Princes and Princesses

Unrequited Love
Please Subscribe to read the full chapter

Hari sudah malam saat mobil Chanshik berhenti didepan rumahku. Sesi belajar sore ini berlangsung sampai tiga jam. Untungnya Chanshik cepat mengerti dan sudah siap untuk ulangan besok.

“Terima kasih sudah mengantar.” Ujarku.

“No problem,” Kata Chanshik sambil membuka kunci—sekarang dia yang menyetir. “Kapan pertemuan selanjutnya?”

“Terserah kamu saja. Kamu kan muridnya,” Aku mencoba bercanda, tapi sepertinya Chanshik tidak mendapatkan candaan itu. Jadi, aku berdeham gugup.

“Aku turun, ya.” Ucapku dan tanpa menunggu jawaban Chanshik langsung keluar dari mobilnya.

Saat aku mau membuka pagar rumahku, Chanshik tiba-tiba membuka kaca mobil dan berteriak. “Yoon Bomi!”

Aku berbalik, hanya untuk mendapati Gong Chanshik yang memandangiku dengan—lembut?

Dia tersenyum kecil. “Jangan tidur malam-malam. Besok ulangan Matematika dan Sastra Korea.”

Aku tertawa pelan, lalu mengangguk patuh. Setelah melambaikan tangan, dia menutup kembali kaca mobil dan melaju pergi. Aku menatap Mercedes itu sampai hilang di belokan.

Saat aku melangkah menyebrangi pekarangan rumahku, ada yang memanggilku lagi. Suara yang selalu terdengar merdu di telingaku.

Aku menoleh. “Halo, oppa.” Kataku, merasa ringan. Tidak ada gerombolan cewek-cewek itu sekarang. Aku bebas memanggilnya sesuka hatiku.

Woohyun menatapku lurus-lurus dari halaman rumahnya. “Habis darimana?” dia bertanya dengan dingin.

“Rumah Chanshik, anak baru itu.”

“Ngapain?”

“Belajar bersama.”

“Kamu, kan, baru kenal dia selama beberapa jam,” Ucapnya dengan nada yang tak bisa kutafsirkan. Apa dia marah? “Jangan asal berteman dengan seseorang, terutama laki-laki asing. Bisa-bisa dia punya niat terselubung denganmu.”

Setitik kehangatan menyelusup kedalam hatiku. Nam Woohyun mengkhawatirkanku!

“Nggak apa-apa, oppa. Ini perintah Hwang ssaem agar aku jadi partner belajarnya. Lagipula, menurutku Chanshik itu anak baik-baik, walaupun agak jutek.”

Ekspresi Woohyun masih belum berubah.

“Aku masuk dulu, ya.” Ucapku, mengakhiri kecanggungan.

“Ya sudah, belajarlah lagi. Jangan sampai nilai Sastra Koreamu hancur karena keasikan mengajari Gong Chanshik Matematika.”

“Bagaimana oppa tahu?”

Dia berdecak. “Tadi dia bilang.”

Aku mengeluarkan tawa yang dipaksakan. Lalu, setelah itu, aku masuk kedalam rumah. Tubuhku merosot dibalik pintu. Kupegangi dadaku yang berdegup kencang.

Apa Nam Woohyun cemburu karena aku menghabiskan waktu dengan Gong Chanshik?

--

Jumat pagi, ketika aku dan Minah melewati mading, banyak anak-anak yang sedang membaca. Tidak biasanya mading seramai ini. Biasanya jika ada hal yang menghebohkan saja.

Karena penasaran, kami mencoba menerobos kerumunan setelah bilang ‘permisi’ berkali-kali dan melewati gadis-gadis yang berteriak kegirangan. Saat sudah berhasil berdiri tepat didepan mading, terlihat sebuah poster yang baru dipasang pagi ini. Aku membacanya dalam hati.

Ternyata pengumuman mengenai acara rutin yang selalu dilaksanakan tiap tahun oleh sekolah kami, yaitu Homecoming, yang diadaptasi dari tradisi di Amerika Serikat. Ada sedikit pengubahan juga. Aku sudah tahu tentang ini dari kakakku yang merupakan alumni.

Kami akan menyambut para alumni yang kembali ke sekolah. Dalam seminggu, akan ada lomba-lomba antara para alumni dan siswa, yang paling heboh adalah basket dan sepak bola. Dalam seminggu itu juga, akan ada dress-up days, tiap hari beda tema. Jangan kaget jika sekolah penuh dengan orang berpakaian koboi atau agen rahasia.

Yang paling dinantikan adalah pemilihan Homecoming Court. King dan Queen adalah murid tingkat akhir, sementara Prince dan Princess bisa dari kelas sepuluh atau sebelas. Biasanya, akan diadakan pemilihan kecil di setiap kelas untuk memilih kandidat. Kandidat merupakan mereka-mereka yang sudah banyak melakukan hal untuk mengontribusi sekolah. Kandidat per kelas yang terpilih akan melawan satu sekolah. Hasilnya akan diumumkan di Homecoming Dance, semacam prom. Kakakku bilang dua teman laki-lakinya pernah bertengkar karena memperebutkan seorang gadis untuk dibawa ke pesta dansa itu.

“Menurutmu, siapa yang akan menerima gelar King dan Queen nanti?” tanyaku pada Minah saat kami berjalan ke kelas.

“Entahlah. Mungkin Sungyeol sunbaenim? Tim sepak bola sekolah kita selalu menang dibawah pimpinannya. Kalau Queen, kurasa Hyorin sunbae. Apa kau bisa menghitung sudah berapa piala lomba menyanyi yang dia dapat?” jawab Minah.

Aku mengangguk-angguk. Lee Sungyeol dan Kim Hyorin memang pantas untuk menyandang gelar itu. Tapi, bisa saja para gadis-gadis gila malah memilih Nam Woohyun, bukan karena dia benar-benar sudah berjasa pada sekolah, tapi karena ketampanannya saja. Huh, memikirkannya saja sudah membuatku kesal lagi.

“Kalau kamu? Menurutmu siapa?” tanya Minah. Saat ini kami sudah duduk manis di kursi masing-masing.

“Choi Minho dan Goo Hara sunbaenim.” Kataku sambil menaruh buku Sastra Korea di meja. Choi Minho merupakan ketua OSIS sekaligus kapten basket. OSIS dan tim basket selalu terorganisir dengan baik berkat pimpinannya. Sementara itu, Goo Hara adalah kapten tim pemandu sorak. Dia sangat populer di kalangan murid sekolah lain. Nama sekolah kami pun terkenal berkatnya.

Baru saja aku ingin bertanya pada Minah soal Prince dan Princess, Gong Chanshik tiba-tiba muncul dihadapan kami dengan gayanya yang khas, memakai tas hanya dengan satu bahu.

“Pertemuan selanjutnya besok saja. Nanti sore aku ada urusan.” Kata Chanshik.

“Jam berapa?”

“Sembilan pagi?” tanya Chanshik. Aku mengangguk setuju, dan dia segera berjalan ke mejanya.

Minah pun bertanya padaku. “Bagaimana kemarin?”

“Lancar. Dia gampang mengerti,” Kataku, lalu kutatap Minah dengan serius. “Tahu nggak, pas diantar pulang Chanshik aku bertemu Woohyun sunbae!”

Minah langsung tertarik. “O, ya?”

Aku mengangguk. “Dia kayaknya khawatir. Katanya aku nggak boleh langsung percaya sama orang yang baru kukenal. Waktu aku bilang ini perintah Hwang ssaem, ekspresinya tetap nggak berubah. Masih datar gitu. Apakah menurutmu dia cemburu?”

“Bisa jadi,” Kata Minah. “Bagus, deh. Mungkin sebentar lagi dia menembakmu.”

Aku tersenyum mendengarnya.

Hwang ssaem tidak masuk saat sesi homeroom. Sebaliknya, ketua kelas kami, Shin Hyejeong maju ke depan kelas sambil memegang spidol.

“Teman-teman,” kata Hyejeong. “Bagaimana jika kita lakukan pemilihan kandidat sekarang?”

Seisi kelas setuju. Hyejeong tersenyum. “Nah, ada yang ingin mencalonkan diri?”

Jung Daehyun langsung mengangkat tangannya dengan percaya diri. Seluruh anak laki-laki langsung menyorakinya dengan heboh. Hyejeong menyuruh mereka diam lalu menuliskan nama Daehyun di papan tulis.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tachibanarin #1
Chapter 1: it's so interesting ><
Yoonsa66
#2
Chapter 8: Bonus chapter pleasee!!! (T^T)
Really want to see bomi n gongchan wedding!!! ㅋㅋㅋㅋ
ara2712 #3
Chapter 8: aaaa so sweet bangeeet >< sequel juseyoooo
celaaar #4
Chapter 7: One more chapter? Yah udh mau abis doong?-_-
ara2712 #5
Chapter 6: awwww itu kalimat terakhirnya so sweet gilaaaaa /spazzing/
duh disini namu ngeselin pake banget sumpah. Sebutuh apa sih dia sama kepopuleran? Gedeg ih -_-
Lanjut juseyooo
ara2712 #6
Chapter 5: minah-woohyun ngeselin banget sumpah -_- awas aja kalo putus pada balik ke bomi.
Gongchan-bomi jadian juseyooo
auliazizaa #7
Chapter 4: waaaah udah ada next chapternya...
minah kok tega banget sih sama sahabatnya :''')
bomi sama gongchan aja~ sama daehyun juga gpp/? wkwkwk
next chap ditunggu authornim :')
bbomiya
#8
Chapter 1: bomi gongchan! walaupun mereka jarang ada moment nya tp kalo dipikir pikir lucu juga- hehe
first chapter was good. aku suka part pertama. bahasanya sederhana jadi enak di baca :3
walaupun alurnya udah biasa tp castnya gak biasa aku suka>_<
gak bisa komen banyak banyak aku bingung-
can't wait for next update. fighting authornim>_<)bbb
sunlight_ #9
Yeah gongchan and bomi. Update soon ~