gongchan-bomi jadian juseyooo
auliazizaa #7
Chapter 4: waaaah udah ada next chapternya...
minah kok tega banget sih sama sahabatnya :''')
bomi sama gongchan aja~ sama daehyun juga gpp/? wkwkwk
next chap ditunggu authornim :')
bbomiya
#8
Chapter 1: bomi gongchan! walaupun mereka jarang ada moment nya tp kalo dipikir pikir lucu juga- hehe
first chapter was good. aku suka part pertama. bahasanya sederhana jadi enak di baca :3
walaupun alurnya udah biasa tp castnya gak biasa aku suka>_<
gak bisa komen banyak banyak aku bingung-
can't wait for next update. fighting authornim>_<)bbb
sunlight_ #9
Yeah gongchan and bomi. Update soon ~