New Student

Unrequited Love
Please Subscribe to read the full chapter

Hal paling pertama yang aku lakukan saat bangun tidur adalah mengecek jendela, dan itu terjadi setiap hari.

Seperti biasa, tirai jendela seberang jendela milikku sudah terbuka, memperlihatkan keadaan didalamnya. Aku melihat Woohyun, tetangga sekaligus kakak kelasku, sedang memasukkan buku-buku kedalam tas. Anak itu memang sangat rajin. Jam segini dia sudah siap untuk berangkat ke sekolah, sementara aku baru bangun tidur.

Woohyun menoleh untuk menatapku, lalu tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya. Aku bersorak kegirangan dalam hati, sementara Woohyun mengambil sebuah notes dan menuliskan sesuatu disana menggunakan spidol. Setelah selesai, dia memegangnya didepan dada, memperlihatkan tulisan itu padaku.

BARU BANGUN?

Aku mengangguk lalu cepat-cepat mengambil notes milikku sendiri, meniru perbuatan Woohyun tadi.

SUDAH MAU BERANGKAT?

MAU SARAPAN DULU.

Aku tersenyum. Baru saja aku ingin mengingatkan.

Woohyun menulis lagi.

AKU TURUN, YA. KAMU RAPIKAN DIRIMU DULU. KAMU TERLIHAT SEPERTI SINGA MARAH.

Diluar kesadaranku, aku melesat ke cermin di meja rias dan menjerit tertahan. Aku benar-benar kelihatan seperti singa marah! Rambut cokelatku acak-acakan karena aku belum sempat merapikannya setelah bangun tidur tadi. Padahal, hari-hari sebelumnya aku selalu melakukannya.

Saat dia kembali ke jendela, Woohyun sudah tidak ada. Aku mendesah kecewa, sekaligus malu. Orang yang kusuka mengatakan aku mirip singa marah. Ini tidak boleh terjadi lagi. Aku harus cepat mandi dan berdandan, dan menjadi perempuan tercantik yang pernah dilihatnya!

--

Sesungguhnya, aku bukan perempuan tercantik yang pernah dilihatnya.

Aku bersekolah di sebuah sekolah elit, terkenal karena biaya masuk dan bayaran bulanan yang selangit, serta kecantikan siswinya. Siswi di sekolahku tidak bisa jauh dari yang namanya berdandan. Ketika bel istirahat berbunyi, toilet akan segera ramai dengan mereka-mereka yang ingin memperbaiki dandanannya. Berbeda denganku, wajahku polos tanpa dipoles apapun, karena itu aku menjadi terbelakang. Aku hanya dikenal karena prestasiku dalam akademik, tidak yang lain.

Saat aku melangkah memasuki halaman sekolah, tubuh tinggi Woohyun kelihatan kentara ditengah-tengah para gadis mungil yang mengerumuninya. Aku mengeluarkan dengus tertahan. Kapan sih mereka akan berhenti mencari perhatian Woohyun?

Sebenarnya, melihat Woohyun seperti itu lebih membuatku sedih ketimbang kesal. Kami sudah mengenal bertahun-tahun lamanya karena bertetangga dan bersekolah di SMP dan SMA yang sama. Dulu dia tidak sepopuler sekarang. Barulah ketika dia menunjukkan dirinya mempunyai bakat terpendam, yaitu menyanyi, cewek-cewek itu mulai menyadari kalau dia sebenarnya menarik, dan langsung berlomba-lomba untuk mendapatkannya.

Terkadang aku harus rela cemburu melihat Woohyun mulai dekat dengan perempuan selain aku. Tapi, apa aku pantas melakukannya? Aku hanya seorang pengagum rahasia yang hanya dapat memandangi dia dari jauh. Memang salahku sendiri karena hanya bisa memendam perasaan ini, tidak mau mengatakannya, tapi dimana harga diriku akan ditaruh jika aku benar-benar melakukannya?  

Lamunanku terbuyar saat kulihat sebuah Mercedes-Benz SLS AMG putih memasuki halaman sekolah. Rahangku jatuh, menganga melihat mobil mewah yang pernah kulihat di film Transformers itu di sekolahku. Siapa pemiliknya dan apa hubungannya dengan sekolahku?

Pintu belakang mobil itu terbuka dengan terangkat keatas, lalu keluarlah seorang siswa. Dia memanggul ransel MCM hitam menggunakan satu bahu. Seragam yang dikenakannya kelihatan masih baru sekali. Sepertinya dia anak baru, karena aku belum pernah melihat dia sebelumnya.

Bisikan mulai terdengar disekitarku, bahkan ada yang terang-terangan menunjuk. Gadis-gadis yang mengelilingi Woohyun mulai mengalihkan perhatian mereka, sehingga Woohyun bisa mengendap pergi, mendatangiku.

Lesung pipi itu muncul seraya dia berjalan mendekatiku. “Pagi, Bomi.” Sapanya ringan.

“Pagi, sunbae.” Kataku. Woohyun kelihatan oke jika aku memanggilnya begitu disekolah. Dia sudah mengerti gelagat para gadis disekolah jika seseorang memanggilnya oppa. Mereka pasti langsung melabrak orang itu.

“Apa kamu mengenalnya?” Woohyun mengedikkan dagu pada punggung si siswa kaya yang sedang melangkah menuju gedung utama.

Aku mengangkat bahu. “Tidak. Baru lihat hari ini.”

Woohyun mengangguk mengerti. “Masuk kelas sana. Nanti kena marah Hwang seonsaengnim, lho.” Dia mengucapkan nama guru Fisika perempuan yang terkenal galak, dan sialnya menjadi wali kelasku.

Aku mengiyakan. Sesaat aku hanya menatapnya, menunggu dia melakukan sesuatu. Tapi, dia hanya tersenyum padaku, memperbolehkan aku pergi. Ah, memang seharusnya aku tidak berharap macam-macam. Seorang Nam Woohyun yang baru populer tidak akan mengantar gadis biasa sepertiku ke kelas.

--

Siswa baru yang kaya itu ternyata ditempatkan di kelasku.

Pada sesi homeroom, Hwang seonsaengnim memperkenalkannya sebagai pindahan dari Amerika. Bisik-bisik mulai terdengar lagi, tapi guru galak itu langsung menyuruh mereka diam, memberi kesempatan pada si siswa untuk memperkenalkan diri.

Dia membungkukkan badannya. “Annyeong haseyo, jeoneun Gong Chanshik imnida. Migugeseo wasseumnida. Bangapseumnida.”

“Dia imut.” Komentar Minah, sahabat sekaligus teman sebangkuku.

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, melihat teman-teman perempuan di kelasku sudah mulai berbisik-bisik lagi dan terkikik. Sepertinya Gong Chanshik baru saja mengalihkan perhatian mereka dari Nam Woohyun, keberuntungan bagiku.

Gong Chanshik menempatkan dirinya disamping Lee Hongbin, cowok berwajah ulzzang yang terkadang muncul di majalah-majalah. Mereka kelihatan berkenalan, lalu Chanshik sibuk mengeluarkan buku-buku dari tasnya. Saat dia menyadari ada yang memerhatikan, aku segera mengalihkan pandangan, menatap Minah dan mencoba membicarakan hal baru.

--

“Kepada Yoon Bomi, temui saya di kantor guru secepatnya sebelum waktu istirahat berakhir.”

Hwang seonsaengnim mengucapkan itu setelah ulangan Fisika hari ini berakhir, setelah itu dia keluar kelas diikuti Shin Hyejeong, ketua kelas yang membantunya membawa kertas ulangan.

“Wah, wah, ada apa tuh.” Ledek Jung Daehyun yang duduk di serongku. Aku hanya mendelik padanya.

Kepala Minah terkulai di mejanya, meratapi nilai Fisikanya yang sudah pasti jeblok karena dia tidak dapat mengerjakannya dengan baik. Aku menepuk bahunya simpati, lalu segera pergi untuk memenuhi keinginan wali kelasku.

Hwang seonsaengnim sedang mengoreksi hasil ulangan. Guru ini selain galak juga dikenal sebagai yang paling cepat mengoreksi ulangan. Jika kau ulangan hari ini, kau sudah dapat menerima hasilnya paling tidak besok.

Aku mendatangi mejanya. Dia mendongak dari kertas ulangan Minah yang sudah penuh coretan merah, lalu mempersilakanku duduk dihadapannya.

“Ada apa, seonsaengnim?” tanyaku.

“Kau sudah berkenalan dengan siswa baru dari Amerika? Gong Chanshik?” Dia bertanya.

Aku menggeleng.

“Begini,” Hwang ssaem menyingkirkan kertas ulangan dari hadapannya. “Dia sangat fasih berbahasa Korea, tapi ini pertama kalinya dia bersekolah di Korea. Saya ragu jika dia tidak mendapat kesulitan disini, apalagi dia datang saat musim ujian berlangsung.”

Pantas saja dia menghilang pada jam Fisika tadi. Otakku sudah penuh dengan rumus Fisika sehingga aku tidak mengetahuinya, dan aku tidak mau tahu karena guru sudah memberiku kertas ulangan untuk diisi.

“Jadi, saya memintamu untuk menjadi partner belajarnya.”

“Kenapa harus saya?”

“Kau pintar dan menurut saya cukup kompeten.”

“Kenapa bukan Daehyun? Dia juga pintar.” Aku mengelak.

“Jung Daehyun mendapat nilai sembil

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tachibanarin #1
Chapter 1: it's so interesting ><
Yoonsa66
#2
Chapter 8: Bonus chapter pleasee!!! (T^T)
Really want to see bomi n gongchan wedding!!! ㅋㅋㅋㅋ
ara2712 #3
Chapter 8: aaaa so sweet bangeeet >< sequel juseyoooo
celaaar #4
Chapter 7: One more chapter? Yah udh mau abis doong?-_-
ara2712 #5
Chapter 6: awwww itu kalimat terakhirnya so sweet gilaaaaa /spazzing/
duh disini namu ngeselin pake banget sumpah. Sebutuh apa sih dia sama kepopuleran? Gedeg ih -_-
Lanjut juseyooo
ara2712 #6
Chapter 5: minah-woohyun ngeselin banget sumpah -_- awas aja kalo putus pada balik ke bomi.
Gongchan-bomi jadian juseyooo
auliazizaa #7
Chapter 4: waaaah udah ada next chapternya...
minah kok tega banget sih sama sahabatnya :''')
bomi sama gongchan aja~ sama daehyun juga gpp/? wkwkwk
next chap ditunggu authornim :')
bbomiya
#8
Chapter 1: bomi gongchan! walaupun mereka jarang ada moment nya tp kalo dipikir pikir lucu juga- hehe
first chapter was good. aku suka part pertama. bahasanya sederhana jadi enak di baca :3
walaupun alurnya udah biasa tp castnya gak biasa aku suka>_<
gak bisa komen banyak banyak aku bingung-
can't wait for next update. fighting authornim>_<)bbb
sunlight_ #9
Yeah gongchan and bomi. Update soon ~