Chapter 05

Another Feeling
Please Subscribe to read the full chapter
Chapter 05 “Promise ㅡAnother Feeling” sorry guys can't up fast... Too busy, Here finally update...

 “Saturday, 22 02 20xx, 07.23.03”

—Calling Up “Oh Sehun”

Wanita itu menghentikan kegiatanya sesaat dan bergegas berlari kecil ke meja nakasnya, saat mendengar ponselnya berbunyi nyari yang cukup mengusik tenangnya dipagi hari ini, Ia menaiki alisnya saat melihat nama pemanggil yang tertera di screen phoneㅡnya, tak seperti biasanya lelaki ini menelponnya dipagi hari ini.

“Ada apa Sehun? Tak biasanya kau menelponku jam segini...”

“Owh... Tidak ada, kenapa?”

“Tentu, baiklah aku akan kesana siang ini...”

“Baiklah, aku tutup ya... Sampai nanti Seh—” Ia terhenti saat lelaki disebrang sana ingin menanyakan dengan nada tinggi awalanya yang hampir membuat sang wanita menjauhkan jarak ponselnya — “Anooo! Kemarin, kenapa kau...” yah walaupun lelaki menanyakan yang absurd dan terpotong, bisa ditebak jika Ia ingin bertanya hal kemarin, kau lucu sekali Oh Sehun.

“Huh? Ada apa Sehun? Kau ingin bertanya apa?” lagi, wanita itu kembali menaiki alisnya bingung.

“Hmmm baiklah, tak apa... Sampai nanti ya!” —Trek!!!

                “Sehuna! Keluarlah... Kau selalu saja mengurung diri dikamar jika sudah libur, lebih baik kau membantu Ayahmu nak!” teriak Ibunya dari arah teras rumah, Ibu Sehun sungguh hera dengan tingkah anak lelaki yang satu ini. Berbanding terbalik dengan sang adiknya, Ibu Sehun sempat berpikir jika Ia sudah salah memberikan nutrisi, berdampak Sehun yang menjadi seorang pemalas.

“Biar saja dia Bu, mugkin dia kelelahan...” bilang lelaki tua dengan halus, kepada sang istri.

“Ya Tuhan, ada apa dengan anak manja itu... Hahhh, Ia membuatku pusing,” keluh sang Ibu, sambil memijat pelipisnya. Kenapa Sehun selalu seperti ini, bukanya anak itu sudah kelas III Senior High School. Kenapa masih saja sifatnya seperti itu, membuat kepala sang Ibu tambah pusing saja.

“Yibo, suruh kakakmu turun dan bilangi dia harus makan... Ibu sudah memasakannya makanan lagi tadi” lanjut Ibu, menyuruh Yibo untuk membujuk Sehun, “Baiklah...”

“Saturday, 22 02 20xx, 11.29.31”

“Sehun hyung?” —Tok! Tok! Tok!

“Sehun, kau disuruh Ibu kebawah...” tak ada jawaban, Yibo yang merasa tak dijawab pun menaiki alisnya, Ia bertanyaㅡtanya apa yang telah terjadi dikamar kakaknya itu. Apa Sehun masih tidur? Astaga! Ini jam berapa? Tapi, saat tadi pagi Ia lewat didepan kamar kakaknya, Ia mendengar ada suara Sehun, apa Ia mengigau? Lucu sekali.

“Sehun hyung? Apa kau tidur?” Yibo kembali menanyainya, tetap tak ada jawaban. “Hyung... Kau belum makan bukan? Ayo turun, kau harus makan dan Ibu tadi ada memasakan makanan kesukanaanmu...” —Tok! Tok! Tok!

Yibo menghela napas menyerah, Ia telah mengetuk pintu itu beberapa kali namun hasilnya tetap sama. Apaㅡapaan kakaknya ini! Sungguh sopan sekali! Apa Ia sedang datang bulan? Pikir Yibo, bercanda. Yibo yang merasa masih tak ada jawaban dari sang kakak, Ia berjalan pelan memblik arah ke anak tangga, beberapa anak tangga Ia turuni. Pintu kamar Sehun terbuka dan menghasilkan bunyi yang membuat sang adik berhenti, kembali menaiki tangga.

“Sehun hyung! Aku kira kau masih tidur, ternyata kau terjaga...” ucap Yibo malas dengan nada yang dibuat kesal, “Kenapa kau tak menjawabku tadi huh, kau ini seperti perempuan saja!” tambahnya, sayangnya Sehun masih tak ingin membalas ucapan sang adik. Sehun menatap Yibo datar, Ia sama sekali tak ingin melihat muka anak ini. Merusak mood di siang hari saja!

“Hyung kau kenapa?” Yibo mencoba menanyakannya, “Aku? Aku baik baik saja... Sana pergi!” usir Sehun dengan nada ketus, sambil memberikan gesture tubuh; mengusir, kepada Yibo.

“Ughhh kau ini! Aku bertanya baik baik sialan, dasar tak anak perempuan pms!” disertai ejekan sambil menjulurkan lidahnya menambah kesan sindiran, Sehun yang melihat itu ingin rasanya Ia menendangnya. Namun, kembali Ia urungkan.

Sesaat Yibo telah pergi, Ia terdiam menatap kosong dan tak tentu arah. Sebenarnya perutnya sudah merasakan kelaparan dari tadi pagi, Sehun hanya tak ingin keluar dan makan bersama didepan adiknya, Ia masih kesal dengan anak lelaki itu.

Ia gerakan tangganya untuk menutup pintu kamarnya, setelahnya Ia menuruni anak tangga dengan langkah cepat. Mengarahkan kaki kearah dimana letak dapur dirumahnya, namun Ia terhenti ketika Ia hampir sampai ke arah dapur, Ia menyempatkan melihat sejenak jam dinding yang menunjukan arahan jarum pendek. Beberapa jam lagi aku akan menemui Wendy, pikirnya.

Kembali Ia gerakan kakinya cepat, mengambil roti dan selai coklat lalu memanasinya di panggangan roti. Ia tak membuka penutup makanan di atas meja tersebut, pasalnya Ia lagi tak ingin memakan makanan berat dahulu hari ini, mungkin nanti saat jalan dengan Wendy.

—Calling Up

Sehun

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
faridarahma #1
Chapter 8: yampun yampunnn sehunnn mesumnyaa
ELF813
#2
Chapter 8: Hun dia sahabatmu, inget itu!
Kau sdh pnya Irene
ara2712 #3
Chapter 8: nah loh. Yibo bukan tuh yang ditelepon? Wuih makin seru!!
fathiasyaa #4
Chapter 7: Chapter 7: hahanjir sehun :| aku bacanya speechless/? sehun jangan macem-macem sama wendy pls inget dia sahabat kamu :(((
ELF813
#5
Chapter 7: waduh Sehun kurang ajar xD
gimana ya kalau Wendy tau?!
kidtaey #6
Chapter 6: Cant wait for the next chapter!!! Author fighting!!!
Pengen bgt liat sehun menyesal ;;
ELF813
#7
Chapter 6: Sehun playboy ihh, mending Wendy sama Yibo aja hahaha
ara2712 #8
Chapter 6: aduuuh sehun bikin geregetan ah -_____- sayangnya sama satu orang aja dong. kesian tuh wendy sama irene -_-
tiffanciel
#9
Chapter 5: jadi wendy gimana dong ini?? kok sehunnya marukkkkk huwahhhh. andwaeeee