chapter viii

To That Sunflower Garden

KIM SUNGGYU

Sunggyu merasa seolah berada di neraka sejak pertama kali melihat titan hampir delapan belas jam yang lalu. Menyaksikan para titan dengan kejamnya menghabisi para prajurit, melihat jumlah mereka berkurang drastis karena dimakan titan sangatlah mengerikan. Tapi ternyata itu belum seberapa dibandingkan dengan yang baru saja terjadi. Sunggyu tidak mengenal para prajurit yang mati itu, jadi walau melihat mereka mati di depan matanya, Sunggyu dapat dengan cepat mengunci memori tentang pembataian mereka rapat-rapat dalam sebuah ruang otaknya dan tidak membukanya lagi. Tapi yang baru saja dia lihat tidak akan pernah bisa dia hapus dari ingatannya, akan selalu hadir dalam mimpi-mimpi buruknya setiap malam. Melihat temannya, Nam Woohyun, berakhir di mulut titan akan menjadi memori terburuk bagi Sunggyu seumur hidupnya.

 

Tubuh Sunggyu lemas, lidahnya kelu dan otaknya lambat memproses kejadian yang baru saja terjadi. Sunggyu duduk terdiam di atas kudanya, Howon yang dengan kalap menerjang titan yang baru saja menelan Woohyun hanya tampak seperti adegan dalam film --yang pernah dia tonton bersama ayahnya di teater kota beberapa bulan lalu-- tidak nyata. Hingga akhirnya ketika prajurit Jaewon berteriak menyebut nama Howon barulah Sunggyu terkesiap sadar. Howon nyaris berakhir seperti Nam Woohyun jika saja tidak ada prajurit Jaewon yang dengan sigap menangkap pinggangnya. Mereka berputar di udara dan mendarat di tanah. Jaewon mendorong Howon, menyuruhnya untuk kembali menaiki kudanya. Tapi Howon berkeras untuk kembali menyerang titan dihadapannya.

 

"Tidak bisa, aku harus membunuh titan ini, dia telah memakan Woohyun! Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja," jerit Howon.

 

Prajurit Jaewon terpaksa harus meloncat menghindari terkaman titan sebelum membentak Howon sekali lagi. "Bodoh, apa kau lupa kalau Sunggyu masih di sini? Kau harus membawanya pergi ke tempat aman. Apa kau mau dia bernasib sama seperti Woohyun?"

 

Howon terkesiap, berpaling ke arah Sunggyu yang masih duduk di atas kuda. Rahang Howon mengeras, matanya membelalak lebar, sepertinya baru teringat bahwa masih ada satu lagi anak yang juga menjadi tanggung jawabnya. Howon bertukar pandang sekilas dengan Jaewon, sebelum mengangguk dan berlari untuk memanjat kudanya lagi.

 

"Serahkan titan ini padaku," teriak Jaewon ketika Howon menggegas kudanya pergi. "Bawa anak itu ke tempat aman, aku akan segera menyusulmu."

 

Separuh hati Sunggyu merasa lega karena akhirnya mereka pergi menjauhi titan yang mengerikan itu, Howon akan membawanya ke tempat yang aman. Tapi separuh hatinya terasa berat, meninggalkan titan itu berarti benar-benar menerima nasib bahwa Woohyun memang sudah tak tertolong lagi, bahwa dia tidak akan pernah melihat temannya itu lagi selamanya.

 

Sunggyu menoleh ke belakang, melihat makhluk raksasa yang telah menelan Woohyun itu untuk terakhir kalinya, sebelum berpaling kembali. Dia memeluk erat pinggang Howon, air matanya membasahi bagian punggung jubah hijau tua berlambang sayap bersilang.

 

 

 

 

Sunggyu terus saja menangis, meratapi kematian Woohyun. Woohyun hanya ingin mencari bunga matahari untuk ibunya, kenapa nasibnya malah berakhir tragis seperti ini. Sunggyu menyesal mengapa dia menyetujui permintaan Woohyun untuk membawa keluar dari Dinding Rose, seharusnya dia bertanya lebih lanjut pada ayahnya mengapa kini ada larangan keluar Dinding Rose, seharusnya dia membiarkan Sungyeol membawa mereka kembali ke Yarckel, seharusnya mereka menuruti larangan penjaga Gerbang Trost. Kalau saja dia melakukan hal itu, Woohyun pasti masih akan hidup sekarang.

 

Sunggyu tidak memperhatikan ketika Komandan Jonghwan, Kapten Jisun dan beberapa prajurit akhirnya menyusul mereka di kaki bukit, tidak memperhatikan ke arah mana romongan mereka bergerak. Dia terus saja terisak-isak sepanjang perjalanan hingga matanya terasa perih dan kepalanya pening karena terlalu lama menangis.

 

Air mata masih mengalir di pipi Sunggyu ketika tiba-tiba Howon memperlambat laju kudanya dan meraih tangan Sunggyu.

 

"Sunggyu, lihat!"

 

Sunggyu menyembulkan kepalanya dari balik punggung Howon, melihat ke arah yang ditunjuk oleh prajurit muda itu. Dia terbelalak, sebelum mengerjap-ngerjapkan matanya, menyingkirkan air mata yang membuat pandangannya kabur. Beberapa puluh meter dari mereka, tampak luas membentang adalah padang bunga matahari yang Woohyun cari-cari!

 

"Bunga…. matahari…." kata Sunggyu parau, suaranya serak karena menangis. Dia menarik-narik ujung jubah Howon, memintanya untuk ke sana.

 

Tapi, rupanya Komandan Jonghwan mendengar seruan Howon juga. Dia mengerutkan alis dan menggelengkan kepalanya, melarang Howon untuk menyimpang arah ke padang bunga matahari. "Tidak, terlalu berbahaya," kata sang komandan, "padang  itu sangat rimbun dan batang bunganya juga sangat tinggi, bagaimana jika ada titan yang bersembunyi di sana."

 

Sunggyu menggigit bibir, dia sudah sangat dekat dengan tujuannya --dengan tujuan Woohyun. Hanya beberapa langkah dan dia dapat membawa pulang harapan Woohyun. Woohyun kini sudah tidak ada, Sunggyulah yang harus meneruskan keinginannya. Sunggyu tidak ingin kematian Woohyun sia-sia, dia harus membawa pulang bunga matahari untuk Nyonya Nam. Sunggyu tidak peduli jika Komandan Jonghwan melarang Howon, dia bisa berlari ke sana sendiri. Sunggyu melepas pegangannya dari Howon dan bersiap meloncat turun, ketika tiba-tiba Howon menghela kudanya menuju padang bunga.

 

"Howon, berhenti!" teriak Komandan Jonghwan.

 

Tapi Howon terus saja mengarahkan kudanya menjauh dari rombongan, menuju bunga-bunga matahari yang kini sudah layu karena matahari telah terbenam sejak beberapa jam yang lalu.

 

"Aku sudah berjanji akan membantumu memperoleh bunga matahari, 'kan?" kata Howon, menoleh sekilas ke arah Sunggyu. Sunggyu tersenyum sendu, dia merasa sangat berterima kasih pada Howon.

 

Di belakang, beberapa prajurit mengejar dengan kuda mereka. Begitu Howon menghentikan kudanya beberapa meter dari bunga yang tumbuh di lingkar terluar padang, mereka berdua bergegas melompat turun. Howon meraih pedang di pinggangnya dan siap menebas satu tangkai yang terdekat darinya.

 

Tapi Sunggyu menggeleng. "Bibit terbaik akan dihasilkan bunga yang lebih tua, yang tumbuh di tengah-tengah," katanya, mengingat-ingat ajaran ayahnya dulu.

 

Howon mendesah, tampak menimbang-nimbang sesaat sebelum akhirnya berkata. "Baiklah, tapi jangan terlalu ke tengah."

 

Sunggyu mengangguk, dia mengerti kekhawatiran Howon. Seperti kata Komandan Jonghwan, ada bahaya akan kemungkinan adanya titan yang bersembunyi di antara bunga-bunga yang tinggi dan rimbun itu. Sunggyu dan Howon merangsek masuk ke dalam padang bunga, menyelinap di antara batang-batang di detik yang sama ketika prajurit yang menyusul mereka melompat turun dari kuda mereka.

 

Berada di dalam padang bunga matahari liar itu sangatlah gelap. Daun-daun lebar dan bunga-bunga yang layu menaungi tinggi di atas kepala mereka, menutupi cahaya bulan sehingga Sunggyu harus benar-benar siaga memasang matanya agar tidak kehilangan sosok Howon. Jika saja mereka datang ke padang itu di siang hari, Sunggyu yakin pasti bunga-bunga matahari itu akan tampak sangat indah bermekaran, warna-warna kuning cerah menyembul di antara dedaunan hijau.

 

Beberapa langkah kemudian Howon berhenti. "Masih belum cukup?" tanyanya.

 

Sunggyu melihat sekilas bunga yang ada di dekatnya. "Sedikit lebih ke dalam lagi," katanya sambil melangkah kembali, mendului Howon. Dia menyibak tangkai di hadapannya, dan… oh! Sunggyu terpekik.

 

Di balik tangkai yang Sunggyu sibak, di antara rimbunnya tanaman bunga matahari, tampak titan berkepala sangat besar. Titan itu duduk di atas tangkai-tangkai bunga yang patah dan rusak, kaki dan tangannya pendek, sangat tidak proporsional dengan kepalanya. Titan itu menoleh ke arah Sunggyu dan membuka mulutnya yang bergigi banyak lebar-lebar, hendak mencaplok tubuh Sunggyu. Sunggyu yang sangat ketakutan merasa kakinya bagai terpaku ke tanah, dia tidak dapat menggerakkan kakinya untuk lari.

 

"Sunggyu, awas!" Howon meraih Sunggyu dari belakang, menariknya mundur.

 

Tapi, Howon kalah cepat dari titan berkepala besar itu, pergelangan tangan kanannya tergigit hingga putus. Sunggyu menjerit lagi ketika melihat darah segar mengalir deras. Howon mengerang kesakitan dan roboh ke tanah. Titan itu kembali menerjang ke arah mereka, dan mungkin Sunggyu akan berakhir sama seperti Woohyun jika saja saat itu Jaewon dan prajurit-prajurit yang lain tidak muncul dan segera menyelamatkan mereka. Seorang prajurit meraih pinggang Sunggyu dan berlari menggendongnya keluar dari padang bunga.

 

Sunggyu merasa nafasnya sesak dan kepalanya berputar. Yang terus saja terbayang-bayang dalam pandangannya adalah warna merah darah Howon yang mengalir deras.

 

"Howon…" Air mata Sunggyu kembali merebak, bersamaan dengan kesadarannya yang perlahan menghilang.

 

 

 

 

Kesadaran Sunggyu hilang-timbul sepanjang sisa perjalanan. Dia ingat melihat Gerbang Trost di kejauhan ketika fajar hampir menyingsing, lalu samar-samar wajah Sungyeol yang tampak sangat khawatir. Sunggyu sempat tersadar ketika dia berada di dalam gerobak yang membawanya kembali ke Yarckel. Berbaring menatap atap terpal di dalam gerobak kayu yang bergerak membuatnya kembali teringat pada Woohyun, teringat bagaimana mereka dua kali menyelinap dalam gerobak. Itu membuat hatinya pedih dan dadanya sesak. Sunggyu menutup matanya lagi, memaksa dirinya untuk tidak mengingat kembali hal itu. Tak lama kemudian dia kembali tidak sadarkan diri. Ketika Sunggyu membuka matanya lagi, dia sudah berada di dalam kamarnya, kedua orang tuanya memandangnya cemas di sisi tempat tidurnya.

 

Perlu waktu lebih dari seminggu hingga akhirnya tubuh Sunggyu benar-benar pulih seperti sedia kala. Namun luka yang ada di hatinya tidak akan pernah pulih, Sunggyu tidak akan pernah kembali seperti sedia kala.

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
diniazakee #1
Chapter 11: Amazing, author!
Ceritanya menarik dan menyentuh. Aku harap bisa menemukan ff Infinite/Woogyu sebagus ini, atau mungkin lebih.
Terima kasih, author atas ceritanya(ff). Semoga dikemudian hari aku bisa baca cerita/ff darimu.
Love love author ♡♡♡
keyhobbs
#2
Chapter 10: ahh.....woohyun meninggal,mana gk d lakukan upacara kematian lg,kasian....btw,nyonya nam jahat bnget, bahkan sampe d akhir hayatnya woohyun dia tetep gk mau ngakuin woohyun, kayaknya ini orang gk punya hati bnget-_- eh eh , awalnya kukira hoya itu udh dewasa lho..ternyata cuma beda beberapa tahun sma sunggyu hehe...
Alvin_19 #3
Chapter 10: Akhirnya q paham dan menangis.,,, cerita yang bener² bagus. Maksih buat author,,, cerita anda sungguh mengangumkan
Alvin_19 #4
Chapter 4: Ahh,,,, belum paham maksud ceritanya. *plakk (msih blum slesai udah kburu komen)
Maaf y,, Lanjut baca terus!!! ^_^
nwh311 #5
Chapter 10: tamaat xD demi apa terkejut woohyun tewas dimakan titan -- nyonya nam jahat banget sih gamau nerima bunga matahari woohyun T.T over all ff nya bagus meskipun ada beberapa part yang tulisannya masih agak berantakan /justmyopinyokay
nwh311 #6
Chapter 10: tamaat xD demi apa terkejut woohyun tewas dimakan titan -- nyonya nam jahat banget sih gamau nerima bunga matahari woohyun T.T over all ff nya bagus meskipun ada beberapa part yang tulisannya masih agak berantakan /justmyopinyokay
garichan #7
Chapter 10: tapi jalan ceritanya beda, tadinya sempet males baca soalnya mirip anime attack on titan. Tapi karna jalan ceritanya beda, jadi mau baca sampe abis apa lg menyangkut bunga matahari. Keren banget ff'nya. Dan kapan season 2nya??? Ditunggu thor!!!
garichan #8
Chapter 4: udah saya kira ini mirip shingeki no kyojin bukan mirip lg tapi sama dari tempat, nama dinding, dan seragam situasi juga. Apa lg ada titan
inspiritly_beauty
#9
Chapter 11: Udah tamat aja >.<
Awalnya aku aneh kok ga pernah ada updat lagi, ternyata aku ga subscribe. Mian... ;_;
Sad ending... kenapa Ny. Nam gamau terima bunga dari Woohyun? Tega banget.
Senang pas tau kamu ada rencana bikin Season 2. Semoga nanti ada karakter pengganti Woohyun >.< Atau ada anak lain yang punya nama sama kaya Woohyun. Soalnya sunggyu tanpa woohyun itu kurang afdol. lol
lovedio #10
Chapter 10: gilakk.. ini pengobrak abrik hati sayaaa T.T