Confessions

Unrequited Love
Please Subscribe to read the full chapter

“SURPRISE!”

Pintu kamar Chanshik terbuka lebar dan masuklah Hongbin, Tao, Daehyun, Hyejeong, dan juga Eunji. Tanpa permisi, ketiga laki-laki itu langsung menempatkan diri didepan TV dan berebutan untuk bermain Xbox. Hyejeong dan Eunji hanya mendatangiku sambil tersenyum.

“Wah, terima kasih ya sudah datang.” Kata Chanshik sambil bergabung dengan mereka bertiga.

“Surprise apa maksudnya?” tanyaku pada Hyejeong dan Eunji.

“Tadi Chanshik menyuruh sekelas untuk datang,” Jawab Eunji. “Tapi, yang bisa hanya kami berlima.”

“Untuk apa?”

Hyejeong tersenyum. “Untukmu, tentunya.”

Aku menelengkan kepala. “Untukku?”

“Kamu kira kita tidak curiga dengan apa saja yang sudah terjadi?” ujar Hyejeong. “Kamu tidak kembali setelah diberi mahkota—Daehyun sampai marah-marah, Chanshik tidak datang-datang, kamu melewatkan acara penutupan, lalu besoknya kau tiba-tiba bertukar tempat duduk dengan Hongbin. Jadi, kami berempat memaksa Tao untuk memberitahu apa yang terjadi. Dan yah, disinilah kita sekarang.”

“Hanya kami berlima, kok.” Tambah Eunji.

Aku pun menutup buku Kimia. “Padahal, aku sedang ingin belajar. Tapi, terima kasih, ya.”

Eunji menyingkirkan segala hal yang berhubungan dengan pelajaran dari meja pendek. “Ini hari libur, harusnya dipakai buat senang-senang bukannya menguras otak,” Kata Eunji, lalu membuka ponsel. “Aku sudah menemukan lagu yang pas untukmu di lomba menyanyi nanti.”

Eunji memberikan ponselnya dan earbud padaku. Aku memasangnya sambil membaca lirik. Suara Beyoncé mengalun dengan cepat kedalam telingaku.

Now that you're out of my life, I'm so much better
You thought that I'd be weak without you, but I'm stronger
You thought that I'd be broke without you, but I'm richer
You thought that I'd be sad without you, I laugh harder
You thought I wouldn't grow without you, now I'm wiser
Though that I'd be helpless without you, but I'm smarter
You thought that I'd be stressed without you, but I'm chillin'
You thought I wouldn't sell without you, sold 9 million

“Pas sekali untuk menyindir Minah.” Komentar Hyejeong.

Aku melepas earbud. “Lagu ini dapat membuatku kehabisan napas.”

“Dan akan menjadi poin lebih jika kau dapat menyanyikannya dengan baik,” Kata Eunji. “Tidak perlu khawatir. Masih banyak waktu untuk latihan, kan?”

“TIDAAAK!”

Kami sontak menoleh. Terlihat Daehyun yang sedang memukul-mukul Hongbin, sementara TV memperlihatkan kata GAME OVER. Kami menggelengkan kepala.

--

“Bercanda, kan?”

Aku dan Tao melotot menatap Chanshik saat dia menunjukkan kotak DVD sebuah film. Poster film itu berupa seseorang yang berdiri membelakangi dan didepannya tertulis: THE MOST TERRIFYING FILM YOU WILL EVER EXPERIENCE. Dari kata-katanya saja aku sudah tahu ini film horror.

“The Purge sudah cukup seram bagiku. Sekarang kau mau menyiksaku lagi dengan menonton Evil Dead?” aku memarahinya.

“Kalian semua mengerjaiku, ya?” seru Tao. “Ulang tahunku sudah lewat, tahu!”

Tapi, Chanshik hanya tertawa. “Tenanglah, ini masih siang, dan kita menontonnya bersama-sama.”

“Tetap saja mengerikan!” aku dan Tao menyahut bersama-sama.

“Sudahlah kalian berdua. Tonton saja.” Daehyun merebut kotak dari tangan Chanshik dan beringsut menuju DVD Player.

Aku melipat tangan sementara Daehyun mengutak-atik remote untuk memulai film tersebut. Kami duduk berderetan di atas karpet dan menyandarkan punggung di kaki ranjang Chanshik. Urutannya adalah aku, Chanshik, Tao, Hongbin, Daehyun, Hyejeong, dan Eunji. Kulihat Hyejeong duduk dekat sekali dengan Daehyun. Aku baru ingin bertanya saat film dimulai.

Baru saja selesai satu adegan mengerikan, Tao langsung berdiri. “Aku sudah tidak kuat lagi,” ucapnya. “Chanshik, aku lapar, boleh minta makanan?”

“Ambil saja di dapur.”

“Temani aku. Rumah sebesar ini pasti ada hantunya.”

“Ya ampun.” Chanshik akhirnya bangun.

“Aku ikut!” kataku cepat-cepat menyusul mereka.

“Awas ada yang mengikuti dari belakang.” Kata Hongbin. Aku dan Tao segera memberinya tatapan sengit.

Aku bersama Tao berjalan duluan karena Daehyun mencegat Chanshik untuk meminta makanan juga. Saat kami ingin menuruni tangga, seorang wanita berpakaian mewah menaiki tangga diikuti pelayan yang membawakan koper. Wanita itu menatap kami bingung sambil melepas kacamata hitamnya.

Tao langsung membungkuk sopan. “Annyeong haseyo.”

Tao menatapku yang hanya bisa membeku ditempat, lalu menyikutku. Aku dengan ragu-ragu membungkuk.

“Hei, kenapa kalian masih disin—“

Wanita itu tersenyum begitu Chanshik bergabung dengan kami. “Chanshik, anakku.”

Setelah itu, pintu kamar Minji terbuka dan keluar pemiliknya dari sana. Ponsel yang dipegang Minji terjatuh begitu melihat Ibunya. “Ibu?!”

Dia tersenyum lagi begitu melihat anak keduanya. “Minji sayang.”

“Kenapa Ibu ada disini?” tanya Chanshik.

“Apa kalian tidak senang melihat Ibu?” tanya wanita itu.

“Bukan begitu,” kata Chanshik. “Ayah bilang—“

“Tidak usah khawatir soal itu. Kami bercerai secara hati, bukan hukum. Dan dia belum mengusirku dari sini,” Kata ibu Chanshik santai. Dia lalu menatapku dan Tao. “Ah, apakah kalian teman baru Chanshik?”

Tao mengangguk pelan. “Ne, ahjumeonim.”

“Aku senang sekali baru beberapa minggu dia sekolah sudah mendapatkan teman dekat,” Kata ibu Chanshik. “Semoga kalian dapat menjadi teman yang baik, ya.”

Setelah mengucapkan itu, ibu Chanshik diikuti si pelayan pergi ke sudut lain di lantai dua, melewati kamar Ayah Chanshik (Waktu itu Chanshik menunjukkannya kepadaku). Minji sendiri langsung masuk kembali ke kamar. Chanshik mendesah lalu berbalik.

Saat dia membuka pintu, terlihat empat orang itu yang sedang berlutut dibelakang pintu, menatap Chanshik dengan bersalah. Eunji duluan yang membuka mulut. “Chanshik-a, maafkan kami. Kami mendengar semuanya.”

Chanshik melangkah untuk meraih remote yang tergeletak di karpet dan mematikan TV. “Tidak masalah.”

“Sebenarnya ada apa?” tanya Daehyun. “Kenapa kau sebegitu kagetnya saat melihat Ibumu?”

“Benar. Tadi aku hampir saja menganga kalau aku tidak teringat pesan orang tuaku untuk bersikap sopan pada orang-orang yang lebih tua di Korea.” Celoteh Tao.

Chanshik tidak menjawab. Tatapannya kosong terhadap layar hitam televisi.

“Chanshik-a,” Eunji berdiri disamping dia dan menyentuh pundaknya. “Ceritakanlah. Kami siap mendengarkan.”

“Ini terlalu rumit.” Kata Chanshik datar.

“Terkadang memendam hal-hal yang mengganjal di hatimu itu tidak baik.” Kata Hyejeong.

“Kalau sudah dikeluarkan segalanya pasti jadi lega,” tambah Hongbin. “Percaya, deh.”

Chanshik menghela napas. “Tanya pada Bomi.”

Semua orang langsung menatapku penuh harap. Aku pun bercerita. Mereka menyimak setiap kata yang keluar dari mulutku baik-baik. Tak jarang ekspresi kaget ditunjukkan oleh mereka.

Selesai aku bercerita, Daehyun mengeluarkan kotak CD dari tasnya. Dia bangkit untuk menghampiri DVD Player, mengeluarkan Evil Dead dari sana dan menggantinya dengan miliknya. Beberapa menit kemudian, mengalun suara musik elektronik.

“Ayo, kita senang-senang dan lupakan segala pikiran yang membuat kita pusing.” Daehyun menarik tangan Hyejeong untuk membantunya berdiri.

Aku melirik kotak CD yang sekarang ditaruh diatas Player. Album Zedd. Pantas saja.

Semua orang sudah berdiri dan mulai melompat-lompat mengikuti beat lagu, kecuali Chanshik yang masih duduk diatas tempat tidurnya, menatap lantai kamar. Aku mendatanginya dan mengulurkan tangan.

Aku tersenyum begitu dia mendongak untuk menatapku. “Yuk.”

Chanshik menatap tanganku selama beberapa saat, lalu dia menerimanya dan berdiri. Anak-anak bersorak saat dia mulai bergabung dengan mereka. Kami mulai menggila. Jika ditambah lampu disko, kamar ini bisa berubah menjadi kelab malam kapan saja.

“We’ll run where lights won’t chase us!” teriak Tao.

“Hide where love can save us!” Daehyun tidak mau kalah.

“I WILL NEVER LET YOU GO!” tambah Hongbin.

Kami semua tertawa lepas sambil menepuk-nepuk tangan.

Chanshik maju ke tengah-tengah. “Breathing you in when I want you out—“ Dia mulai bernyanyi dengan pelafalan bahasa Inggris yang lebih baik dari tiga laki-laki lainnya. Dia kemudian menunjukku.

Aku tersenyum lagi. “Finding our truth in a hope of doubt—“

Chanshik menatapku. “Lying inside our quiet drama.”

Daehyun bersuit-suit pada kami berdua. Aku langsung melempariny

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tachibanarin #1
Chapter 1: it's so interesting ><
Yoonsa66
#2
Chapter 8: Bonus chapter pleasee!!! (T^T)
Really want to see bomi n gongchan wedding!!! ㅋㅋㅋㅋ
ara2712 #3
Chapter 8: aaaa so sweet bangeeet >< sequel juseyoooo
celaaar #4
Chapter 7: One more chapter? Yah udh mau abis doong?-_-
ara2712 #5
Chapter 6: awwww itu kalimat terakhirnya so sweet gilaaaaa /spazzing/
duh disini namu ngeselin pake banget sumpah. Sebutuh apa sih dia sama kepopuleran? Gedeg ih -_-
Lanjut juseyooo
ara2712 #6
Chapter 5: minah-woohyun ngeselin banget sumpah -_- awas aja kalo putus pada balik ke bomi.
Gongchan-bomi jadian juseyooo
auliazizaa #7
Chapter 4: waaaah udah ada next chapternya...
minah kok tega banget sih sama sahabatnya :''')
bomi sama gongchan aja~ sama daehyun juga gpp/? wkwkwk
next chap ditunggu authornim :')
bbomiya
#8
Chapter 1: bomi gongchan! walaupun mereka jarang ada moment nya tp kalo dipikir pikir lucu juga- hehe
first chapter was good. aku suka part pertama. bahasanya sederhana jadi enak di baca :3
walaupun alurnya udah biasa tp castnya gak biasa aku suka>_<
gak bisa komen banyak banyak aku bingung-
can't wait for next update. fighting authornim>_<)bbb
sunlight_ #9
Yeah gongchan and bomi. Update soon ~