Chapter 08

Another Feeling
Please Subscribe to read the full chapter
Chapter 08 “Clumsy ㅡAnother Feeling”

“Saturday, 22 02 20xx, 13.13.23”

“Ahhh tidak bagaimana ini, kau keterlaluan Sehun...” keluh anak lelaki yang tengah kesusahan. Hey! Anak itu sangat kesusahan, sangat. Ingatkan dia, jika anak lelaki itu masih saja berdiri dan melihat itu lebih lanjut maka dampaknya Ia harus menyewa seseorang pelacur yang siap Ia tunggangi hanya karena anak perempuan itu.

“Ahhh...” desahnya frustasi, Ia berpikir dengan mendesah seperti itu akan membuatnya tenang kembali atau berpikiran lain.  ‘Harusnya kau turuti bodoh apa kata hatimu tadi, dan tidak berakhir ereksi seperti ini... Sialan sekali’ batinnya seorang diri, Ia gila, ini gila dan yang lebih gila, seorang anak lelaki tengah ereksi keras di rumah seorang perempuan.

Sehun memijat kepalanya, sungguh Ia sangat bingung saat ini. Jika Ia pulang, akan dipastikan Ia akan melanjutkan beronani’nya dengan tenang di kamar mandinya dengan mendesah frustasi, namun akan dipastikan saat keesokan paginya Ia dan Wendy akan menghindari satu sama lain. Oh ayolah! Sehun telah berjanji bukan dengan Wendy, jika Ia akan mendatangi apartamen anak perempuan itu, dan meminta maaf serta berakhir dengan Sehun yang menginap di apartamen Wendy. Tapi, dugaannya sangat jauh dari yang Ia pikirkan sebelumnya, mungkin sesudah anak lelaki melihat teman perempuannya telanjang dengan menatap Wendy dengan pandangan lapar.

Akan sangat berbahaya jika Wendy melihat Sehun yang kini tengah ereksi, berpikir jika anak itu tengah mengintipnya. Jika anak lelaki itu menutupinya dengan kain ataupun bantal, mungkin Wendy bisa saja tidak curiga atau menuduhnya dengan pikiran paranoid anak itu, tapi jika Wendy memanggilnya dan meminta tolong kepadanya. Akan diyakinkan anak itu akan gagal dalam menutupi ereksinya, Sehun kebingungan dengan tindakan apa yang harus Ia lakukan.

Ia masih berpikir, memijat kepalanya tambah keras, sambil menyandarkan tubuhnya yang tegang diatas sofa panjang yang bisa dijadikan tempat tidur jika diperlukan sambil menggoyangkan kakinya sedari tadi. Blazer itu sudah dilepaskannya sedari tadi, Ia kepanasan dan ruangan itu diatur Sehun menjadi tempratur yang sangat rendah.

Sehun mendengar bunyi suara pintu terbuka dari arah kamar mandi diruangan ini, Ia kembali menajamkan pendengarannya. Ia bertanya tanya, ‘apa itu Wendy? Apa anak itu sudah menyelesaikan mandinya?’

Kini yang Sehun dengar suara derap langkah kaki yang sangat jelas tertangkap oleh pendengarannya, berharap langkah itu menghilang dan digantikan dengan sunyi diruangan itu. Mungkin Ia harus lumayan bersyukur karena suara derap langkah kaki itu menjauhi arah Sehun berada, Wendy mungkin berjalan kearah ruangan make up’nya.

“Hah syukur—”

“Ya!” desahan Sehun terputus, Ia sangat terkejut dengan teriakan seseorang yang sangat Ia kenali suaranya itu. Sehun masih bengong dan tak membalas apa yang Ia dengar tadi, Ia berharap itu hanya orang yang diluar meneriakan maling atau sesuatu yang Ia harapkan.

“Ya! Oh Sehun...” suara itu lagi. Sehun menengokkan kepalanya kearah pintu yang tak jauh dari arah pandang matanya, “OH ASTAGA WENDY! OH HAI... ASTAGA!” balasnya kaget, Ia melihat kepala Wendy yang tengah menatapnya dengan tanda tanya, bergegas Ia mengambil sesuatu barang yang bisa menutupi ereksinya saat itu. Mengambil bantal yang berada disebelahnya dan mengambil blazernya yang tak jauh dari jangkauan tangan anak itu, ‘apa Wendy menyadari ini...’ resahnya dalam hati.

“Ada apa denganmu, aku hampir tuli mendengar teriakanmu itu...” keluh Wendy sambil mengucek telinganya.

“Oh— hahaha tidak haha— tidak apa haha” cengir Sehun sambil tertawa canggung, Wendy yang hanya melihat itu hanya menatapnya datar. “Aku kira kau masih bersama Irene unnie sekarang, ternyata kau benar mendatangiku...” Sehun hanya mendengarkan Wendy berbicara dia tak membalas sama sekali, tak sengaja mata Wendy melihat sesuatu makanan yang Ia sukai. Ia berlari kecil untuk melihat apa yang dibawa Sehun, Sehun yang memang sedari tadi hanya melihat pergerakan Wendy kembali tegang, anak perempuan itu sungguh keterlaluan.

Sehun menyumpahi Wendy dengan kesal, Ia berharap jika Wendy menemuinya dengan helaian baju yang tertutup, namun anak perempaun itu sama sekali tidak mengganti bajunya atau memakaikan dalam, Wendy masih memakai handuk yang melekat ketak di bagian dadanya dan masih bisa menutupi kewanitannya. ‘Brengsek sekali kau Wendy ughhh’ raut wajahnya sangat berubah derasti saat itu, Ia sangat kesusahan menahan ereksi ini tapi anak itu kembali membuat sangat menegangkan Sehun.

Wendy menundukan wajahnya untuk melihat apa saja makanan yang Sehun beli untuknya, sambil memegang handuknya dan meletakan tangan itu di bagian dadanya. Jangan salahkan Wendy jika Ia kembali sangat membuat Sehun bertambah frustasi dengan situasinya saat itu, handuk itu sangat pendek dan membuat handuk itu terangkat.

Mungkin Sehun akan menyalahkan handuk, serta badan Wendy atau salahkan saja dirinya yang menatap kearah yang salah. Dari arah Sehun, Ia bisa melihat sesuatu dari pertengahan pantat Wendy. Menontonkan nya yang ketat yang sangat pas untuk memasukan nya yang sangat ereksi ini dan pantat itu sangat kenyal jika Sehun pegang. Sehun berpikir jika anak perempuan itu kini tengah menggodanya dengan melakukan itu, sungguh kini Sehun sangat bernafsu menyetubuhi sahabatnya sendiri.

“Hwaaa Sehunnie apa kau yang membelikan ini untukku?” tanya Wendy senang, tanpa mengetahui jika Ia tengah disituasi berbahaya.

“Ya, kau masih menyukainyakan?” balasnya dengan suara serak dan Sehun melihat Wendy menganggukan kepalanya senang, ‘lucu sekali dia...’ batin Sehun. Anak lelaki itu berdiri dari tempat dimana Ia duduk tadi, menjauhkan semua benda untuk menutupi ereksinya. Berjalan perlahan kearah Wendy dengan hawa serta pikirannya yang bernafsu, yang tak bisa Ia tahan lagi.

“Apa kau sudah la— ahhh Sehun” pertanyaan itu terputus, saat Ia merasakan sesuatu yang dingin tengah meremas pelan pantatnya. “Apa yang kau lakukan?!” tanya Wendy waspada dengan nada yang meninggi, suara anak itu terdengar seperti ingin menangis. Tangan itu masih meremas pantat sintal Wendy, kini tangan yang lain mengelus area paha dalam Wendy dengan menggoda, Sehun tak menghiraukan pertanyaan Wendy itu, Ia hanya fokus apa yang Ia lakukan saat ini.

“Mhhh...” Wendy menahan desahannya, desahan yang Wendy tahan semakin membuat Sehun bernafsu, “Apa

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
faridarahma #1
Chapter 8: yampun yampunnn sehunnn mesumnyaa
ELF813
#2
Chapter 8: Hun dia sahabatmu, inget itu!
Kau sdh pnya Irene
ara2712 #3
Chapter 8: nah loh. Yibo bukan tuh yang ditelepon? Wuih makin seru!!
fathiasyaa #4
Chapter 7: Chapter 7: hahanjir sehun :| aku bacanya speechless/? sehun jangan macem-macem sama wendy pls inget dia sahabat kamu :(((
ELF813
#5
Chapter 7: waduh Sehun kurang ajar xD
gimana ya kalau Wendy tau?!
kidtaey #6
Chapter 6: Cant wait for the next chapter!!! Author fighting!!!
Pengen bgt liat sehun menyesal ;;
ELF813
#7
Chapter 6: Sehun playboy ihh, mending Wendy sama Yibo aja hahaha
ara2712 #8
Chapter 6: aduuuh sehun bikin geregetan ah -_____- sayangnya sama satu orang aja dong. kesian tuh wendy sama irene -_-
tiffanciel
#9
Chapter 5: jadi wendy gimana dong ini?? kok sehunnya marukkkkk huwahhhh. andwaeeee